Jumat, 11 November 2016

Wacana Teologi(Ampu Supriadi Hutasoit): Suatu Kritikan "Peniadaan Dalil "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut"/ STT ABDI SABDA MEDAN/ HKI

Seminar: Suatu Wacana Teologi
Turun ke dalam Kerajaan Maut
(Suatu Kritik Dogmatis-Teologis Terhadap Pengakuan Iman Methodis Yang Meniadakan Dalil “Turun Ke dalam Kerajaan Maut” Serta Relevansinya Bagi Gereja Masa Kini)
Oleh. Ampu Supriadi Hutasoit, STh/HKI
I.                   Latar Belakang Masalah
Pengakuan Iman Rasuli berpusat kepada Yesus Kristus, khususnya kepada kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam hubungan itu ada dikatakan: Kristus, yang sudah disalibkan, mati dan dikuburkan itu telah “turun ke dalam kerajaan maut” (atau “ke neraka” ataupun tempat orang mati”).[1] Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” merupakan bagian pasal dalam Pengakuan Iman Rasuli yang sudah dipakai secara umum oleh beberapa gereja di dunia. tetapi ada juga beberapa gereja yang tidak mengakukan dalam pengakuan Iman mereka. Salah satunya adalah Gereja Methodis. Gereja Methodis meniadakan dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” dalam pengakuan Imannya, mereka tidak mengikrarkan dalam ibadah. Kemungkinan jika Methodis meniadakan dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” paling tidak Methodis mempunyai alasan mengapa harus ditiadakan.  Apabila Methodis meniadakan itu dalam pengakuan iman mereka itu berarti pengakuan Iman yang seperti apa yang mereka pakai selama ini. Ketika ada gereja menghilangkan dan meniadakan dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” pemahaman seperti apa yang terjadi. Tentu akan mempengaruhi dogma ajaran Gereja. Karena gereja Methodis meniadakan itu maka reaksi sangat mempengaruhi ajaran dogma gereja yang diimani. Sedangkan ajaran Luther yang masih berdasarkan akan pengakuannya tetap mengikrarkan dalam iman yang masih relevan. Oleh sebab itulah, penyeminar ingin mengkritik Methodis yang meniadakan dalil  “Turun ke dalam Kerajaan Maut”.

II.                Pembahasan
2.1.Pengakuan Imam Rasuli[2]
Ada sebuah cerita kuno yang bermula dari abad ke-4, yang mengatakan bahwa Pengakuan Imam Rasuli diciptakan oleh kedua belas rasul. Pengakuan Imam Rasuli adalah hasil akhir perkembangan berangsur-angsur dari kredo-kredo Barat. Agaknya semuanya berasal dari satu kredo yaitu “Kredo Roma Lama”. Kredo ini mungkin sudah ada pada abad ke-2. Di sepanjang sejarah perkembangan berkali-kali bahwa kredo ini ditambahkan dengan bagian-bagian baru dan susunan kalimatnya diubah sedikit-sedikit. Sehingga versi zaman kita ini berasal dari abad ke-6 atau ke-7. Secara berangsur-angsur kredo itu menjadi satu-satunya versi yang diterima secara umum. Roma menerimanya antara tahun 800 dan 1100. Berbunyi;
Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi.
Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula diantara orang mati, naik ke surge, duduk dibelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan turun dari sana untuk menghikimi orang yang hidup dan mati. 
Aku percaya kepada Roh Kudus, gereja yang kudus dan am, persekutuan orang-orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal. Amin
2.2.Pengertian “Maut” Presfektif Alkitab
Dalam perjanjian Lama maut disebut “sye-ul” yang artinya tempat yang ada di bawah dunia ini (Ul.32:22; Yes.14:9). Ke sanalah perginya orang mati (Mzm 89:49), di sana tak ada lagi suatu perbuatan (Pkh 9:10), di sana Tuhan tidak dipermuliakan (Yes.38:18; Mzm 6:6). Jadi syeol tidak hanya bagi orang yang dijatuhi hukum saja, segala orang mengalami atau pergi ke syeul. Oleh karena itu syeul tidak tepat kalau diterjemahkan dengan neraka, akan lebih tepat ialah dengan dunia maut, alam maut, kekuasaan maut. Syeol adalah tempat yang menakutkan oleh karena di sana orang terpaksa “tidak ingat lagi akan Tuhan” dan tidak memuliakan Allah (Mzn.6:6). Dalam perjanjian baru “maut” disebut kata “hades” (1 Petrus 3:18-20; luk 16:23; Why 20:13). Dalam Perjanjian Baru “hades” adalah tempat orang-orang sesudah mati, baik yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan, maupun tidak (Why 20:15).[3] Jadi syeol dan hades adalah tempat keadaan yang mati dan dunia alam bawah.
2.3.Perkembangan Munculnya Pengakuan Iman Rasuli
Menurut Ireneus, salah satu dari Bapa-bapa gereja, yang hidup dalam abad ke-2 (Kira-kira tahun 140-190) yang menguraikan isi iman itu secara rinci yaitu kelahiran Kristus dari anak dara, penderitaan, dan kebangkitan serta mengadili seluruh bangsa manusia. Dari keterangan itu bahwa bentuk dasar Pengakuan Iman Rasuli yang sudah diakui oleh gereja-gereja di abad pertama. Menurut Irenius, pengakuan itu diakui oleh semua gereja di daerah suku-suku Jerman, di Spanyol, di suku-suku Inggris, demikian juga di wilayah timur, seperti di Mesir dan di Libia. Menurut cerita bahwa kedua belas pasal Pengakuan Iman Rasuli di rumuskan oleh para rasul sendiri memang dongeng belaka. Akan tetapi, inti dongeng itu sungguh benar yaitu isi pengakuan ini berdasarkan ajaran diwariskan oleh murid-murid Yesus kepada jemaat-jemaat pertama.[4]   Bentuk lengkap pengakuan ini baru muncul sekitar 700, akan tetapi bagian-bagiannya sudah sejak permulaan abad ke-2. Pertama kali kita perlu melihat bagaimana latarbelakang dari kredo adalah dari perayaan sakramen baptisan, atau lebih tepatnya lagi pengajaran yang diberikan sebagai persiapan untuk baptisan kepada para calon baptisan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari kredo itu sendiri. Hal yang paling mencolok dilihat adalah walaupun pengakuan iman hendak memberi  apa yang dipercayai oleh gereja sebagai persekutuan semua orang percaya, namun kata kerja “percaya” dipakai dalam bentuk tunggal; aku percaya. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam baptisan calon yang hendak dibaptis mengiakan secara pribadi iman gereja. Latar belakang baptisan juga Nampak dari stukrur trinitas, di mana baptisan dilayangkan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Oleh sebab itulah pengakuan iman ini disusun menurut ketiga unsur ini.[5]
Dalam tulisan teologis gereja kuno, atau tulisan bapa-bapa gereja kita dapat melihat kredo dipakai dalam persiapan untuk baptisan dan dalam pelayanan baptisan. Ternyata ada dua bentuk yang dipakai: pertama, bentuk Tanya jawab (responsoris), yang menurut Hippolytus[6] (di Roma sekitar 225) dan Cyprianus (Chartago,Afrika Utara, sekitar 250) dipakai waktu baptisan dilayankan. Kedua,dalam bentuk pernyataan (deklaratoris), yang kita pakai sekarang, yang digunakan dalam pengajaran.[7] Dalam perjalanan sejarahnya kredo di mulai pada abad ke-2, di mana pada masa itu rumusan-rumusan yang dipakai dalam pengajaran baptisan mulai menjadi tetap, pertama dalam bentuk responsoris. Namun, sejarah perkembangan kredo ini sebagian tersembunyi bagi kita.[8]
Pengakuan ini adalah pengakuan yang telah bertumbuh secara lambat laun, pengakuan iman ini merupakan perkembangan dari suatu pengakuan iman yang lebih sederhana yang berbunyi:
“Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa dan dalam Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita dan dalam Roh Kudus gereja yang kudus,kebangkitan daging.”
Kemudian pengakuan ini mendapat perkembangan yang baru seperti yang terdapat di dalam pengakuan iman rasuli. Berarti kredo ini mungkin sudah ada pada abad ke-2 dan sepanjang perjalanannya dan perkembangannya berkali-kali ia ditambahkan dengan bagian-bagian baru dan susunan kalimatnya diubah sedikit demi sedikit.[9] Dan versi kita pada zaman ini adalah berasal dari abad ke-6 atau ke-7 dan berangsur-angsur ,menjadi satu versi yang diterima secara umum.[10]
2.4.Munculnya Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut”
Bentuk pengakuan Iman Rasuli mula-mula yang tidak mempunyai kata “Turun ke dalam Kerajaan Maut”. Setelah abad 4 istilah “Turun  ke dalam Kerajaan Maut” ditambkan dalam PIR. Frase “Turun ke dalam kerajaan maut”  ditambahkan ke dalam kredo ini akibat pengaruh pemikiran Bapa Gereja seperti St. Iganatius, Pilikarpus, Ireneus, Tertulianus dan Beberapa Bapa Gereja lainnya.[11]
Kalimat ini diambil dari klausa dalam pengakuan iman Rasuli (pengakuan iman Athanasium). Kerajaan maut disini tidak sama dengan neraka tempat penghukuman abadi (Gehena), tetapi dunia orang mati (sheol di PL, Hades di PB). Karena itu dalam terjemahan modern pengakuan iman rasuli sebagai “Ia turun ke dunia orang mati”. Bahwa Kristus dalam jiwa manusia-Nya pergi ke tempat orang mati, sampai waktu kebangkitan-Nya (Kis.2:31;Rom.10:7; Ef. 4:9) dan semuanya menyatakan bahwa Kristus benar-benar mati. Menurut salah satu interprestasi dari 1 Petrus 3:19;4:6, di mana Yesus mengabarkan Injil kepada orang-orang yang telah mati sebelum kedatangan-Nya agar keselamatan juga tersedia bagi mereka. Tetapi perlu dicatat bahwa interpretasi ini dinyatakan oleh Clement dari Aleksandria namun para ekseges abad pertengahan dan baru pada zaman modern menjadi dasar utama dari doktrin Yesus turun ke dunia orang mati. Dan interpretasi itu dipertahankan oleh beberapa orang. Perkiraan ini secara gamblang terlihat dalam tulisan-tulisan awal pasaka rasul (Ignatius) sejalan dengan penginjilan yang dilakukan Kristus untuk orang-orang mati (Yustinus Martir), ini merupakan pemahaman moral mengenai turunnya Yesus ke kerajaan maut pada periode patristik. Meskipun bapa-bapa gereja Alexsandria menyertakan orang-orang mati yang tidak percaya, pandangan yang lebih diterima, yang menjadi pandangan yang lebih diterima, yang menjadi pandangan ortodoksi zaman pertengahan, adalah hanya orang-orang percaya dari paska pra-kekristenan saja yang menerima dan mendapat pemeberitaan injil Kristus di Hades. Dan   Sejalan dengan tema pemberitaan kepada orang mati, motif lain juga diasosiasikan dengan turun ke kerajaan maut dari periode sangat awal oleh Hippolitus adalah kemenangan Kristus atas kekuasaan maut dengan membebaskan jiwa-jiwa yang terperangkap dalam neraka (hades). Sehingga, dengan sangat jelas juga mencantumkan tema ini dan itulah membuat orang-orang kala itu mulai mengucapkan “ Dia turun ke dalam kerajaan maut”. Dan ketika munculnya dibeberapa kredo di Barat di abad V hingga dimuat dalam pengakuan Rasuli kita.  Pada abad 19, “turun ke dalam Kerajaan Maut” dalam 1 Petrus 3:9 menjadi secara relatif bagian ide baru tentang kesempatan untuk memperoleh keselamatan setelah kematian bagi orang-orang yang tidak memiliki kesempatan tersebut semasa hidupnya, dan bahkan menjadi harapan untuk keselamatan universal berdasarkan pencobaan perpanjangan setelah kematian.[12]


2.5.PIR Luther[13]
Menurut Konfesi Augsburg gereja Lutheran dalam katekismus kecil Luther, pengakuan iman berbunyi;
Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi,
Aku percaya kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari Anak dara Maria, menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hri yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surge, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa, dari sana akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus, gereja Kristus yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal. Amin.
2.6.“Turun ke dalam Kerajaan Maut” menurut Luther
Menurut Luher bahwa “Turun Ke dalam Kerajaan Maut” bahwa Kristus turun ke neraka untuk mengundang kepada Iblis bahwa kerajaannya telah kalah.[14] Dan diperjelas lagi dalam pengajaran Luther dalam bukunya: Katekimus Kecil Luther disebutkan mengapa Kristus turun ke tempat penantian (maut) marupakan bagian dari penungguannya? Jawabannya ialah bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa Kristus,sesudah Ia bersemayam di makam, turun ke dalam maut (neraka), tidak untuk menjalani hukuman tetapi untuk menyatakan kemenangan-Nya atas para musuh-Nya di neraka. Berdasarkan 1 Petr.3:18-19, bahwa Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya ia membawa kita kepada Allah: Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada Roh-roh yang di dalam penjara. Dan dalam Kol.2:15, ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.[15] Menurut Luther bahwa  “turun ke dalam kerajaan maut” dipandang sebagai penderitaan atau sebagai kemenangan Kristus. Luther menganggap bahwa “turun ke dalam kerajaan maut” sebagai kemenangan Yesus Kristus yaitu bahwa dengan “turun ke dalam kerajaan maut” ini maka Kristus melepaskan para jiwa orang beriman dari PL yang sebelum kemenangan Kristus masih harus menunggu kelepasan mereka yang sempurna.
Pasal ini, sama seperti yang terdahulu, tak dapat dipahami dengan akal dan budi kita, melainkan harus dipahami dengan iman saja. Oleh karena itu, kita seia dan sekata bahwa kita tidak harus melibatkan diri dalam pertengkaran mengenai pasal ini. tetapi mempercayai dan mengajarkannya dalam segala kesederhanaan, sejalan dengan apa yang diajarkan Luther dalam khotbahnya di Torgau pada tahun 1533. Pasal ini dijelaskannya dengan cara kekristenan yang sesungguhnya, mengesampingkan semua pertanyaan yang sia-sia dan mengimbau semua orang Kristen kepada kesederhanaan iman. Cukuplah kita tahu bahwa Kristus telah turun ke kerajaan maut, memusnahkan alam maut demi orang-orang percaya dan telah menebus mereka dari kuasa maut dari iblis dan kutukan kekal dari kegigitan neraka. Untuk mengetahui bagaimana ini terjadi kita harus urungkan sampai datangnya dunia baru nanti, yang akan diungkapkan kepada kita bukan hanya hal ini, melainkan banyak hal lain, yang tak dapat dipahami oleh akal kita yang buta dan harus kita terima saja.[16] Jadi menurut Luther “Turun ke dalam Kerajaan Maut” ialah Yesus Kritus dalam Roh turun ke dalam dunia roh orang mati untuk mewartakan kemenanganNya dan sebagai kemenangan Yesus Kristus yang telah menebus orang-orang percaya dari kuasa Maut.
2.7. “Turun ke dalam Kerajaan Maut” Menurut Calvin
Bagi calvin, bahwa kata itu diinterpretasikan sebagai penderitaan Kristus yang seorang diri menanggung derita neraka di Salib dan ini menjadi pandangan umum aliran reformed. Ajaran calvin, bahwa neraka telah dirasakan Kristus membebaskan segala nyawa yang di neraka atau Kristus merasakan neraka waktu berada dikuburan.[17] Namun Calvin lebih jelasnya menerangkan berdasarkan (Mat.27:26) bahwa  “turun ke dalam kerajaan maut” berarti “Kristus menderita sengsara”, Penderitaan ini terjadi di kayu salib yang terdiri dari “terpisahnya Kristus daripada Tuhan Allah’. Sebab penderitaan di neraka ialah bahwa orang dipisahkan daripada kasih Allah untuk selama-lamanya, yaitu mati yang kekal. Di kayu salib tiga jam lamanya Tuhan Yusus dipisahkan daripada Allah Bapa, sehingga Ia berseru: Eli, eli lama sabaktani”, yang artinya “Ya Allahku, Ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?.[18] 
2.8.“Turun ke dalam Kerajaan Maut” Presfektif Alkitab dalam 1 Petrus 3:18-20
Ada beberapa bagian Alkitab yang biasanya dijadikan dasar dari frase “turun ke dalam kerajaan maut” antara lain 1 Petrus 3:18; 4:6; dan Efesus 4:9. Dalam 1 Petrus 3:18-20 menggambarkan secara eksplisit aktivitas Kristus “ pergi ke sebuah tempat yang terlihat seperti neraka”. Salah satu hal yang eksplisit dalam 1 Petrus 3:18-20. Dikatakan : “Yesus pergi memberitakan”. Kapankah pemberitaan itu terjadi?, di mana tempat pemberitaan itu berlangsung?, siapakah mereka menjadi roh-roh yang menjadi objek pemberitaan Yesus?, dan apa isi dari pemberitaan itu?.[19] Melihat konteksnya pemberitaan terjadi setelah kematian Yesus Kristus. namun yang menjadi permasalahannya ialah apakah pemberitaan itu terjadi antara kematian dan kebangkitan Yesus ataukah terjadi setelah Kristus di bangkitkan dari antara orang mati. Dalam Roma 1:3-4 rasul Paulus mengontraskan dua eksistensi Kristus menurut daging  diperanakkan dari keturunan Daud dan menurut Roh dalam kebangkitan-Nya. Kata “roh” di sini menunjukkan eksistensi Kristus setelah kebangkitan. Sedangkan dalam 1 Korintus 15:44 “tubuh rohaniah” dikontraskan dengan “tubuh alamiah” di mana tubuh rohaniah adalah eksistensi dalam kebangkitan (1 Kor: 15:44). Dalam 1 petrus juga terdapat kontras antara daging (orang-orang mati) dengan roh (eksistensi dalam kebangkitan). Sehingga melalui 1 Petrus 3:18 dapat kita ketahui bahwa Kristus mati dan lalu Roh Kudus membangkitkan Dia. Dalam keberadaan Kristus yang adalah Roh, yang menunjukkan eksistensinya setelah kebangkitan.[20]
“Daging” dan “roh” tidak merujuk pada dikotomi Kristus, yaitu tubuh dan roh-Nya, juga roh tidak merujuk pada roh kudus melainkan merujuk kepada eksistensi Kristus dalam kebangkitan. Dengan demikian 1 Petrus 3:18 ini adalah (Kristus) yang telah dibunuh dalam keadaan daging tetapi telah dibangkitan dalam tubuh rohaniah. Sehingga dalam  1 Petrus 3:18-20, bahwa pemberitaan Kristus yang dijelaskan ayat 19 ini terjadi dalam eksistensi tubuh rohaniah (setelah kebangkitan).[21] Kesimpulannya ialah pemeritaan itu terjadi bukan antara kematian dan kebangkitan Kristus, melainkan setelah kebangkitan Kristus,yaitu dalam eksistensi-Nya yang bukan daging (tubuh alamiah) lagi. Dalam 1 Petrus 3:19 yaitu mengenai roh-roh dalam penjara yang kepada mereka Kristus memberitakan sesuatu. Yang jelas bahwa Kristus memberitakan Injil keselamatan kepada roh-roh orang mati yang belum percaya agar mereka bertobat. Sehingga menjadi persoalan ialah apakah roh-roh itu adalah roh manusia yang sudah mati atau roh-roh makhluk supranatural seperti malaikat. Kata Yunani yang dipakai untuk “roh-roh” dalam 1 Petrus 3:19 adalah πνεύασιν yang berasal dari kata πνεύα yang berarti “roh”. Namun secara konsisten varian kata πνεύασιν yang tidak diberi penjelasan selalu merujuk pada roh-roh bukan manusia kecuali kata itu diberi penjelasannya (mis.dalam Ibr. 12:23). Maka dalam hal varian kata πνεύασιν yang tidak diberi penjelasan selalu merujuk pada mahluk-mahluk supranatural, baik malaikat (mis.Ibr 1:14) maupun Iblis atau roh jahat (mis. Mrk.1:23-26, Why.16:13-14).[22] Namun Dalam ayat 20 ternyata juga dijelaskan bahwa roh-roh itu adalah “mereka yang dahulu tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya. Dengan demikian pengejalasan yang tepat diterima adalah bahwa roh-roh itu merupakan roh-roh orang mati.  
Dalam 1 Ptr. 4:6 mengatakan bahwa Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka sama seperti semua manusia dihakimi secara badani, tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah. Yang dimaksud dengan “orang-orang mati” adalah orang-orang yang berada waktu Petrus menulis suratnya telah mati, akan tetapi ketika injil diberitakan kepada mereka masih hidup. Adapun kata-kata “sama seperti semua manusia, yang dihakimi secara badani” ialah dihakimi seperti yang berlaku bagi semua orang yaitu mengalami kematian.[23]
2.9.Pengakuan Iman Methodis Yang Meniadakan Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut”
Baik pasal tentang “keturunan” Kristus maupun ayat-ayat dari surat Petrus, memanglah ada hubungannya dengan pandangan kuno mengenai bentuk semesta alam yaitu pembagiaannya dalam tiga lapisan: dunia atas (surga-langit), dunia tengah (bumi) dan dunia bawah (dunia gelap bawah dunia). akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa pasal ini boleh dicoret saja. Karena bentuk pasal ini suatu perumusan aneh. Dalam sejarah Pengakuan Iman Rasuli, pasal ini adalah salah satu tambahan penghabisan.  Karena bentuk rumusan itu di dalam bentuk bahasa latinnya dan tidak terdapat dapat berbahasa Yunani. Sedangkan dalam Pengakuan hasil Konsili-konsili Nicea-Konstantinopel hanya ada tertera bahwa Kristus telah menderita, telah dikuburkan, telah bangkit, tanpa sebutan turun Dia ke dalam maut.[24]
Sebaliknya dalam pengakuan Pengakuan menurut Athanasius (tentu terjadi pada masa abad ke-6) terdapat ungkapan turunya Kristus yakni kata-kata “sudah menderita” dengan kata “bangkit, jadi…tanpa kata dikiburkan. Boleh disimpulkan dikatakan bahwa kata “dikuburkan” dan kata  “turun” adalah sama saja. Namun dalam gereja lama kata “turunnya” Kristus dianggap ada hubungannya dengan pekerjaan yang dilakukakan namun belum begitu jelas makna pasal ini.[25] Jadi,  naskah asli kuno yang tidak menyebutkan pasal “turun ke dalam Kerajaan Maut” dalam pengakuan iman Rasuli yang juga merupakan tambahan pada abad ke -6, jadi itu hanya tambahan. Kemudian dalam pengakuan Atanasium yang muncul abad ke-6, kata ini ditambahkan yang mempunyai arti bahwa kata “kubur” dan “turun” adalah bagian yang sama. Sehingga mungkin saja inilah yang diragukan Methodits dan pasal “turunnya Kristus dalam Kerajaan Maut” itu ditiadakan sehingga Methodits tidak setuju walaupun dalam Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Athanasium tetap digunakan. Tetapi Methodist menggunakan Pengakuan Nicea yang tidak menggunakan pasal ini.
Methodis mengikuti Pengakuan Iman Nicea berbunyi sebagai berikut[26]
Aku percaya kepada satu Allah kepada satu Allah Bapa yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak tunggal Allah yang diperanakkan,lahir dari Bapa sebelum segala zaman, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, dilahirkan dan bukan diciptakan, dari wujud yang sama dengan Bapa, yang melalui Dia segala sesuatu diciptakan: yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, turun dari surge, telah menjadi daging oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan menjadi manusia: yang untuk kita juga disalibkan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita, dikuburkan; pada hari yang ketiga dia bangkit sesuai dengan kitab suci, naik ke surge, dan duduk di sebelah kanan Bapa: Dia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, dan Kerajaan-Nya tidak akan berakhir.
Aku percaya kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa. Yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi. Aku percaya satu gereja yang kudus dan am dan rasuli. Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin     
2.10.                    Pandangan Methodis mengenai “Turun ke dalam Kerajaan Maut”
Dalam Buku Methodist The Esensentials Doctrine karangan Ted A. Campbell manyatakan " Methodist jemaat secara teratur menyanyikan " Kemuliaan bagi Bapa , dan Anak , dan Roh Kudus : seperti di awal, sekarang dan sampai dunia akhir . Amin . " Doktrin Tritunggal muncul dari pertanyaan apakah itu tepat untuk menyembah Kristus sebagai Tuhan . Para guru kelompok Arian tahun 300 menyatakan bahwa Kristus adalah ilahi dalam arti , tapi adalah " makhluk ( makhluk ciptaan ) tidak akan diberikan ibadah yang sama dengan Bapa diciptakan. Sebagai tanggapan terhadap Arian , dewan para uskup Kristen di tahun 325 dan 381 memberi kami keyakinan yang secara historis disebut Kredo Nicea . Kredo ini menjelaskan bahwa Kristus adalah " satu substansi dengan Bapa , Tunggal , tidak diciptakan " dan bahwa Roh Kudus adalah " bersama-sama disembah dan dimuliakan " dengan Bapa dan Anak.
Artikel pertama Methodist dan artikel pertama dari UM Pengakuan iman menegaskan ajaran Trinitas memanfaatkan bahasa dewan kuno , dan gereja-gereja kita telah menyertakan Pengakuan Iman Nicea di hymnals Methodist sejak pertengahan 1990-an .
Salah satu ekspresi bersejarah ajaran bahwa Kristus benar-benar manusia adalah pernyataan dalam
Pengakuan Iman Rasuli bahwa Kristus " turun ke dalam neraka , " atau turun ke orang mati . " Ini berarti bahwa Kristus mengalami kematian sebagai sepenuhnya seperti manusia. Pertama Petrus bahkan menyatakan bahwa dalam kematian Kristus " pergi dan memberitakan Injil kepada roh-roh dalam penjara , " tampaknya mengacu pada keyakinan gereja mula-mula bahwa Kristus memberitakan Injil kepada mereka yang telah meninggal sebelum kedatangan penyelamat . John Wesley menghilangkan dari Anggaran Pasal  Methodist dan Anglikan menyatakan turunnya Kristus ke dalam neraka , meskipun hal ini mungkin tidak menunjukkan ketidaksetujuan . Ketika Metodis mulai memasukkan Pengkuan iman di hymnals mereka di tahun 1880-an , banyak yang tidak memahami arti dari ungkapan ini . Mereka Berpikir bahwa untuk mengatakan bahwa Kristus " turun ke neraka " berarti bahwa Kristus pergi ke tempat hukuman kekal.  Dan begitu dihapus ekspresi dari keyakinan tersebut. Pemahaman yang berkembang tentang makna ungkapan ini telah menyebabkan beberapa Methodist Gereja untuk menyertakan versi " ekumenis " dari Pengkuan Iman Rasuli, serta dari yang Methodis telah lazim mengatakan pengakuan iman. . Kesalehan Metodis, dinyatakan dalam UM Pengakuan iman, telah disebut konsisten dengan pekerjaan Roh Kudus dalam menuangkan bagian tugas ilahi untuk manusia dan yang memimpin kita menuju "jalan keselamatan."[27]
Hasil wawancara dengan Pendeta dan Dosen STT Methodis sebagai berikut;
1.      Pdt. Dr. Robert Lumbantobing (Dosen STT GMI Bandar Baru)[28]
Mengatakan dalil “turun ke dalam kerajaan maut” bagi Metodis, itu adalah suatu rumusan yang dirumuskan oleh beberapa bapa gereja hasil dari pada konsepan manusia, dan sehingga menurut Methodis dalil “turun ke dalam kerajaan maut” itu sama saja dengan mati dan dikuburkan, dan metodis mengakukan itu bahwa karena dalam tulisan kuno tidak dimuat sebagai pengakuan iman. Sehingga Methodis mengikuti tulisan-tulisan kuno itu. Jadi ada dua kemungkinan alasan menurut beliau yaitu dalil “turun ke dalam kerajaan maut” sama halnya dengan mati dan dikuburkan, dan karena dalam tulisan-tulisan kuno itu tidak dimuat.
2.      Pdt. J.Sembiring, M.Th (Dosen STT GMI Bandar Baru)[29]
Ia katakan bahwa Persoalan dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” Ia juga mengatakan bahwa sebenarnya PIR Methodist mengikuti pengakuan Nicea. Sama halnya dengan gereja-geraja lain. Dalam pengakuannya memang meniadakan dan menghilangkan itu dalam PIR Methodis. Sebagai alasan yang mendasar adalah bahw Yesus tidak mungkin turun lagi ke dalam kerajaan maut karena maut adalah penderitaan yaitu kematian Yesus dan yang kedua jika Yesus turun dalam kerajaan maut itu berarti Yesus pergi ke dalam dunia neraka. Dan itulah yang tidak diyakini Wesley bahwa Yesus tidak memberitakan karena ia masih di dalam kubur secara total. Sehingga beliau juga mengatakan bahwa Turun ke dalam Kerajaan Maut sama juga dengan Yesus dalam keadaan di alam mati dalam kuburan. Namun Jhon Wesley, tidak jelas membuat pandangan tentang hal ini dan bahkan tidak bisa ditemukan alasan yang pasti. Tetapi jelas bahwa pernah dibuat sidang Methodis sedunia, membahas pengkuan iman Rasuli dan hasilnya dalil itu ditiadakan dalam PIR Methosdis. Dia juga mengatakan bahwa dalam ajaran Methodis yang berbahasa Karo pasal “turun ke dalam Kerajaan maut” dibahasakan menjadi Nusur ku begu yang artinya bahwa Yesus turun ke dunia hantu/begu. Sehingga karena pemaknaan itu maka pasal itu dihilangkan dalam Pengakuan Iman Methodis.
3.      Pdt. Dinson Saragih, M.Th (Dosen STT GMI Bandar Baru)[30]
Ia katakan bahwa dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” ditiadakan karena memang istilah itu sama halnya dengan Yesus mati. Jikalau Yesus sudah mati itu sama halnya Yesus dalam penderitaan maut. Jadi, “Turun ke dalam Kerajaan Maut” itu tidak perlu disebutkan karena itu adalah bagian dari kematian Yesus. Jadi ketika itu dibuat lagi itu sesuatu pengulangan yang mubajir. Pada umum Methodist tidak menggunakan itu karena dalam Konferensi Methodist sedunia itu sudah dibicarakan dan tidak perlu dimuat lagi dalam pengakuan Iman rasuli. Tetapi yang Methodis mengikuti Pengakuan Nicea. Menurut beliau bahwa secara Dogmatisnya bahwa maut itu adalah kematian. Jadi Yesus mati adalah juga bagian maut. Dalam PIR methodis sudah disosialisasikan bahwa itu tiadakan karena Yesus Kritus mati bertanda menuju ke dalam maut.
4.      Pdt. Naek Situmorang, M.Th (Dosen STT GMI)[31]
Ia mengatakan bahwa Methodist sudah meniadakan itu dalam pengakuan imannya karena itu sudah menjadi keputusan gereja Methodist. Namun jikalau alasan yang pasti beliau kurang mengetahui hasil metodist karena sampai saat ini Methodis hanya mengikuti bagian pengakuan iman nicea. Tapi kalau sesungguhnya Wesley tidak pernah ditemukan alasannya mengapa Wesley setuju meniadakan itu. Beliau juga mengatakan bahwa sejauh yang ia pahami bahwa Methodis dalam ajaran keselamatannya hanya melalui kebenaran Yesus Kritus yang mati, dikuburkan, sehingga Ia bangkit mengalahkan maut. tetapi Methodis tidak menerima dalil turun ke dalam kerajaan Maut karena kematian dan dikuburkan itu adalah bagian dari maut dan penderitaan . karena mengapa Yesus turun lagi karena sudah mati dan dikuburkan, karena itu suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Beliau berpendapat bahwa dalil itu tidak menjadi bagian PIR Methodis karena sangat membingungkan seakan-akan Yesus turun lagi kedalam maut. karena mati dan dikuburkan itu mempunyai makna maut. menurut beliau ketidakjelasan itu juga bagi Methodis menjadi tidak mengikrarkan dalam pengakuan imannya.
Jadi, dari pendapat itu disimpulkan bahwa Methodist mengaku imannya Yesus mati dan dikuburkan untuk mengalahkan maut. sehingga mati dan dikuburkan sama hal Yesus juga turun ke dalam kerajaan maut. karena Yesus tidak akan turun lagi sebab karena ia sudah berada dalam maut yaitu keadaan mati dan dikuburkan. Jadi tidak perlu lagi pengulangan.
2.11.                    Kritik Dogmatis Terhadap Pengakuan Iman Methodis Yang Meniadakan Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut”
Dalam Pengakuan Iman Rasuli bagian pasal ke-kedua, terdapat dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” yang telah diakui beberapa gereja termasuk Lutheran. Tetapi ada berbagai pandangan yang tidak setuju dengan dalil ini  sehingga mereka meniadakan dalil “turun ke dalam Kerajaan Maut”. Dan juga dalil ini menjadi persoalan dengan alasan bahwa Yesus tidak pernah turun ke dalam neraka(maut) disebabkan oleh penafsiran yang berbeda-beda tentang itu.
 Menurut Lutheran Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” ini dianggap sebagai kemenangan Kristus yaitu bahwa dengan “turunnya ke dalam kerajaan maut”itu Kristus melepaskan para jiwa orang beriman dari Perjanjian Lama yang sebelum kemenangan Kristus masih harus menunggu kelepasan mereka yang sempurna.[32] Dalam 1 Petrus 3:18-20, bahwa Kristus berkuasa atas maut,dan bahwa keselamatan yang dikerjakan-Nya untuk bagi orang sudah mati sebelum kedatangan-Nya. Makna ayat ini dapat memberikan arti kematian dan kemenangan Kristus meliputi semesta alam serta segala masa.[33] Jadi setelah Tuhan Yesus dikuburkan Ia turun ke dunia bawah. RohNyalah yang pergi ke sana untuk “ memberitakan Injil kepada roh-roh  yang di dalam penjara’ (1 Petrus. 3:19). Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah (1 Petrus 4:6). Jadi berita keselamatan harus disampaikan kepada orang-orang yang telah mati, yang belum pernah mendengarnya pada masa hidup mereka. Jadi yang dimaksud “dunia bawah” ialah bukan api neraka, bukan tempat orang-orang yang telah dijatuhi hukuman yang kekal. Tetapi mereka adalah orang-orang yang menanti-nantikan hari kebangkitan.[34] Sedangkan dalam PIR Methodist yang meniadakan  dalil “turun ke dalam Kerajaan Maut”. Ketika mereka meniadakan itu, hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak mengakukan bahwa Yesus berkuasa atas maut.  lalu bagaimanakah nasib orang-orang yang sudah mati sebelum Yesus Kristus lahir?. Dan Orang-orang mati sebelum Yesus Kristus, apakah mereka akan mati selamanya?  dan tidak akan mempunyai kesempatan bangkit untuk mendapat keselamatan?. Bahwa turunnya Kristus ke dalam kerajaan maut menyebabkan keselamatan bagi orang percaya di PL (Mat.27:52; Ibrani 12).  Keterangan yang dipetik dari rasul Petrus hanyalah: Kasih Allah mencakupi juga orang-orang mati sejak dahulu kala, supaya mereka juga dimungkinkan memperoleh keselamatan.[35] Jika Methodis meniadakan itu, maka pertanyaannya adalah apakah menurut Methodis meniadakan bahwa orang-orang yang telah meninggal dulu tidak mendapatkan keselamatan? Dan apakah mereka yang dulunya meninggal tidak mendapat kesempatan mendengar kabar Baik itu?. Berdasarkan kutipan dari Petrus,bahwa mereka(orang-orang mati) tidak akan begitu saja dijebloskan ke dalam neraka(maut) tanpa lebih dulu diberi kesempatan mendengar berita Kristus. Ia berkata, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini (Yoh 3:16). Jika dihunjuk “segenap dunia” artinya sasaran Kasih Allah termasuk juga kepada orang-orang mati kendati yang belum pernah mendengar berita keselamatan.[36] Dan sebab Yesus berkata: Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup, tidak ada yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6). Berarti keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus karena itulah Yesus turun ke dalam kerajaan maut itu memberitakan kemenanganNya dan kebangkitanNya ke seluruh mahluk dan mengalahkan maut.
              Dalam Rumusan Kesepakatan Formula of Concord disebutkan bahwa “pasal ini, sama seperti yang terdahulu, tak dapat dipahami dengan akal dan budi, melainkan harus dipahami dengan iman saja. Luther dalam khotbahnya di Torgau pada tahun 1533 bahwa pasal ini dijelaskannya dengan cara kekristenan yang sesungguhnya, mengesampingkan semua pertanyaan yang  sia-sia dan menghimbau semua orang Kristen kepada kesederhanaan iman. Luther mengatakan bahwa “cukuplah kita tahu bahwa Kristus telah turun ke kerajaan maut, memusnahkan alam maut demi orang-orang percaya dan telah menebus mereka dari kuasa maut dari iblis, dan kutukan kekal dari gigitan neraka. Untuk mengetahui bagaimana terjadi, kita harus urungkan sampai datangnya dunia baru nanti, yang akan diungkapkan kepada kita bukan hanya hal ini, melainkan juga banyak hal lain, yang tidak bisa dipahami oleh akal kita yang buta tetapi harus diterima saja.[37]         Pandangan Methodis yang menyatakan bahwa “Turun ke dalam Kerajaan Maut sama dengan mati dan kuburkan, penyeminar melihat pernyataan tidak setuju akan pendangan tersebut sebab mati dan kuburkan itu merupakan tindakan pasif sedangkan kata  “turun ke dalam kerajaan maut” merupakan aktif yang menunjukkan bahwa itulah kemenangan Kristus yang menuju kepada kebangkitan. Jadi, jika Methodis menyamakan “Turun ke dalam Kerajaan Maut sama dengan mati dan kuburkan berarti mereka seakan-akan membatasi karya dan kuasa Allah. Kalau Yesus tidak turun ke dalam kerajaan maut, apa yang dilakukan Yesus selama tiga hari sebelum kebangkitanNya?. Pada hal Allah dalam Yesus Kristus tidak bisa dibatasi karena Allah adalah Allah yang bekerja dan hidup. Meniadakan dalil “turun ke dalam kerajaan Maut” berarti mengukur kasih Allah. Padahal Kasih Allah diperuntukkan ke pada dunia ini. dunia ini bukan hanya mahluk yang bernapas tetapi juga kepada segenap alam Allah juga menyatakan kasihNya. Yesus turun ke dalam alam maut, itu adalah sebuah kebenaran, karena pada kenyataannya Ia memang mati secara tubuh, tetapi Ia terikat pada alam maut  tersebut selama 3 hari.  Sebagai Allah, Yesus Kristus itu "Maha-hadir", saat mayat-Nya ada di dalam kubur, Dia pun pergi memproklamirkan kemenangan-Nya atas maut kepada roh-roh di dalam penjara (1 Petrus 3:19-20). Sebagai Allah, Yesus Kristus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (kecuali jika anda menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Allah). Harus kita perhatikan bahwa ada ayat yang menulis bahwa Dia pun ada di Firdaus pada hari kematianNya. Karena Yesus pernah berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." jadi, kebangkitan Yesus mengalami keadaan maut sebab Efesus 4:9 “bukanlah Ia telah naik berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah.[38] Dalam 1 Ptr 3:19 dengan 3:22 dipergunakan kata “pergi” dan “ naik”. Maksudnya; keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus sungguh merangkumi semesta alam dan ada artinya bagi segenap kosmos. Rahmat Allah sampai kepada “tempat yang tidak terduga dalamnya”, dan rahmat itu demikian tingginya sehingga tak dapat kita menangkapnya (band. Mzm.139:6-8). Tetapi satu hal yang harus diingat bahwa berbagailah orang yang percaya kepada Yesus Kristus yakni Kasih Allah  yang dinyatakan lewat kematian dan kebangkitan-Nya yang melampaui segala tempat dan waktu yang tidak mampu dijangkau pikiran manusia karena Allah adalah Allah karena Allah adalah Kasih bukan pembinasa (Hos.11:9). 
Dunia ini tidak ada yang lebih kuat daripada kematian. Kematian menaklukkan segenap hidup. Tetapi setelah Kristus mati, kematian kalah total. Kristus mati bukan untuk mati melainkan rohnya turun ke alam maut dan pada hari ketiga Ia bangkita dari kematian. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati (Kol. 1:18; Lih 1 Kor.15). oleh sebab itu mati hanyalah daging tetapi roh tetap hidup.[39] Ucapan”turun ke dalam kerajaan maut” sekurang-kurangnya ingin menginsyafkan kita, bahwa arti pekerjaan Kristus meliputi segenap isi alam semesta. Anak Allah telah turun dari Sorga, menjadi manusia di bumi; Ia mati dan masuk ke dalam wilayah kekuasaan maut (dunia bawah); kemudian Ia bangkit dari antara orang mati, lalu pulang ke rumah BapaNya di sorga (Kis.2:22-32). Dengan kata lain Yesus Kristus sudah mendahului manusia masuk ke dalam wilayah yang gelap itu. Tetapi Ia dilepaskan dari kekuasaan maut (Kis.2:24,27, 31). Artinya Ia sudah bangkit, Kerajaan Maut dan dia yang tadinya memegang kuncinya telah dikalahkannya (Why.1:18). Demikianlah Ia sudah “membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut (Ibr.2:14-15). Orang yang percaya kepada Dia yang tidak akan ditinggalkan. Ke manapun juga pergi (Mzm. 139:8). Di tengah-tengah dunia ini, yang menyerupai neraka atau kerajaan maut, dalam segala godaan dan perjuangan, dalam semua godaan dan penderitaan, bahkan juga pada waktu mati, Tuhan menyertai orang yang percaya selaku pemenang atas segala kuasa jahat: dosa, maut. Yesus itulah manusia pertama yang mendahului kita melalui kegelapan masuk ke dalam terang yang mulia. Artinya keselamatan yang telah disediakan, pun bagi manusia sendiri. Jika “musuh terakhir” yang paling dahsyat itu pada asasnya sudah dikalahkan, kepada kuasa-kuasa manakah kita akan takut lagi (Rom. 8:38-39).[40]
Penyeminar dengan tegas mengatakan bahwa dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” harus diikrarkan dalam PIR yang merupakan wujud pengakuan Iman. Karena pengakuan iman itu menjadi bukti kemahakuasaan dan kemuliaan Allah. Dalam Formula Konkord dijelaskan bahwa Kristus Turun ke Alam Maut merupakan bentuk bagaimana Kristus dinaikkan ke sisi kanan kemahakuasaan dan kebesaran Allah. Kita mesti percaya saja dan berpegang pada Firman itu. Kemudian harus dipertahankan dengan teguh pasal ini dan mengambil darinya kebahagiaan bahwa alam maut dan iblis tidak dapat memenjarakan kita dan setiap orang yang percaya Kristus akan tidak akan membahayakan kita.[41]
Jadi jelas sekali dalam Formula Konkrod dengan tegas mempertahankan pasal ini karena pasal ini memberikan makna dan kebahagiaan yang ada terjadi di alam maut. Bagi Penyeminar, selagi pengakuan ini itu menumbuhkan iman maka itu perlu dipertahankan dan itulah tujuan pengakuan iman itu. Karena Kristus turun ke Kerajaan Maut memperlihatkan kemuliaannya dan kemahakuasaanNya yang tidak bisa dipikirkan oleh akal sehat manusia.
2.12.                    Relevansinya Bagi Gereja Masa Kini
Pengakuan Iman Rasuli yang sudah menjadi bagian dogma Gereja. Menjadi landasan Gereja untuk merumuskan beberapa aturan-aturan yang bergunakan untuk mengajar dan mengarahkan iman gereja agar iman bertumbuh . Gereja harus mengakukan itu sebagai respon terhadap Allah melalui respon manusia dalam aspek kehidupannya dan menjadi kesaksian untuk menolak ajaran-ajaran sesat. Gereja diutus supaya menjadi saksi iman kepada dunia yang menyatakan Yesus Kristus adalah Allah yang berkuasa dan mengalahkan maut serta kebangkitanNya hanya untuk memberi kemenangan bagi orang yang percaya kepadaNya. Gereja menjadi alat pewartaan Kasih Allah kepada dunia. sebab ada tertulis “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Kuasa penyelamatan Allah akan dunia ini tidak dibatasi oleh pikiran manusia tetapi penyelamatan itu diperuntukkan bagi dunia ini. karena Allah tidak terbatas kasih-Nya.
Kemenangan yang diberitakan Yesus sekaligus pewartaan kepada orang-orang mati. kemenaganNya disaksikanNya pada orang-orang yang mati. Ia sendiri bersaksi akan kemenanganNya dan setiap orang yang percaya juga harus menjadi saksi atas kemenangan atas maut. masalahnya adalah apakah Gereja sekarang ini menjadi saksi akan kemenangan Yesus Kristus dan apakah Gereja sudah mengikrarkan imannya dalam aspek kehidupannya.  Dalil ini mengingatkan bahwa Yesus Kristus telah menang atas maut dan kepada orang yang percaya tidak mengingkari iman mereka. Sebab bagi orang yang percaya mereka juga akan menang karena Yesus Kristus telah mendahului manusia mengalahkan maut atas kemenagannya. Makna Dalil ini bagi orang percaya masa kini yang hidup dalam pergumulan, bahkan penderitaan tetap mempunyai keyakinan bahwa Kristus telah turun ke dalam kerajaan maut dengan kerendahannya supaya kutuk maut dikalahkan sehingga kita tetap teguh dalam keyakinan iman kita (Yoh.14:33).
              Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” persoalan diikrarkan atau tidak dalam kebaktian, bukan masalah. Tetapi dalil ini adalah kematian dan juga kebangkitan Yesus sekaligus kemenangan atas segala kuasa dan roh. “Turun ke dalam Kerajaan Maut” memiliki arti kemenangan dalam terang kebangkitan, inilah sebabnya dalil ini tidak bisa ditiadakan dalam pengakuan Iman Rasuli.[42] Oleh sebab itu akan terdengarlah suara Kristus memangggil  orang percaya keluar dari kuburan, supaya hidup benar-benar bersama Dia. Bahwa “semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum (Yoh. 5:28-29). Bagi orang Percaya, “Turun Kristus ke alam maut memberikan harapan bahwa Kritus akan membawa mereka ke negeri kedamaian yang penuh  kenyamanan. “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Kor. 15:55,57).  Semua hal itu hanyalah Allah yang tahu, tetapi orang percaya mempunyai kesempatan yang begitu baik mendengar Firman Allah, pada masa hidup kita sekarang di dunia inilah saatnya untuk memilih hidup sejahtera yang kekal atau kengerian yang abadi di neraka (2 Kor.6:2). Jadi masa kini adalah masa uluran kasih dan tidak punya kesempatan lagi.[43] Sehingga gereja  yang diberikan kesempatan hidup mempedomani dan mendengarkan Firman Tuhan adalah kesempatan yang baik. Sehingga bagian dari Tritugas gereja untuk bersaksi, di mana gereja harus mengakukannya dalam aspek kehidupannya karena kemenangan Kristus mengalahkan maut bukti bahwa Yesus sudah bangkit.
III.             KESIMPULAN
Dengan demikian dalil “turun ke dalam kerajaan maut” dalam Pengakuan Imam Rasuli masih perlu dibaca atau di ikrarkan dalam kebaktian. Tentu tidak salah membaca bagian ini, tetapi dalil ini tidak salah dibaca dengan pengertian yang sesuai dengan penyataan Firman Tuhan. Signifikasi dalil ini adalah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sekaligus merupakan kemenangan atas segala kuasa dan roh. Yesus Kristus “turun ke dalam kerajaan maut” merupakan bukti bahwa Allah adalah Allah yang tidak terjangkau, tidak terbatas, tidak terselami kasih setianya. Ketika kita membatasi atau menolak itu maka berlawanan dengan kasih Allah. Kasih Allah diberuntukkan kepada dunia ini bukan hanya manusia yang bernafas tetapi juga orang-orang mati yang menanti-natikan keselamatan. Keselamatan itu harus diwartakan kepada dunia supaya dunia tahu bahwa Yesus Kristus yang telah mendahului kita sudah mengalahkan maut. Allah yang terus bekerja dan hidup. Dalil “turun ke dalam kerajaan maut” adalah kemenangan Yesus Kristus mengalahkan maut yang menunjukkan kemuliaan Allah. Jadi dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” harus dipertahankan untuk pengakuan iman kita sebagai indentitas kita bahwa Yesus Kristus yang kita imani adalah Yesus yang berkarya dalam segala ruang dan waktu.


IV.             DAFTAR PUSTAKA
Bandstra, Andrew J, “Making Procklamation to the spirit in Prison: Another Look at 1 Peter 3:19”, Calvin Theological Journal, London: London Internasional Press: 2003
Blum, Edwin A., 1 Peter” dalam The Expositors’s Bible Commentary Vol.12, Frank E.Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1981
Boland, B.J., Intisari Iman Kristen Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Campbell, Ted A., Methodist The Essentials Doctrine, USA: Abingdon Press, 1999
Davids, Peter H., The First Epistle of Peter, Grand Rapids: Eerdmans, 1990
Djuandy, Johan, “Yesus Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” dalam Jurnal Amanat Agung Vol.2, Jakarta: STT Amanat Agung, 2006
Fandrey, James E. (ed), Marthin Luther,“Katekismus Kecil Luther” dalam Landasan Iman Kristen Dengan Penjelasannya, Medan: CV. Tried Rogate,2012
Ferguson, David, J.I Packer, Sincclair B., New Dictionary of Theology Jilid 2  Malang: Literatur SAAT, 2009
 Groen, J.P.D., Terpanggil Untuk Mengakui Iman- Pembimbing ke dalam dukumen-dukumen Pengakuan Gereja Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997
Lane, Tony, Runtut Pijar Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
Niftrik & B.J. Boland,  G.C.Van, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990
Sihombing, Justin, Jangan Diperdaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 114
Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986
Soedarmo, R., Kamus Istilah Teologi, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1991
Tappert, Theodore G. (ed), Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Tappert, Theodore G., Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014
Sumber lain:
Hasil wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari selasa, 25 Februari 2014
Hasil wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari rabu, 26 Februari 2014
Hasil wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari Rabu, 26 Februari 2014
Hasil wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari Jumat, 28 Februari 2014





[1] B.J. Boland, Intisari Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 43
[2] Tony Lane, Runtut Pijar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 52
[3] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986). 196-197
[4]J.P.D. Groen, Terpanggil Untuk Mengakui Iman- Pembimbing ke dalam dukumen-dukumen Pengakuan Gereja(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 64
[5] Christian De Jonge, 77-78
[6] F.D.Wellem, 96-97
[7] Unsur-unsur ini dapat dilihat juga dalam Katekismus Heidelberg, yang membahas selain dari kesepuluh Firman dan Doa Bapa Kami, juga Pengakuan Iman Rasuli.
[8] Pada tahun 200-400 gereja kuno merahasiakan pengakuan iman (bersama dengan doa Bapa Kami dan upacara baptisan serta perjamuan kudus) bagi dunia luar. Rahasia-rahasia ini baru dibukakan kepada calon baptisan setelah mereka lulus katekisasi dan menjelang baptisan. Namun setelah gereja menjadi gereja rakyat (sekitar 400) tidak perlu  lagi pengakuan iman dirahasiakan. (Christian De Jonge, 78)
[9] C.C.van Niftrik & B.J. Boland, Pedoman Dogmatika­, 37
[10] Tony Lane, Runtut Pijar, 52
[11] Johan Djuandy, “Yesus Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” dalam Jurnal Amanat Agung Vol.2, (Jakarta: STT Amanat Agung, 2006), 55
[12] Sincclair B. Ferguson, David, J.I Packer, New Dictionary of Theology Jilid 2 (Malang: Literatur SAAT, 2009), 12-13
[13] Theodore G. Tappert (ed), Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 562-568
[14] R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1991), 99
[15] James E.Fandrey(ed), Marthin Luther,“Katekismus Kecil Luther” dalam Landasan Iman Kristen Dengan Penjelasannya.(Medan: CV. Tried Rogate,2012), 133
[16] Theodore G. Tappert, Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 690-691
[17] R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, 99
[18] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 336-337
[19] Andrew J.Bandstra, “Making Procklamation to the spirit in Prison: Another Look at 1 Peter 3:19”, Calvin Theological Journal, (London: London Internasional Press: 2003), 120
[20] Peter H.Davids, The First Epistle of Peter, (Grand Rapids: Eerdmans, 1990), 138
[21] Edwin A. Blum, 1 Peter” dalam The Expositors’s Bible Commentary Vol.12, Frank E.Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1981), 242
[22] Andrew J.Bandstra, “Making Procklamation to the spirit in Prison: Another Look at 1 Peter 3:19”, Calvin Theological Journal, 123
[23]Harun Hadiwijono, Iman Kristen,, 337-338
[24]G.C.Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990),  267
[25] Ibid,267
[26] J.P.D. Groen, Terpanggil Untuk Mengakui Iman- Pembimbing ke dalam dukumen-dukumen Pengakuan Gereja, 71
[27] Ted A. Campbell, Methodist The Essentials Doctrine (USA: Abingdon Press, 1999), 41-45
[28] Hasil Wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari selasa, 25 Februari 2014
[29]Hasil Wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari rabu, 26 Februari 2014
[30] Hasil Wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari Rabu, 26 Februari 2014
[31] Hasil wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari Jumat, 28 Februari 2014
[32] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 336
[33] G.C.Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 272-273
[34] Justin sihombing, Jangan Diperdaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 114
[35] Ibid, 114
[36] Ibid, 114
[37] Theodore G. Tappert (ed), Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran, 690-691
[38] Peter H.Davids, The First Epistle of Peter, (Grand Rapids: Eerdmans, 1990), 145
[39] Justin Sihombing, Jangan Diperdaya, 108
[40] B.J.Boland, Intisari Iman Kristen, 44
[41] Theodore G. Tappert (ed), Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran, 859
[42] Johan Djuandy, “Yesus Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” dalam Jurnal Amanat Agung Vol.2, 65
[43] Justin Sihombing, Jangan diperdayakan, 114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar