Jumat, 11 November 2016

Pendidikan Agama Kristen Dewasa, Ampu Hutasoit/ STT ABDI SABDA MEDAN

Oleh: Pdt Ampu Supriadi Hutasoit, STh/ STT Abdi Sabda Medan

Program Kerja Untuk Orang Dewasa  Muda  ( 18-34)
                                                                                                                
I.                   Pendahuluan
Sebagaimana tugas Gereja adalah mengajar, maka setiap oranng punya tanggungjawab untuk mengajar. Dalam kaitan inilah kita perlu menyadari begitu pentingnya peran Gereja dalam mengajar oleh sebeb itu maka pera Gereja sangat dibutuhkan karena Gereja yang tidak mengajar bukanlah Gereja. Dalam pembahasan kali ini saya akan mencoba membahas tentang bagaimana pengajaran utuk orang dewasa khususnya dewasa muda. Semoga pembahasan laki ini dapat menambah wawsan kita bersama.
II.                Pembahasan
2.1.  Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu". Itu berarti istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish, kemudian di gunakan oleh dunia pendidikan.
Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggungjawabkan.
Seiring perkembangan jaman pengertian kurikulum juga terus mengalami pergeseran makna, tugas mendidik yang harusnya diemban bersama-sama antara keluarga dan sekolah menjadi tidak berimbang, hal ini menjadikan masyarakat lebih mempercayakan masalah pendidikan anak kepada sekolah. Padahal waktu yang dimiliki anak lebih banyak dilingkungan keluarga daripada disekolah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat diikuti peledakan informasi dan peledakan penduduk membuat beban sekolah semakin berat dan kompleks akhir-akhir ini. Hal ini juga yang menyebabkan masyarakat lebih banyak menuntut ke sekolah berupa nilai-nilai dan kemampuan anak yang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Setelah itu tulisan-tulisan yang membicarakan kurikulum bermunculan. Sehingga muncul pengertian dari kurikulum dari beberapa tokoh dan salah satunya adalah Saylor, Alexander dan Lewis (1981) menyatakan bahwa ada empat kategori kurikulum yaitu: rencana mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran, rencana pengalaman kerja, rencana tujuan pendidikan yang hendak dicapai, rencana kesempatan kerja.[1] Istilah kurikulum dalam pendidikan banyak digunakan mulai abad dua puluh ini. Hal itu  ditandai dengan dipublikasikannya buku The Curiculum yang ditulis Franklin Bobbit pada tahun 1918.
Sedangkan dalam KBBI, kurikulum adalah  sesuatu perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. [2]
2.2.  Pengertian Pengajaran
Pendidikan dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk belajar dan bertanya secara berkelanjutan seumur hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubunggan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabanya. Pendidikan orang dewasa ( Andragogy) berbeda dengan pendidikan anak anak (Paedagogy). Pendidikan dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.[3]
Pengertian mengajar dapat dibagi atas beberapa bagian yaitu:
v  Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan atau ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada murid-murid.
v  Mengajar ialah, menanamkan sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan dasar dari seseorang yang telah mengetahui dan menguasai kepada seseorang yang belum mengetahui
v  Mengajar adalah membimbing orang atau sekelompok orang supaya dapat belajar dengan baik dan berhasil.[4]
2.3. Metode pengajaran
Ada beberapa defenisi mengenai metode yaitu metode adalah alat yang sederhana yang dipergunakan guru untuk mengkomunikasikan ilmu yang didalamnya terdapat idealisme dan kebenaran. Metode juga adalah alat atau cara mengajar yang didalamnya terdapat pengalaman dan bahan pelajaran sehingga keduanya menjadi mata rantai yang saling berhubungan. Sedangkan dari pendekatan PAK metode adalah sarana yang dipakai untuk membawa murid-murid untuk mengenal Tuhan serta Firman-Nya.[5]
2.3.1.   Fungsi metode
Ada beberapa fungsi dari metode yaitu:
·         Untuk memudahkan peserta di dalam menerima bahan yang diberikan oleh pengajar[6]
·         Untuk mengimplementasikan strategi belajar.[7]
·         Untuk meningkatkan minat peserta dan mendapat perhatian dari peserta[8]
2.3.2.   Garis-garis besar penggunaan metode
Adapun yang menjadi penggunaan garis garis besar penggunaan metode yaitu:
*      Guru harus menyiapkan bahan pelajaran sebelum menentukan metode belajar
*      Guru akan memilih metode yang sesuai dengan yang diajar
*      Di dalam mengajar, guru harus menggunakan metode yang bervariasi
*      Guru harus menggunakan metode yang membuka komunikasi
*      Guru harus mengatur tempat sebagai fasilitas yang akan digunakan dalam sebuah metode
2.3.3.      Tipe-tipe metode mengajar:
Ø  Kelompok kerja
Adapun langkah-langkah dalam metode kelompok kerja ini yaitu:
o   Kelas dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3-6 orang
o   Mempersiapkan topik Khusus
o   Memilih seorang pemimpin dalam setisp kelompok
o   Guru mengunjungi setiap kelompok untuk mendorong dan membantu
o   Mereka masuk dalam kelompok besar atau kumpul kembali
Ø  Tanya jawab
Metode ini memberi kesempatan bagi murid dan guru untuk saling tanya jawab. Pertanyaan membuat interaksi dalam kelas menjadi suasana hidup. Dalam pertanyaan terdapat berbagai macam tipe, pertanyaan yang faktual yang digunakan untuk menginformasikan dan membuka diskusi.
Ø  Tulisan kretif
Penulis kreatif merupakan proyek khusus supaya murid-murid dapat menulis denagn kata-kata sendiri, baik yang mereka pelajari dalam Alkitab maupun massalah yang mereka hadapi. Murid murid akan lebih menguasai ketika menuangkan gagasan, keyakinan, perasaan, dan ide-ide mereka. Disamping itu penulis kretif membantu murid-murid memahami Alkitab atau sesuatu yang ditulis.
Ø  Dramatisasi
Suatu kegiatan Drama yang bertujuan untuk menggambarkan sasaran pengajaran lewat cara yang audio visual. cara ini sering digunakan untuk mempermudah pemahaman yang nyata lewat Visualisasi pemeran drama.
2.4.  Bentuk dan media pengajaran
Tujuan pengajaran adalah mengarahkan oknum yang diajar kemana harus pergi, atau apa yang perlu dipelajari. Tujuan pengajaran menjadi pedoman bagi pengajar untuk menargetkan oknum yang diajar sehingga setelah mengikut pokok pembahasan oknum yang diajar memiliki kemampuan yang telah ditentukan sebelumnya.[9] Ada yang menjadi pengertian dari bentuk pengajaran yaitu:
Ø  Dengan bentuk pengajaran dapat dimaksudkan beberapa jenis sikap selama mengajar
Ø  Bentuk pengajaran dapat juga berarti tehnik yang dipergunakan oleh pengajar untuk menyampaikan pengetahuan kepada yang diajarkan.[10]
Ada beberapa bentuk pengajaran yaitu:
v  Information models, fokus perhatian rumpun ini adalah aktivitas pengembangan keterampilan dan isi pengajaran yang akan disampaikan kepada pesrrta didik
v  Personal models, model ini mengutamakan pengembangan kepribadian dan hubungan antara pribadi yang dihasilkan melalui aktifitas mengajar
v  Interactive model, titik berat model ini adalah penggunaan energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok ini.
v  Bahavioral models, models ini mengutamakan perubahan perilaku yang spesifik.[11]
Bentuk pengajaran orang dewasa berdasarkan psikologi perkembangan orang dewasa:
ü  Memberitahukan ialah apabila guru dalam mengajar bersifat memberitahu saja, bentuk ini dapat dibedakan atau ndapat dilaksanakan dengan :
·         Monologis atau scratis apabila guru yang aktif, sedangkan muridnya hanya mendengarkan saja.
·         Deiktis, apabila guru banyak memberikan contoh menunjukkan, atau memperlihatkan sedangkan muridnya hanya mengamati saja.
ü  Membangkitkan, apabila guru dalam mengajar dapat membangkitkan keaktifan murid, bentuk ini dilaksanakan dengan cara:
·         Dialogis atau socratis apabila guru berusaha mengaktifkan guru baik dengan cara bertanya ataupun diskusi
·         Kreatif apabila murid sendiri untuk mrngetahui kelanjutannya dengan atau tidak dengan bimbingan guru.[12]
2.5.  Pengertian Orang dewasa
Kata dewasa berasal dari kata “Adult” dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene-adolescere yang berarti “tumbuh menjadi”  kedewasaan. Orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhanya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lain.[13] Orang dewasa juga dapat diartikan memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan siap bereproduksi dan dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif, psikomotorik, serta dapat diharapkan memakaikan peranan bersama denagn individu-individu lain dalam masyarakat.[14]



2.6. Ciri-ciri orang dewasa  Muda (Umur 18-34 Tahun)
Masa dewasa muda atau Dini ini merupakan saat-saat perubahan fiisk dan psikologi yang menyebabkan berkurangnya kemampuan reproduktif  masa dewasa ini merupakan masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosi, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.[15] Pada usia ini orang dewasa muda sering mengalami masa keragu-raguan, mereka tahu bahwa mereka tidak akan mungkin bisa kembali seperti dulu lagi. Pada usia ini mereka sangat butuh simpati, pengertian dan bimbingan.  Seseorang yang berada pada tahap ini juga mengambil keputusan-keputusan berdasarkam suatu kontrak/perjanjian baik sosial maupun pribadi. Dalam hal hukum, dan proses-proses yang mengubahnya pada masa ini, mereka di bimbing oleh rasionya.
2.7.  Psikologi Perkembagan  orang dewasa Muda (umur 18-34 Tahun)
1.      Segi Fisik
-          Mulai menunjukkan tanda-tanda ketuaan
-          Mengendornya dagu
-          Perut semakin membesar
-          Pinggul dan paha semakin membesar. [16]
2.      Segi Afektif
-          Masa ketergantungan
-          Penyesuaian diri pada hidup baru
-          Timbul rasa keragu-raguan
-          Membutuhkan simpati dan bimbingan
-          Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan.
3.      Segi Kognitif
-          Ada persaingan yang membuat mereka bersifat egosentris
-          Penalaran analogis  dan berpikir kreatif
-          Kemampuan mental diperlakukan untuk  mempelajari dan menyesuaikan diri pada situsi yang dulu pernah terjadi.
2.8.  Prinsip pengajaran Orang Dewasa
Prinsip pengajaran orang dewasa dimaksudkan untuk memberi pengetahuan tentang apa saja yang diperhatikan untuk melaksanakan pendidikan orang dewasa.
Ø  Hukum belajar
ü  Keinginan belajar: Merupakan hal yang sangat penting yang dapat meningkatkan efektifitas belajar.
ü  Pengertian terhadap tugas: peserta didik harus memperoleh pengertian yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
ü  Hukum asosiasi: belajar dengan menghubungkan ide atau fakta dengan ide atau fakta lain cenderung dapat menghasilkan ingatan yang lebih permanen, belajar dengan menghubungkan tersebut adalah salah satu ciri kelebihan orang dewasa dibandingkan anak-anak.
ü  Minat, keuletan, dan intensitas: dengan hanya sekedar latihan atau pengulangan tanpa didasari dengan minat, hasil belajar tidak akan efektif. Keuletan dan intensitas dari suatu pengalaman mempunyai pengaruh yang membekas pada ingatan
ü  Ketetapan hati: ini sangat menentukan, apakah seseorang akan tetap melanjutkan aktivitasnya ataui tidak sama sekali.
ü  Pengetahuan tentang keberhasilan dan kegagalan: seorang peserta dalam pendidikan orang dewasa tidak akan memperoleh kemajuan dalam proses belajarnya kecuali jika ia mengeetahui dalam hal apa saja ia berhasil dengan baik dan dalam hal apa saja ia gagal.
Ø  Penetapan tujuan
Tujuan umum: Pendidikan orang dewasa sangat berfariasi tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakanya.
ü  Maksud pendidikan: untuk memberikan maksud gambaran pendidikan ini, kita gunakan maksud pendidikan di Amerika yang dikenal dengan The purposes of education in American democracy, yang terdiri dari empat tujuan khusus: penyadaran diri, hubungan masyarakat, efisiensi ekonomi, dan tanggung jawab warga negara.
ü  Tujuan khusus: terdapat beberapa hal yang perlu diperhatiakan yaitu ciri tujuan khusus yang baik, tipe tujuan khusus, dan menentukan tujuan khusus untuk kegiatan pendikan khusus.
ü  Memilih materi pelajaran: jika topik ini berhubungan dengan ajaran akademis, maka hal ini akan berjudul pemilihan pokok bahasan.
Ø   Mengembangkan sikap, idealisme, dan minat
ü  Sikap: Program pendidikan pada umumnya mengembangkan sikap positif terhadap hal yang baik menurut norma yang berlaku di masyarakat. Pendidik yang ahli akan segera mengenal bahwa pengembanga sikap tidak dapat diremehkan begitu saja.
ü  Idealisme: merupakan suatu standar kesempurnaan yang diterima oleh individu atau kelompok. Idealisme yang sangat perlu ditanamkan pada generasi muda Indonesia adalah kejujuran, kedisplinan, etos kerja dan kebersihan yang dirasa belum diresapi sepenuhnya.
ü  Minat: merupakan keinginan yang ddatang dari hati nurani untuk ikut serta dalam kegiatan belajar.
Ø  Mengajar Pengetahuan
Pengetahuan yang banyak jumlahnya tidak mungkin diajarkan semuanya. Peserta didik cukupmempelajari dimana memperolehnya dan menggunakan informasi semacam itu, oleh karena itu seleksi menjadi penting, hanya pengetahuan yang relevan untuk mencapai tujuan khusus program pendidikan yang sedang dijalankan itulah yang dipilih.



Ø  Mengembangkan kemampuan
ü  Mengembangkan kemampuan menilai atau mempertimbangkan: sering timbul sebagai bagian dari situasi belajar. Peserta didik akan mencapai kemajuan belajar lebih banyak jika mereka dapat menilai kualitas yang mereka kerjakan.
ü  Mengembangkan kemampuan manipulatif atau psikomotor: teknik yang sangat baik telah dikembangkan oleh guru perdangangan dan industri untuk mengembangkan kemampuan manipulatif.
ü  Mengembangkan kemampuan mencegah masalah: langkah pemecahan masalah bervariasi menurut pencetusnya. Sebagai contoh langkah yang dikemukakan oleh Pidharta.
Ø  Mendiskusikan isu kontroversional
ü  Pentingnya mendiskusikan isu kontroversial: ini perlu didiskusikan dalam suasana yang demokratis yang dapat mendorong orang memutuskan isu krusial melalui proses diskusi terbuka dan dengan menggunakan argumentasi bebas.
ü  Kriteria untuk memilih isu kontroversial
ü  Cara mendiskusiakn isu kontroversial: tahapan berikut ini disarankan untuk dilaksanakan dalam mendiskusikan isu kontroversial.
Ø  Cara membentuk kebiasaan
Membentuk dan mengakhiri suatu kebiasaan adalah salah satu pendidikan orang dewasa yang penting. Membentuk dan mengakhiri kebiasaan tidak merupakan pengalaman baru bagi peserta didik jika setiap orang dewasa telah terbiasa membentuk dan mengakhiri kebiasaan sejak dilahirkan.
2.9.  Tujuan PK untuk orang Dewasa
PK bertujuan untuk orang dewasa agar bisa hidup dalam kedewasaan karena pendidikan formal yang mereka terima disekolah pada dasarnya sudah diselesaikan, dicapai, dan direalisasikan. Mereka mampu bertumbuh, berubah, dan berkembang secara emosional, mental, sosial, dan spritual. Mereka mampu meningkatkan kemampuan, menetapkan dan menjangkau tujuan hidup.[17] Kaum pemuda bersifat dinamis dan berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Mereka hendak memperbaharui masyarakat dan ingin memberantas segala sesuatu yang jelek, yang jahat dan menyumpahi perkembangan dunia ini kearah keadilan dan kemakmuran.[18] Tetapi permasalahanya gereja kadang kadang tidak memperdulikan kebutuhan mereka, banyak gereja lokal berpendapat bahwa mereka mampu mengatasi kehidupan iman mereka, karena mereka sudah lulus sekolah minggu dan perguruan tinggi.  Padahal PK merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan bagi pengembangan dan pertumbuhan mereka. Bagi orang dewasa mempelajari  dan menerapkan Alkitab tidak pernah berakhir karena PK merupakan usaha yang berkesinambungan.[19]



Perencanaan Pengajaran untuk orang dewasa Muda (Umur 18-34 Tahun)
v  Bentuk: Bentuk pengajaran yang saya gunakan adalah KHOTBAH
v  Usia orang dewasa: Orang dewasa Muda (Usia 18-34 Tahun)
v  Durasi kegiatan PA: (90 Menit)
v  Waktu Kegiatan: malam hari (19:30)
v  Tempat: Gereja HKI Sei Semayang, Jalan Gang Horas Medan
v  Tema: Menjadi Teladan Yang Baik
v  Alasan pemilihan tema: Sebagaimana pada usia ini, para Dewasa Muda di GKPI-WAHIDIN BARU, sebahagian memiliki minat yang besar dalam pelayanan, namun ketidak percayaan diri para Dewasa muda di tempat ini kurang optimis bahkan menjadi ragu, dikarenakan para penilik Gereja maupun orang tua kurang begitu memahami kemampuan dan minat para Dewasa muda ditempat ini, ada keraguan terhadap Orang tua. Dan hal ini membuat sebahagian Dewasa muda patah semangat bahkan menjadi kurang semangat dalam bergereja, mereka lebih baik kesana-kemari dari pada meningkatkan Spritualitas didalam bergereja. Oleh karena itu perlu penginspirasian dan pembekalan kepada Jemaat bahwa setiap anggota Gereja yang merindukan untuk melayani berhak dipakai sebagai bagian dari petugas didalam Gereja. Dan atas keadaan ini, saya memilih Nats dan tema yang sesuai dengan konteks keadaan yang terjadi digereja ini, agar jemaat terbuka dalam menyikapi keadaan yang terjadi diadalam situasi ini. Dan mengingatkan kepada semua jemaat sebagaimana tujuan hidup ini adalah kesuksesan dan kebahagiaan didalam berserikat memuliakan nama Tuhan, serta memahami arti hidup yang baik ditengah-tengah kehidupan Kristen.
v  Pertimbangan:
·         Usia ini mampu menjadi teladan jika diberikan sedikit pembobotan diri
·         Usia ini memiliki Eksistensi dalam bidang Pelayanan, dan apabila diteguhkan lewat kegiatan Ini mungkin saja usia ini berani tampil dengan pribadi yang mampu.
·         Sebenarnya para Orang tua tidak melarang, namun masih meragukan Usia ini dalam bidang pelayanan (Mengajar Koor, Sekolah minggu dan doa Syafaat dalam Ibadah lain sebagainya, padahal Usia ini merindukan andil dalam bidang pelayanan ini). Semangat pada Usia ini begitu besar dalam hal pelayanan, mereka bisa menjadi contoh yang baik untuk mengubah kebiasaan buruk dari para pengurus gereja yang kurang baik didalam menampilkan teladan kepada jemaat.
v  Tujuan PK untuk orang dewasa:
-. Agar mereka memahami apa dasar hidup dalam Kristus
-. Supaya setelah memahami arti dan makna menjadi teladan yang baik, Dewasa muda siap bahkan berani untuk bersaksi akan Kristus didalam setiap kehidupan dan pelayanannya sehingga lewat pribadinya, mereka dapat melaksanakan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi seorang teladan yang baik.
v  Materi pembelajaran: 1 Timotius 4:6-12
v  Metode: Dramatisasi+Diskusi
ü  Mendramakan dua sisi kehidupan sehari-hari yang berbeda, yaitu: Kehidupan sehari-hari seorang pendeta dan Kehidupan pemuda yang rindu melayani Tuhan. Dari sisi kehidupan yang berbeda ini akan menceritakan “Seorang pendeta yang hebat didalam berkhotbah namun kurang mampu menunjukkan sikap seorang pelayan yang benar-benar lewat perbuatan perkataannya, nah nanti disana terlihat seorang pendeta ibarat seorang pengajar palsu yang tidak menunjukkan kebenaran firman lewat sikap yang benar. Namun disisi lain kehidupan seorang pemuda yang rindu melayani Tuhan memiliki jiwa yang benar-benar mampu menjadi panutan dan teladan yang baik disetiap kehidupannya, namun si Pemuda ragu untuk menjadi seorang Pelayan Tuhan. Hal ini dikarenakan ketidak percayaannya pada kemampuan karena tidak dipercayakan mampu dalam mengambil andil didalam pelayanan. Sehingga ending ceritanya” Sipemuda akhirnya diterima bahkan benar-benar siap menjadi pelayan didalam Gereja, karena jemaat memandang dia sebagai sosok yang mampu menjadi teladan yang baik. Dan kegiatan Drama ini akan dilakukan oleh 5 Pemeran. (Model dan Dramatisasi telah dikonsep dan akan dilatih).
ü  Mendurasikan Dramatisasi dengan waktu 20 menit
ü  Mendiskusikan hasil dari Penayangan Dramatisasi kepada Jemaat dengan mengaitkannya kepada Pembahasan Nats. Dengan tujuan :
s  Melihat respon jemaat dari hasil drama.
s  Mengetahui seberapa simpati dan sadar jemaat akan keadaan mereka, melalui Dramatisasi tersebut dan mengetahui apa kesan jemaat atas Dramatisasi yang ditampilkan.
ü  Jumlah pemeran Dramatisasi ada 5 orang.
ü  Peralatan pemakaian Dramatisasis (Disesuaikan)
v  Jumlah Dewasa Muda yang mau turut serta (47 orang, Pria dan Wanita dalam usia yang ditentukan) menurut survey saya.
§  Tata Tertib Acara PA, dibuka dengan kegiatan Ibadah dan diselingi dengan Kegiatan PA, yaitu:
Ø  Sapaan( Liturgis dari Pemuda setempat)
Ø  Bernyanyi ( K.J. 415 Gembala baik bersuling nan merdu”)
Ø  Doa pembuka
Ø  Bernyanyi (Tuhan ku mau menyenangkan_Mu”)
Ø  Saat teduh sejenak yang diiringi dengan musik Organ dengan suara musik yang lembut
Ø  Bernyanyi (K.J. 53 “Tuhan Allah t’lah berfirman”)
Ø  Doa sebelum Firman
Ø  Firman/ (Pembahasan Nats)+(Dramatisasi)+(Diskusi)
Pembahasan Nats (1 Timotius 4:6-12)
Yang perlu dijelaskan ada beberapa poin yaitu:
-          Apa itu teladan yang baik.
-          Siapa yang menentukan layak tidaknya kita untuk melayani( 1 Yoh 15:16b)
-          Bagaimana menunjukkan sikap yang benar dalam Kehidupan Pelayanan dan menunjukkan sikap yang benar.
-          Melayani bukan untuk Dilayani, sehingga Setiap orang haruslah mau menjadi Pelayan Tuhan yang baik didalam kehidupan keluarga, masyarakat, Gereja.
Tujuan dari Nats atau Relavansi Dramatisasi kepada Jemaat GKPI WAHIDIN BARU:
-          Mengajak setiap Jemaat memahami pentingnya menjadi teladan iman didalam Yesus Kristus
-          Mengajak Jemaat untuk mampu berkomitmen menjadi seorang yang memang benar siap melayani Tuhan, lewat privasi sebagai seorang teladan
-          Mengajak jemaat menyadari setiap sikap yang benar yang dikehendaki Tuhan, sehingga terciptalah kebenaran akan Tuhan melalui pelayanan yang benar.
Ø  Doa  setelah Firman
Ø  (Persembahan Pujian)
Ø  Bernyanyi (Saya mau ikut Yesus sampai selama-lamanya)
Ø  Doa syafaat
Ø  Benyanyi (K.J. 403 “Hujan berkat kan tercurah”)
Ø  Doa penutup, Doa Bapa kami, Berkat
v  Sumber pengajaran: Alkitab dan Dramatisasi
v  Kesan dan Pesan:
·         Jemaat akan ditanyakan apa yang menjadi kesan setelah melakukan PA
·         Jemaat akan diajak untuk memberikan Pesan dari pertemuan PA yang dilakukan
·         Penyuluhan kepada Jemaat untuk melakukan komitmen dan perubahan yang baru dari setiap apa yang telah dijelaskan dan ditampilkan (Dilakukan oleh Guru Jemaat dan penyelenggara PA)
III.             Kesimpulan
Maka dari pemaparan diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa orang dewasa itu adalah orang yang mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab, dan mampu dalam melaksanakan pekerjaan Tuhan guna kebutuhan hidup pribadi dan orang lain. Di dalam dewasa muda ini, inilah saat -saat yang paling menentukan akan siapakah dirinya nantinya. Maka secara umum sifat mereka adalah bimbang akan kehidupan mereka, atas dasar itulah mereka butuh bimbingan dan dukungan yang Real, yaitu dengan mengadakan kegiatan Pengajaran yang dilakukan oleh pengajar yang telah ditentukan” Seperti mengadakan kegiatan PA. Dengan tujuan membina Spritualitas pribadi seseorang untuk lebih Percaya akan Kristus.
IV.                Daftar Pustaka
KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Boehlke Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, Plato-I.G. Loyola, Jakarta: BPK-GM, 1994
Bachri, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Emperis Aplikatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
Dali Gulo, Kartini, Kamus Psikologi, Bandung: Pionir, 2001
Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran , Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984
Hadinoto N.K. Admatja, Dialog dan Edukasi,  Jakarta: BPK-GM, 2000
Harjanto, Perencanaan Pengajaran,  Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Homrighaussen E.G., dan Enklaar I.H., Pendidikan Agama Kristen , Jakarta: BPK-GM, 2005
Hurlock Elisabeth. B., Psikologi perkembangan edisi V , Jakarta: Erlangga, 1980
Ismail Andar, Ajarlah Mereka Melakukan , Jakarta: BPK-GM, 1998
Kristianto Paulus Lilik, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agma Kristen , Yokyakarta: ANDI, 2006
Marpiare Andi, Psikologi Orang Dewasa , Surabaya: Usaha Nasiional, 1983
Rooijakkers Ad., Mengajar Dengan Sukses, Jakarta: Gramedia, 1990
Sabri Ahmad, Strategi belajar Mengajar Microteaching ,  Jakarta: Quantum Teaching, 2005
Samsumuwiyati, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008 Syamsul Khalib
Sidjabat Samuel, Stategi Pendidikan Kristen , Yokyakarta: ANDI, 1994
Sumiantiningsih Dien, Mengajar Dengan Kreatif dan Kretif , Yokyakarta: ANDI, 2006
Suprijanto H., Pendidikan orang dewasa, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Widiastuti Maria, Diktat Kuliah Psikologi Umum , Medan: STT Injili Indonesia, 2007
Winasanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorientasi Standart Proses Pendidikan , Jakarta: Kencana, 2009




[1] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agma Kristen (Yokyakarta: ANDI, 2006), 35
[2]KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 545
[3]  H. Suprijanto, Pendidikan orang dewasa, (Jakarta: PT. Bumi Aksara) 2009
[4]  Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984) 1
[5]  Paulus Lilik Kristianto, Prinsip, 83
[6]  Ahmad Sabri, Strategi belajar Mengajar Microteaching ( Jakarta: Quantum Teaching, 2005)  52
[7] Winasanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorientasi Standart Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009) 145
[8] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip, 22

[9]  Harjanto, Perencanaan Pengajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 1997) 214
[10] Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses (Jakarta: Gramedia, 1990)71
[11] Dien Sumiantiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Kretif (Yokyakarta: ANDI, 2006) 76
[12]  N.K. Admatja Hadinoto, Dialog dan Edukasi ( Jakarta: BPK-GM, 200)275-277
[13] Elisabeth. B. Hurlock, Psikologi perkembangan edisi V (Jakarta: Erlangga, 1980), 246
[14] Andi Marpiare, Psikologi Orang Dewasa (Surabaya: Usaha Nasiional, 1983), 17
[15] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agma Kristen (Yokyakarta: ANDI, 2006), 103
[16]  Paulus Lilik Kristianto, Prinsip, 117
[17]  Paulus Lilik Kristianto, 120-121
[18]  E.G. Homrighaussen, dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2005), 128
[19] Paulus Lilik Kristianto, 123

Tidak ada komentar:

Posting Komentar