Oleh: Pdt Ampu Supriadi
Hutasoit, STh/ STT Abdi Sabda Medan
Program Kerja Untuk Orang Dewasa Muda (
18-34)
I.
Pendahuluan
Sebagaimana tugas Gereja
adalah mengajar, maka setiap oranng punya tanggungjawab untuk mengajar. Dalam
kaitan inilah kita perlu menyadari begitu pentingnya peran Gereja dalam
mengajar oleh sebeb itu maka pera Gereja sangat dibutuhkan karena Gereja yang
tidak mengajar bukanlah Gereja. Dalam pembahasan kali ini saya akan mencoba
membahas tentang bagaimana pengajaran utuk orang dewasa khususnya dewasa muda.
Semoga pembahasan laki ini dapat menambah wawsan kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum
(curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
"pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu". Itu
berarti istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno
di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai finish, kemudian di gunakan oleh dunia
pendidikan.
Secara terminologi, istilah
kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau
kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan
tertentu secara formal dan dapat dipertanggungjawabkan.
Seiring perkembangan jaman
pengertian kurikulum juga terus mengalami pergeseran makna, tugas mendidik yang
harusnya diemban bersama-sama antara keluarga dan sekolah menjadi tidak
berimbang, hal ini menjadikan masyarakat lebih mempercayakan masalah pendidikan
anak kepada sekolah. Padahal waktu yang dimiliki anak lebih banyak dilingkungan
keluarga daripada disekolah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian pesat diikuti peledakan informasi dan peledakan penduduk membuat
beban sekolah semakin berat dan kompleks akhir-akhir ini. Hal ini juga yang
menyebabkan masyarakat lebih banyak menuntut ke sekolah berupa nilai-nilai dan
kemampuan anak yang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia
kerja.Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau
kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Setelah itu tulisan-tulisan
yang membicarakan kurikulum bermunculan. Sehingga muncul pengertian dari
kurikulum dari beberapa tokoh dan salah satunya adalah Saylor, Alexander dan
Lewis (1981) menyatakan bahwa ada empat kategori kurikulum yaitu: rencana mata pelajaran atau bahan-bahan
pelajaran, rencana pengalaman kerja, rencana tujuan pendidikan yang hendak
dicapai, rencana kesempatan kerja.[1]
Istilah kurikulum dalam pendidikan banyak digunakan mulai abad dua puluh ini.
Hal itu ditandai dengan
dipublikasikannya buku The Curiculum yang
ditulis Franklin Bobbit pada tahun 1918.
Sedangkan dalam KBBI,
kurikulum adalah sesuatu perangkat mata
pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. [2]
2.2. Pengertian Pengajaran
Pendidikan dewasa dirumuskan
sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk belajar dan bertanya
secara berkelanjutan seumur hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubunggan
dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabanya.
Pendidikan orang dewasa ( Andragogy) berbeda dengan pendidikan anak anak
(Paedagogy). Pendidikan dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri
untuk memecahkan masalah.[3]
Pengertian mengajar dapat dibagi atas beberapa bagian yaitu:
v Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan atau ilmu
pengetahuan dari seorang guru kepada murid-murid.
v Mengajar ialah, menanamkan sikap dan nilai-nilai pengetahuan
dan keterampilan dasar dari seseorang yang telah mengetahui dan menguasai
kepada seseorang yang belum mengetahui
v Mengajar adalah membimbing orang atau sekelompok orang
supaya dapat belajar dengan baik dan berhasil.[4]
2.3. Metode pengajaran
Ada beberapa defenisi
mengenai metode yaitu metode adalah alat yang sederhana yang dipergunakan guru
untuk mengkomunikasikan ilmu yang didalamnya terdapat idealisme dan kebenaran.
Metode juga adalah alat atau cara mengajar yang didalamnya terdapat pengalaman
dan bahan pelajaran sehingga keduanya menjadi mata rantai yang saling
berhubungan. Sedangkan dari pendekatan PAK metode adalah sarana yang dipakai
untuk membawa murid-murid untuk mengenal Tuhan serta Firman-Nya.[5]
2.3.1.
Fungsi metode
Ada beberapa fungsi dari metode yaitu:
·
Untuk memudahkan peserta di
dalam menerima bahan yang diberikan oleh pengajar[6]
·
Untuk mengimplementasikan
strategi belajar.[7]
·
Untuk meningkatkan minat
peserta dan mendapat perhatian dari peserta[8]
2.3.2.
Garis-garis besar penggunaan metode
Adapun yang menjadi penggunaan garis garis besar penggunaan
metode yaitu:
Guru harus menyiapkan bahan
pelajaran sebelum menentukan metode belajar
Guru akan memilih metode
yang sesuai dengan yang diajar
Di dalam mengajar, guru
harus menggunakan metode yang bervariasi
Guru harus menggunakan
metode yang membuka komunikasi
Guru harus mengatur tempat
sebagai fasilitas yang akan digunakan dalam sebuah metode
2.3.3. Tipe-tipe metode mengajar:
Ø Kelompok kerja
Adapun langkah-langkah dalam metode kelompok kerja ini
yaitu:
o
Kelas dibagi dalam kelompok
yang terdiri dari 3-6 orang
o
Mempersiapkan topik Khusus
o
Memilih seorang pemimpin
dalam setisp kelompok
o
Guru mengunjungi setiap
kelompok untuk mendorong dan membantu
o
Mereka masuk dalam kelompok
besar atau kumpul kembali
Ø Tanya jawab
Metode ini memberi
kesempatan bagi murid dan guru untuk saling tanya jawab. Pertanyaan membuat
interaksi dalam kelas menjadi suasana hidup. Dalam pertanyaan terdapat berbagai
macam tipe, pertanyaan yang faktual yang digunakan untuk menginformasikan dan
membuka diskusi.
Ø Tulisan kretif
Penulis kreatif merupakan
proyek khusus supaya murid-murid dapat menulis denagn kata-kata sendiri, baik
yang mereka pelajari dalam Alkitab maupun massalah yang mereka hadapi. Murid
murid akan lebih menguasai ketika menuangkan gagasan, keyakinan, perasaan, dan
ide-ide mereka. Disamping itu penulis kretif membantu murid-murid memahami
Alkitab atau sesuatu yang ditulis.
Ø
Dramatisasi
Suatu
kegiatan Drama yang bertujuan untuk menggambarkan sasaran pengajaran lewat cara
yang audio visual. cara ini sering digunakan untuk mempermudah pemahaman yang
nyata lewat Visualisasi pemeran drama.
2.4. Bentuk dan media pengajaran
Tujuan pengajaran adalah
mengarahkan oknum yang diajar kemana harus pergi, atau apa yang perlu
dipelajari. Tujuan pengajaran menjadi pedoman bagi pengajar untuk menargetkan
oknum yang diajar sehingga setelah mengikut pokok pembahasan oknum yang diajar
memiliki kemampuan yang telah ditentukan sebelumnya.[9]
Ada yang menjadi pengertian dari bentuk pengajaran yaitu:
Ø Dengan bentuk pengajaran dapat dimaksudkan beberapa jenis
sikap selama mengajar
Ø Bentuk pengajaran dapat juga berarti tehnik yang
dipergunakan oleh pengajar untuk menyampaikan pengetahuan kepada yang
diajarkan.[10]
Ada beberapa bentuk pengajaran yaitu:
v Information models, fokus perhatian rumpun ini adalah
aktivitas pengembangan keterampilan dan isi pengajaran yang akan disampaikan
kepada pesrrta didik
v Personal models, model ini mengutamakan pengembangan
kepribadian dan hubungan antara pribadi yang dihasilkan melalui aktifitas
mengajar
v Interactive model, titik berat model ini adalah penggunaan
energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok ini.
v Bahavioral models, models ini mengutamakan perubahan
perilaku yang spesifik.[11]
Bentuk pengajaran orang dewasa berdasarkan psikologi
perkembangan orang dewasa:
ü Memberitahukan ialah apabila guru dalam mengajar bersifat
memberitahu saja, bentuk ini dapat dibedakan atau ndapat dilaksanakan dengan :
·
Monologis atau scratis
apabila guru yang aktif, sedangkan muridnya hanya mendengarkan saja.
·
Deiktis, apabila guru
banyak memberikan contoh menunjukkan, atau memperlihatkan sedangkan muridnya
hanya mengamati saja.
ü Membangkitkan, apabila guru dalam mengajar dapat
membangkitkan keaktifan murid, bentuk ini dilaksanakan dengan cara:
·
Dialogis atau socratis
apabila guru berusaha mengaktifkan guru baik dengan cara bertanya ataupun
diskusi
·
Kreatif apabila murid
sendiri untuk mrngetahui kelanjutannya dengan atau tidak dengan bimbingan guru.[12]
2.5. Pengertian Orang dewasa
Kata dewasa berasal dari
kata “Adult” dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene-adolescere
yang berarti “tumbuh menjadi”
kedewasaan. Orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhanya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang
dewasa lain.[13]
Orang dewasa juga dapat diartikan memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan
siap bereproduksi dan dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif,
psikomotorik, serta dapat diharapkan memakaikan peranan bersama denagn
individu-individu lain dalam masyarakat.[14]
2.6. Ciri-ciri orang dewasa Muda (Umur 18-34 Tahun)
Masa dewasa muda atau Dini ini merupakan saat-saat perubahan
fiisk dan psikologi yang menyebabkan berkurangnya kemampuan reproduktif masa dewasa ini merupakan masa pencarian
kemantapan dan masa reproduktif yaitu masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosi, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan
nilai-nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.[15]
Pada usia ini orang dewasa muda sering mengalami masa keragu-raguan, mereka
tahu bahwa mereka tidak akan mungkin bisa kembali seperti dulu lagi. Pada usia
ini mereka sangat butuh simpati, pengertian dan bimbingan. Seseorang yang berada pada tahap ini juga
mengambil keputusan-keputusan berdasarkam suatu kontrak/perjanjian baik sosial
maupun pribadi. Dalam hal hukum, dan proses-proses yang mengubahnya pada masa
ini, mereka di bimbing oleh rasionya.
2.7. Psikologi Perkembagan orang dewasa Muda (umur 18-34 Tahun)
1. Segi Fisik
-
Mulai menunjukkan
tanda-tanda ketuaan
-
Mengendornya dagu
-
Perut semakin membesar
-
Pinggul dan paha semakin
membesar. [16]
2. Segi Afektif
-
Masa ketergantungan
-
Penyesuaian diri pada hidup
baru
-
Timbul rasa keragu-raguan
-
Membutuhkan simpati dan
bimbingan
-
Menemukan kelompok sosial
yang menyenangkan.
3. Segi Kognitif
-
Ada persaingan yang membuat
mereka bersifat egosentris
-
Penalaran analogis dan berpikir kreatif
-
Kemampuan mental diperlakukan
untuk mempelajari dan menyesuaikan diri
pada situsi yang dulu pernah terjadi.
2.8. Prinsip pengajaran Orang Dewasa
Prinsip pengajaran orang
dewasa dimaksudkan untuk memberi pengetahuan tentang apa saja yang diperhatikan
untuk melaksanakan pendidikan orang dewasa.
Ø Hukum belajar
ü Keinginan belajar: Merupakan hal yang sangat penting yang
dapat meningkatkan efektifitas belajar.
ü Pengertian terhadap tugas: peserta didik harus memperoleh
pengertian yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
ü Hukum asosiasi: belajar dengan menghubungkan ide atau fakta
dengan ide atau fakta lain cenderung dapat menghasilkan ingatan yang lebih
permanen, belajar dengan menghubungkan tersebut adalah salah satu ciri
kelebihan orang dewasa dibandingkan anak-anak.
ü Minat, keuletan, dan intensitas: dengan hanya sekedar
latihan atau pengulangan tanpa didasari dengan minat, hasil belajar tidak akan
efektif. Keuletan dan intensitas dari suatu pengalaman mempunyai pengaruh yang
membekas pada ingatan
ü Ketetapan hati: ini sangat menentukan, apakah seseorang akan
tetap melanjutkan aktivitasnya ataui tidak sama sekali.
ü Pengetahuan tentang keberhasilan dan kegagalan: seorang
peserta dalam pendidikan orang dewasa tidak akan memperoleh kemajuan dalam
proses belajarnya kecuali jika ia mengeetahui dalam hal apa saja ia berhasil
dengan baik dan dalam hal apa saja ia gagal.
Ø Penetapan tujuan
Tujuan umum: Pendidikan orang dewasa sangat berfariasi
tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakanya.
ü Maksud pendidikan: untuk memberikan maksud gambaran
pendidikan ini, kita gunakan maksud pendidikan di Amerika yang dikenal dengan
The purposes of education in American democracy, yang
terdiri dari empat tujuan khusus: penyadaran diri, hubungan masyarakat,
efisiensi ekonomi, dan tanggung jawab warga negara.
ü Tujuan khusus: terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatiakan yaitu ciri tujuan khusus yang baik, tipe tujuan khusus, dan
menentukan tujuan khusus untuk kegiatan pendikan khusus.
ü Memilih materi pelajaran: jika topik ini berhubungan dengan
ajaran akademis, maka hal ini akan berjudul pemilihan pokok bahasan.
Ø Mengembangkan
sikap, idealisme, dan minat
ü Sikap: Program pendidikan pada umumnya mengembangkan sikap
positif terhadap hal yang baik menurut norma yang berlaku di masyarakat.
Pendidik yang ahli akan segera mengenal bahwa pengembanga sikap tidak dapat
diremehkan begitu saja.
ü Idealisme: merupakan suatu standar kesempurnaan yang
diterima oleh individu atau kelompok. Idealisme yang sangat perlu ditanamkan
pada generasi muda Indonesia adalah kejujuran, kedisplinan, etos kerja dan
kebersihan yang dirasa belum diresapi sepenuhnya.
ü Minat: merupakan keinginan yang ddatang dari hati nurani
untuk ikut serta dalam kegiatan belajar.
Ø Mengajar Pengetahuan
Pengetahuan yang banyak jumlahnya tidak mungkin diajarkan
semuanya. Peserta didik cukupmempelajari dimana memperolehnya dan menggunakan
informasi semacam itu, oleh karena itu seleksi menjadi penting, hanya
pengetahuan yang relevan untuk mencapai tujuan khusus program pendidikan yang
sedang dijalankan itulah yang dipilih.
Ø Mengembangkan kemampuan
ü Mengembangkan kemampuan menilai atau mempertimbangkan:
sering timbul sebagai bagian dari situasi belajar. Peserta didik akan mencapai
kemajuan belajar lebih banyak jika mereka dapat menilai kualitas yang mereka
kerjakan.
ü Mengembangkan kemampuan manipulatif atau psikomotor: teknik
yang sangat baik telah dikembangkan oleh guru perdangangan dan industri untuk
mengembangkan kemampuan manipulatif.
ü Mengembangkan kemampuan mencegah masalah: langkah pemecahan
masalah bervariasi menurut pencetusnya. Sebagai contoh langkah yang dikemukakan
oleh Pidharta.
Ø Mendiskusikan isu kontroversional
ü Pentingnya mendiskusikan isu kontroversial: ini perlu
didiskusikan dalam suasana yang demokratis yang dapat mendorong orang
memutuskan isu krusial melalui proses diskusi terbuka dan dengan menggunakan
argumentasi bebas.
ü Kriteria untuk memilih isu kontroversial
ü Cara mendiskusiakn isu kontroversial: tahapan berikut ini
disarankan untuk dilaksanakan dalam mendiskusikan isu kontroversial.
Ø Cara membentuk kebiasaan
Membentuk dan mengakhiri suatu kebiasaan adalah salah satu
pendidikan orang dewasa yang penting. Membentuk dan mengakhiri kebiasaan tidak
merupakan pengalaman baru bagi peserta didik jika setiap orang dewasa telah
terbiasa membentuk dan mengakhiri kebiasaan sejak dilahirkan.
2.9. Tujuan PK untuk orang Dewasa
PK bertujuan untuk orang
dewasa agar bisa hidup dalam kedewasaan karena pendidikan formal yang mereka
terima disekolah pada dasarnya sudah diselesaikan, dicapai, dan direalisasikan.
Mereka mampu bertumbuh, berubah, dan berkembang secara emosional, mental,
sosial, dan spritual. Mereka mampu meningkatkan kemampuan, menetapkan dan
menjangkau tujuan hidup.[17]
Kaum pemuda bersifat dinamis dan berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Mereka
hendak memperbaharui masyarakat dan ingin memberantas segala sesuatu yang
jelek, yang jahat dan menyumpahi perkembangan dunia ini kearah keadilan dan
kemakmuran.[18]
Tetapi permasalahanya gereja kadang kadang tidak memperdulikan kebutuhan
mereka, banyak gereja lokal berpendapat bahwa mereka mampu mengatasi kehidupan
iman mereka, karena mereka sudah lulus sekolah minggu dan perguruan
tinggi. Padahal PK merupakan kebutuhan
yang sangat diperlukan bagi pengembangan dan pertumbuhan mereka. Bagi orang
dewasa mempelajari dan menerapkan
Alkitab tidak pernah berakhir karena PK merupakan usaha yang berkesinambungan.[19]
Perencanaan Pengajaran
untuk orang dewasa Muda (Umur 18-34 Tahun)
v Bentuk: Bentuk pengajaran yang saya gunakan adalah KHOTBAH
v Usia orang dewasa: Orang dewasa Muda (Usia 18-34 Tahun)
v Durasi kegiatan PA: (90 Menit)
v Waktu Kegiatan: malam
hari (19:30)
v Tempat: Gereja
HKI Sei Semayang, Jalan Gang Horas Medan
v Tema: Menjadi Teladan Yang Baik
v Alasan pemilihan tema: Sebagaimana pada usia ini, para Dewasa Muda di GKPI-WAHIDIN
BARU, sebahagian memiliki minat yang besar dalam pelayanan, namun ketidak
percayaan diri para Dewasa muda di tempat ini kurang optimis bahkan menjadi ragu,
dikarenakan para penilik Gereja maupun orang tua kurang begitu memahami
kemampuan dan minat para Dewasa muda ditempat ini, ada keraguan terhadap Orang
tua. Dan hal ini membuat sebahagian Dewasa muda patah semangat bahkan menjadi
kurang semangat dalam bergereja, mereka lebih baik kesana-kemari dari pada
meningkatkan Spritualitas didalam bergereja. Oleh
karena itu perlu penginspirasian dan pembekalan kepada Jemaat bahwa setiap
anggota Gereja yang merindukan untuk melayani berhak dipakai sebagai bagian
dari petugas didalam Gereja. Dan atas keadaan ini, saya memilih Nats dan tema yang sesuai dengan konteks keadaan
yang terjadi digereja ini, agar jemaat terbuka dalam menyikapi keadaan yang
terjadi diadalam situasi ini. Dan mengingatkan kepada semua jemaat sebagaimana tujuan hidup ini
adalah kesuksesan dan kebahagiaan didalam berserikat memuliakan nama Tuhan, serta
memahami arti hidup yang baik ditengah-tengah kehidupan Kristen.
v Pertimbangan:
·
Usia ini mampu menjadi teladan jika diberikan sedikit
pembobotan diri
·
Usia ini memiliki Eksistensi dalam bidang Pelayanan,
dan apabila diteguhkan lewat kegiatan Ini mungkin saja usia ini berani tampil
dengan pribadi yang mampu.
·
Sebenarnya para Orang tua tidak melarang, namun masih
meragukan Usia ini dalam bidang pelayanan (Mengajar Koor, Sekolah minggu dan
doa Syafaat dalam Ibadah lain sebagainya, padahal Usia ini merindukan andil
dalam bidang pelayanan ini). Semangat pada Usia ini begitu besar dalam hal
pelayanan, mereka bisa menjadi contoh yang baik untuk mengubah kebiasaan buruk
dari para pengurus gereja yang kurang baik didalam menampilkan teladan kepada
jemaat.
v Tujuan PK untuk orang
dewasa:
-. Agar mereka memahami apa dasar hidup dalam Kristus
-. Supaya setelah memahami arti dan makna menjadi teladan yang baik, Dewasa
muda siap bahkan berani untuk bersaksi akan Kristus didalam setiap kehidupan
dan pelayanannya sehingga lewat pribadinya,
mereka dapat melaksanakan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi seorang teladan yang
baik.
v Materi pembelajaran: 1 Timotius 4:6-12
v Metode: Dramatisasi+Diskusi
ü Mendramakan dua sisi kehidupan
sehari-hari yang berbeda, yaitu: Kehidupan sehari-hari seorang pendeta dan
Kehidupan pemuda yang rindu melayani Tuhan. Dari sisi kehidupan yang berbeda
ini akan menceritakan “Seorang pendeta yang hebat didalam berkhotbah namun
kurang mampu menunjukkan sikap seorang pelayan yang benar-benar lewat perbuatan
perkataannya, nah nanti disana terlihat seorang pendeta ibarat seorang pengajar
palsu yang tidak menunjukkan kebenaran firman lewat sikap yang benar. Namun disisi
lain kehidupan seorang pemuda yang rindu melayani Tuhan memiliki jiwa yang
benar-benar mampu menjadi panutan dan teladan yang baik disetiap kehidupannya,
namun si Pemuda ragu untuk menjadi seorang Pelayan Tuhan. Hal ini dikarenakan
ketidak percayaannya pada kemampuan karena tidak dipercayakan mampu dalam
mengambil andil didalam pelayanan. Sehingga ending ceritanya” Sipemuda akhirnya
diterima bahkan benar-benar siap menjadi pelayan didalam Gereja, karena jemaat
memandang dia sebagai sosok yang mampu menjadi teladan yang baik. Dan kegiatan
Drama ini akan dilakukan oleh 5 Pemeran. (Model dan Dramatisasi telah dikonsep
dan akan dilatih).
ü Mendurasikan Dramatisasi dengan
waktu 20 menit
ü Mendiskusikan hasil dari Penayangan
Dramatisasi kepada Jemaat dengan mengaitkannya kepada Pembahasan Nats. Dengan
tujuan :
s Melihat respon jemaat dari hasil
drama.
s Mengetahui seberapa simpati dan
sadar jemaat akan keadaan mereka, melalui Dramatisasi tersebut dan mengetahui
apa kesan jemaat atas Dramatisasi yang ditampilkan.
ü Jumlah pemeran Dramatisasi ada 5
orang.
ü Peralatan pemakaian Dramatisasis
(Disesuaikan)
v Jumlah Dewasa Muda yang mau turut serta (47 orang, Pria dan Wanita dalam usia yang
ditentukan) menurut survey saya.
§
Tata Tertib Acara PA, dibuka dengan
kegiatan Ibadah dan diselingi dengan Kegiatan PA, yaitu:
Ø Sapaan( Liturgis dari Pemuda setempat)
Ø Bernyanyi ( K.J. 415” Gembala baik bersuling nan merdu”)
Ø Doa pembuka
Ø Bernyanyi (Tuhan ku mau menyenangkan_Mu”)
Ø Saat teduh sejenak yang diiringi
dengan musik Organ dengan suara musik yang lembut
Ø Bernyanyi (K.J. 53 “Tuhan Allah t’lah berfirman”)
Ø Doa sebelum Firman
Ø Firman/ (Pembahasan Nats)+(Dramatisasi)+(Diskusi)
Pembahasan Nats
(1 Timotius 4:6-12)
Yang perlu dijelaskan ada
beberapa poin yaitu:
-
Apa itu teladan yang baik.
-
Siapa yang menentukan layak tidaknya kita untuk melayani( 1
Yoh 15:16b)
-
Bagaimana menunjukkan sikap yang benar dalam
Kehidupan Pelayanan dan menunjukkan sikap yang benar.
-
Melayani bukan untuk Dilayani, sehingga Setiap orang
haruslah mau menjadi Pelayan Tuhan yang baik didalam kehidupan keluarga,
masyarakat, Gereja.
Tujuan
dari Nats atau Relavansi Dramatisasi kepada Jemaat GKPI WAHIDIN BARU:
-
Mengajak setiap Jemaat memahami pentingnya menjadi
teladan iman didalam Yesus Kristus
-
Mengajak Jemaat untuk mampu berkomitmen menjadi
seorang yang memang benar siap melayani Tuhan, lewat privasi sebagai seorang
teladan
-
Mengajak jemaat menyadari setiap sikap yang benar yang
dikehendaki Tuhan, sehingga terciptalah kebenaran akan Tuhan melalui pelayanan
yang benar.
Ø Doa setelah Firman
Ø (Persembahan Pujian)
Ø Bernyanyi (Saya mau ikut Yesus
sampai selama-lamanya)
Ø Doa syafaat
Ø Benyanyi (K.J. 403 “Hujan berkat kan tercurah”)
Ø Doa penutup, Doa Bapa kami, Berkat
v Sumber pengajaran: Alkitab dan Dramatisasi
v Kesan dan Pesan:
·
Jemaat akan ditanyakan apa yang menjadi kesan setelah
melakukan PA
·
Jemaat akan diajak untuk memberikan Pesan dari
pertemuan PA yang dilakukan
·
Penyuluhan kepada Jemaat untuk melakukan komitmen dan perubahan
yang baru dari setiap apa yang telah dijelaskan dan ditampilkan (Dilakukan oleh
Guru Jemaat dan penyelenggara PA)
III.
Kesimpulan
Maka dari pemaparan diatas,
saya dapat menyimpulkan bahwa orang dewasa itu adalah orang yang mampu berdiri
sendiri, bertanggung jawab, dan mampu dalam melaksanakan pekerjaan Tuhan guna kebutuhan hidup pribadi dan orang lain. Di dalam dewasa muda ini, inilah saat -saat yang paling
menentukan akan siapakah dirinya nantinya. Maka secara umum sifat mereka adalah
bimbang akan kehidupan mereka, atas dasar itulah mereka butuh bimbingan dan
dukungan
yang Real, yaitu dengan mengadakan kegiatan Pengajaran yang dilakukan oleh
pengajar yang telah ditentukan” Seperti mengadakan kegiatan PA. Dengan tujuan
membina Spritualitas pribadi seseorang untuk lebih Percaya akan Kristus.
IV.
Daftar Pustaka
…KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Boehlke
Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktik Pendidikan Agama Kristen,
Plato-I.G. Loyola, Jakarta: BPK-GM, 1994
Bachri,
Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Emperis Aplikatif, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010
Dali Gulo,
Kartini, Kamus Psikologi, Bandung: Pionir, 2001
Engkoswara,
Dasar-dasar
Metodologi Pengajaran , Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984
Hadinoto
N.K. Admatja, Dialog dan Edukasi,
Jakarta: BPK-GM, 2000
Harjanto,
Perencanaan
Pengajaran, Jakarta: Rineka
Cipta, 1997
Homrighaussen
E.G., dan Enklaar I.H., Pendidikan Agama Kristen , Jakarta:
BPK-GM, 2005
Hurlock Elisabeth. B., Psikologi perkembangan edisi V ,
Jakarta: Erlangga, 1980
Ismail
Andar, Ajarlah Mereka Melakukan , Jakarta: BPK-GM, 1998
Kristianto
Paulus Lilik, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agma Kristen
, Yokyakarta: ANDI, 2006
Marpiare
Andi, Psikologi Orang Dewasa , Surabaya: Usaha Nasiional, 1983
Rooijakkers
Ad., Mengajar
Dengan Sukses, Jakarta: Gramedia, 1990
Sabri
Ahmad, Strategi belajar Mengajar Microteaching , Jakarta: Quantum Teaching, 2005
Samsumuwiyati,
Psikologi
Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008 Syamsul Khalib
Sidjabat
Samuel, Stategi Pendidikan Kristen , Yokyakarta: ANDI, 1994
Sumiantiningsih
Dien, Mengajar Dengan Kreatif dan Kretif , Yokyakarta: ANDI, 2006
Suprijanto
H., Pendidikan
orang dewasa, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Widiastuti
Maria, Diktat Kuliah Psikologi Umum , Medan: STT Injili Indonesia,
2007
Winasanjaya,
Strategi Pembelajaran Beriorientasi Standart Proses Pendidikan ,
Jakarta: Kencana, 2009
[1] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agma Kristen
(Yokyakarta: ANDI, 2006), 35
[2] …KBBI, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), 545
[3] H. Suprijanto, Pendidikan orang dewasa, (Jakarta: PT. Bumi Aksara) 2009
[4] Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran
(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984) 1
[5] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip, 83
[6] Ahmad Sabri, Strategi belajar Mengajar Microteaching ( Jakarta: Quantum
Teaching, 2005) 52
[7]
Winasanjaya, Strategi Pembelajaran
Beriorientasi Standart Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009) 145
[8] Paulus
Lilik Kristianto, Prinsip, 22
[9] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 1997) 214
[10] Ad.
Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses
(Jakarta: Gramedia, 1990)71
[11] Dien
Sumiantiningsih, Mengajar Dengan Kreatif
dan Kretif (Yokyakarta: ANDI, 2006) 76
[12] N.K. Admatja Hadinoto, Dialog dan Edukasi ( Jakarta: BPK-GM, 200)275-277
[13]
Elisabeth. B. Hurlock, Psikologi
perkembangan edisi V (Jakarta: Erlangga, 1980), 246
[14] Andi
Marpiare, Psikologi Orang Dewasa
(Surabaya: Usaha Nasiional, 1983), 17
[15] Paulus
Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik
Pendidikan Agma Kristen (Yokyakarta: ANDI, 2006), 103
[16] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip, 117
[17] Paulus Lilik Kristianto, 120-121
[18] E.G. Homrighaussen, dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta:
BPK-GM, 2005), 128
[19] Paulus
Lilik Kristianto, 123
Tidak ada komentar:
Posting Komentar