Nama : Ampu Supriadi Hutasoit
Dosen : Pdt. Dr. Jontor Situmorang
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ABDI SABDA
ROH ALLAH DAN
KEBANGKITAN MANUSIA
I.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini kalau berbicara mengenai
kematian pada umumnya orang- orang berpikir bahwa di dalamnya pasti ada
dukacita yang sangat mendalam dalam diri keluarga yang mengalaminya bahkan
ketika ada kematian maka akan ada air mata. Lalu kalau kita berbicara tentang kebangkitan, apa yang paling pertama
kali muncul dalam pemikiran setiap orang?
Pada umumnya ketika berbicara mengenai kebangkitan manusia maka yang
dipikirkan adalah kebangkitan tubuh yang secara utuh dan kebangkitan manusia
itu pasti dari kematian manusia itu. apalagi dalam Pengakuan Iman Rasuli yang
tiap minggunya kita ucapkan dalam ibadah adalah Kebangkitan daging dan hidup
yang kekal. Hal ini menunjukkan dalam diri dan ajaran gereja pun ada konsep
mengenai kebangkitan. Ketika kita berbicara mengenai kebangkitan manusia,
sebenarnya apanya yang bangkit lalau bagaimana manusia itu dapat bangkit dan apa
hubungannya Roh Allah dengan Kebangkitan manusia? Maka pada kesempatan ini kita
akan melihat bagaima Roh Allah dan Kebangkitan Manusia dalam Perjanjian Lama.
II.
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Roh Allah
Dalam Perjanjian Lama, Allah adalah ruach ruach רוּחַ yang artinya Roh.
Melalui pernyataan ini Perjanjian Lama mau mengatakan bahwa Yahweh adalah Allah
yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Artinya adalah Alllah
adalah sumber hidup dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, khususnya manusia.[1] Ruach רוּחַ sering
berarti angin, dan sering pula dianggap berkuasa, bahkan bisa merusak (Kel.
10:13, 14: 21, Ayb. 21: 18, Maz. 1: 4, 1 Raj. 19: 11, Yeh. 1: 4).[2]
Kata RohAllah pertama kali muncul dalam
Perjanjian Lama terdapat dalam Kej. 1: 2 yaitu
אֱלׄהִים רוּחַ ruakh
elohim yang mana Roh melayang- laying di atas
permukaan air, membentuk manusia (Kej. 2: 7), membaharui permukaan bumi. Roh
itu adalah ruakh (nafas, angin).
Kehidupan manusia terbuka bagi kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah.[3] Roh
Allah adalah sumber dari semua yang hidup, semua kehidupan jasmani dan rohani.
Roh Allah adalah prinsip aktif yang datang dari Allah dan memberi kehidupan
kepada kehidupan dunia. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dalam diri Allah
selain Roh Allah. Roh Allah adalah Roh yang keluar dari dalam diri Allah yang
berarti Allah juga.[4]
2.2.Manusia dalam Perjanjian
Lama
Dalam
kitab Kejadian tentang penciptaan dapat dilihat bahwa manusia ialah debu dan
diciptakan dari debu tanah (Kej. 2:7).manusia sebagai “daging” adalah lemah dan
bergantung pada belas kasihan Allah, seperti semua makhluk lainnya (Yes. 2: 22;
40:6, Maz. 103:15: 104: 27- 30). Manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27). Dan ketika Allah
menjadikan manusia, ia mengambil sikap yang menunjukkan perhatian yang sangat
pribadi yang m,endalam terhadap manusia itu (Kej. 1: 26). Dan cara pendekatan-
Nya adalah dengan melibatkan diri- Nya dalam hubungan yang erat dengan manusia
ciptaan- Nya itu (Kej. 2: 7) dibandingkan dengan ciptaan yang lainnya.[5]
2.3.Kematian dalam
Perjanjian Lama
Kematian terjadi dikarenakan manusia melanggar
perintah Allah dan itulah yang disebut dosa. Ketika manusia berdosa maka
kematian itu pun diterima oleh manusia (Kej. 2: 17; 6:3; Ul. 24: 16; 2 Sam 12:
13; Jer. 3: 18-20; 18: 20) sehingga kita pun mendapatkan konsekwensi atas
perbuatan Adam dan hawa dikarenakan ketidakpatuhannya kepada perintah Tuhan.
dosa yang berkuasa atas dirpada umumnyai manusialah yang membawa kita menjauh
dari Allah dan kita mengalami kematian spiritual. Dalam PL pada umumnya kata
kematian dipandang negative (Maz. 6: 5; 55:4; Yeh. 18: 32) atau paling sedikit
terhentinya kehidupan manusia.[6] Meskipun
kematian menandai akhir kehidupan di bumi, tetapi si orang mati tetap hidup
sebagai arwah di syeol, dengan kata lain adalah kematian bukanlah pelenyapan,
melainkan transisi ke jenis keberadaan lain di syeol. Dalam PL, kematian מָוֶת adalah מָוֶת dan mengarah pada:[7]
·
Kematian secara umum
atau yang berlawanan dengan kehidupan (Ul. 30: 19: 2, Yer. 21:8). Setiap orang
memiliki hari kematiannya (Peng. 7:1; 8:8).
·
Kematian sebagai
ganjaran orang jahat. Karena melakukan dosa maka manusia layak mati (Ul. 19:6,
21:2, Yer. 26:11).
·
Kematian adalah sesuatu
yang misterius dan menakutkan, atau terkadang disebut dengan tidur (Maz. 13:4).
·
Kematian juga menunjuk
kepada syeol sebagai tempat yang berdebu (Maz. 22: 15-16) dan juga tempat atau
ruang (Ams. 7:27).
Hidup
dalam PL adalah bersumber dari Allah sehingga ciptaan dengan Allah itu
mempunyai hubungan. Ketika Allah member nafas kehidupan maka sekalian roh masuk
ke dalam diri manusia. Ketika kehidupan diambil oleh Allah maka kembalilah
mansuia menjadi debu tanah. Kehidupan yang diambil itu adalah roh yang kembali
kepada Allah, artinya adalah kehidupan itu diambil dan kembali kepada pencipta.
Yang kembali bukan rohnya tetapi kehidupan itulah yang kembali kepada Allah.[8]
2.4.Pengertian Kebangkitan
2.4.1.
Pengertian
Kebangkitan Secara Umum
Kebangkitan berasal dari kata dasar bangkit, yang
artinya bangun dari tidur, berdiri, bangun (hidup) kembali, dan sadar. Selain
itu kata bangkit juga sering dipakai dalam menyatakan sebuah tindakan misalnya,
membangkitkan amarah, membangkitkan semangat, kesadaran dan sebagainya.[9]
Dalam bahasa Inggris kata kebangkitan sering disebut resurrection. Kebangkitan merupakan sebuah janji dan harapan akan
kehidupan kekal bagi setiap orang percaya. Sehingga dalam ilmu teologi masalah
kebangkitan lebih condong kepada kehidupan setelah kematian, atau suatu
peralihan dari keadaan yang mati menjadi hidup. Kebagkitan merupakan kehidupan
akhir sesuadah kematian yang disebabkan oleh kuasa ilahi yang mencakup manusia
seutuhnya.[10]
Kata lain yang menunjukkan kebangkitan adalah revival, revive. Kata revival dan revive sering dipakai dalam ilmu
teologi yang berarti pemulihan atau penghidupan kembali tentang minat
keagamaan, atau kebangkitan rohani.[11]
2.4.2.
Pengertian
Kebangkitan dalam PL
Dalam Perjanjian Lama ada beberapa kata yang
menunjukkan kepada arti kebangkita atau bangkit, yaitu:
a. Kata
עׇמַד yang berarti sebuah keadaan bangkit berdiri
yang siap untuk melayani (1 Sam. 16: 2) atau sebuah keadaan untuk tetap
bertahan seperti yang dilakukan oleh Rut (Rut 2: 7). Kata ini juga menunjukkan
satu sikap berdiri ketika seorang yang penting memasuki ruangan dengan
kesadaran sendiri tanpa terpaksa untuk menunjukkan rasa hormat (Kel. 9: 10).
Dalam kitab para nabi kata ini adalah satu sikap berdiri ketika Firman Tuhan
dating (Yeh. 2: 23). Dapat juga berate membangun tempat (Maz. 18: 33) dan
perjanjian Allah dengan Yakub (Mzm. 105: 10).[12]
b. Kata
קוּם dengan arti bangkit, duduk di tahta (Yes. 52:
2). Kata ini juga dipakai untuk menunjukkan campur tangan Allah (Yes. 33: 10),
seperti maju berperang (Yes. 28: 2) dan melawan musuh (Am. 7:9) serta perintah
Tuhan untuk menyebarkan Firman Tuhan (
Yes. 2: 19).[13]
Kata ini menunjukkan aktivitas Allah dalam sejarah. Misalnya dalam
membangkitkan seorang pemimpim bagi bangsanya dan mendatangkan keadaan yang
ingin ia penuhi yaitu janji kepada leluhur Daud atau firman dari para nabi.
c. Kata
עָלָה yang mempunyai
arti dasar naik, dan kenaikan. Sering
digunakan pada hewan yang dating atau pergi, pada sayuran, pada tumbuhan:
pertumbuhan benih gandum.[14]
Tetapi kata ini juga sering dipakai dalam mazmur- mazmur mengenai mengenai
“lagu kenaikan” sebagai ritual ziarah pada siapa yang dating ke Yerusalem untuk
merayakan pertemuan tiga kali setahun.[15]
Meskipun kata ini mempunyai makna yang luas dan sering dipakai dalam bentuk
non- kultus namun kata ini identik dengan perjalanan spiritual pribadi
seseorang untuk berjalan naik ke tempat kudus untuk bertemu dengan Allah yang
Maha Tinggi. sehingga kata עָלָה artinya berjalan
naik, keluar dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi.
d. צָמַח Ini berarti bertunas atau tumbuh meninggi. Kata ini digunakan
dalam Kejadian 2: 9, yang menunjukkan bahwa Allah sendiri yang menumbuhkan
tunas- tunas tanaman. Tunas juga sering mengandung makna metafora dari sumber
atau membawa keselamatan dan kerinduan (2 Sam. 23:5), kebenaran (Yes. 45:8, 61:
11), kepenuhan nubuat (Yes. 42:9, 43: 19), kekuatan (Yeh. 29: 21). Dan kata
tunas ini sering digunakan dalam menghubungkan tunas Daud yang menjelaskan figure mesianik (Yer. 33:
15).[16]
e. Kata
חָיַה dalam bentuk qal
mempunyai arti menjadi hidup, menjadi hidup kembali, kembali untuk hidup. Dalam
bentuk piel berarti memelihara kehidupan, memabawa kehidupan kembali.
2.5. Dasar Teologi Kebangkitan
Manusia dalam Perjanjian Lama
Dalam PL Allah juga menjanjikan tentang kelangsungan
hidup bagi mereka yang percaya kepada- Nya. Keyakinan itu berakar dalam kehidupan orang Israel
bahwa Allah adalah sumber kehidupan dan sumber hayat (Kej. 2: 7, Maz. 36: 10).
Sehingga pada dasarnya kehidupan itu adalah milik Allah dan berasal dari
Allahbtersebut maka ia memperoleh satu unsure yang tidak binasa.[17]
Orang Israel menyadari bahwa apa yang mereka terima baik itu kesuksesan, dan
berkat semua berasal dari Allah.
Meskipun kelemahan dan kecenderungan manusia untuk menghadapi kematian
bukanla h hayalan, tetapi disinilah terdapat sebuah kepercayaan kepadaNya.
Artinya bahwa orang yang takut kepadaNya tidak akan melihat Sheol ( Mzm. 16: 10- 11). Selain itu ada
keyakinan pada mereka akan pemeliharaan Allah yang tinggal diam di hadapan
Tuhan sepanjang masa. Selain itu bagi bangsa Yahudi kehidupannyang kekal akan
mereka terima ketika mereka patuh dan taat kepada Hukum Taurat, sehingga benar-
benar hokum Taurat memberi sebuah peran
keselamatan bagi bangsa Yahudi. Selain
itu penghakiman yang diberika Allah selalu adil dan hal tersebut akan membawa
kepada akhir hidup yang benar. Orang bebal akan berjalan menuju maut, sedang
orang benar menuju kepada kehidupan (Ams. 11: 30). Dari hal tersebut dapat
dilihat bahwa pengharapan dalam PL adalah kehidupan yang kekal dan sheol bukanlah tempat bagi orang- orang saleh.[18]
Dasar historis dari kebangkitan dalam PL, kita dapat melihat bagaimana Allah
bertindak untuk menyelamatkan umat- Nya: Allah menuntun Abraham ke tanah
perjanjian. Allah telah membebaskan mereka dari perbudakan dan penindasan.
Penyelamatan Allah melalui tradisi Keluaran meskipun ada satu keyakinan bahwa
Allah akan memelihara umat- Nya (Kel. 19: 4) sehingga mereka juga yakin bahwa
Allah akan menyelamatkan mereka di masa yang akan dating. Allah akan memerikan
kemenangan yang pasti bagi umat- Nya seperti yang Ia lakikan kepada Henokh dan
Elia sebagai orang- orang yang bergaul erat dengan Allah.[19]
2.6. Kebangkitan Manusia
2.6.1.
Kebangkitan
Manusia dalam Kitab Yehezkiel 37: 1-14
Kebangkitan Israel yang disampaikan oleh Yehezkiel
merupakan penyelamatan Allah dalam model baru. Masalah ketaatan kepada Hukum
Taurat tidak lagi menjadi salah satu jalan untuk menerima kehidupan, tetapi pemulihan
umat Tuhan.[20]
dalam penglihatan atas kebangkitan Israel (1-14) merupakan sebuah kepecayaan
kebangkitan, yang menjelaskan bahwa kebangkitan Israel yang telah mati dengan
cara tragis, bukan kebangkitan universal tetapi kebangkitan bangsa. Yang secara
berangsur- angsur merekonstruksi dan menyadarkan mereka, dengan memuka kubur
mereka.
Dalam penglihatan Yehezkiel, ia melihat hal yang aneh dari tulang- tulang yang
dihidupkan kembali menjadi manusia yangb hidup untuk menggambarkan tindakan
kuasa Allah untuk melakukan apa saja kepada menusia dan memperlihatkan sesautu
yang tidak mungkin, visi yang dilakukan oleh nabi melalui firman ini adalah
untuk menentang keputusasaan bagi orang- orang buangan (Yeh. 36: 22; 33: 10).
Pada saat itu mereka benar- benar putus asa karena jatuhnya Yerusalem sebagai
kota suci. Mereka menganggap bahwa mereka tidak akan bangkit lagi menjadi satu
bangsa lagi. Oleh karena itu, sesungguhnya Israel harus belajar bahwa apa yang
mereka alami dalam pembuangan bukanlah akhir segalanya, tetapi merupakan
kehendak Allah bagi umat- Nya (Yeh. 18: 22), sebab sesungguhnya pembuangan yang
terjadi atas Yehuda membuat mereka khawatir. Akan tetapi mereka akan
dibangkitkan kembali dari keputusasaan
yang disimbolkan dengan tulang- tulang kering menjadi manusia yang hidup.[21]
Bagian ini merupakan haphtarah (bacaan
dari tulisan nabi- nabi) untuk paskah dan sabat di sinagoge. Roh- Nya (bnd. 1:
12, 20; 3: 14) membawa Yehezkiel dalam keadaan ekstase (bnd. 1: 3; 3: 14) ke
suatu lembah yang dipenuhi tulang- tulang
kering dari tubuh manusia dan Yehezkiel diperintahkan untuk bernubuat kepada
tulang- tulang itu tentang janji kehidupan. Aku
memberi nafas hidup di dalammu, kata Ibrani ruah (רוּחַ ) diterjemahkan “Nafas” dalam ayat 5,6,8,9,10.
“angin” dalam ayat 9, dan “roh” dalam ayat 1, 14, yang mana “nafas” ialah tanda
kehidupan, sama dengan angin atau udara dan dalam nubuat ini menjadi dasar
kehidupan itu sendiri, yakni roh. Dan nafas kehidupan dihembuskan dari keempat
penjuru angin dari surge (bnd. Yer. 49: 36). Lambing Roh Allah yang member
kehidupan universal (14). Tulang- tulang
ini adalah seluruh kaum Israel (baik Israel maupun Yehuda, ay. 16,22), di mana
orang- orang yang masih tersisa berkata, Pengharapan
kami sudah lenyap. Pada ayat 12, symbol itu diubah dari orang- orang yang
terbunuh di daerah pertempuran menjadi orang- orang yang mati di kuburan,
membawa kamu kembali, keluar dari tempat
yang gelap yaitu pembuamgan ke tanah Israel, pada ayat 14 Aku akan memberikan Roh- Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali. Roh Tuhan memberi hidup (bnd. Ayat
10; Maz. 104: 30… cari mazmur itu morr tafsirannya dan ibraninya) dalam 36: 27-
28 Dia adalah Roh yang memperbaharui (bnd. Yes. 49: 8- 12; 61:1).[22] Dengan
penglihatan- penglihatan tentang tulang- tulang kering yang menjadi hidup,
Tuhan melalui Yehezkiel, menyatakan kepada Israel tentang kebangkitan kehidupan
nasionalnya yang akan datang (Ay. 1- 14).
2.6.2.
Kebangkitan
Manusia dalam Kitab Yesaya 26: 10- 19
Dengan iman memperoleh kebangkitan dan yang jahat
tidak akan bangkit (Yes. 26: 10- 19). Yang dimaksud dengan “orang- orang- Mu
yang mati” ialah orang- orang yang beriman. Mereka merupakan satu kesatuan
milik Tuhan sendiri. Mereka itu akan dibangkitkan untuk menerima kebenaran
Tuhan dan kehidupan baru. Oleh karena itu ada seruan perintah “Bangkitlah dan
bersorak- sorai”. Seruan perintah semacam itu hanya patu diucapakan oleh Allah
sendiri, karena kini seolah- olah sudah tiba saatnya kebangkitan itu. di sini
digambarkan orang mati itu sebagai orang tidur.
Kuasa Tuhan yang membangkitkan itu digambarkan “embun terang”. oleh
karena itu si nabi memakai kata “Mayatku” dalam arti tersebut seolah- olah
Tuhan sendiri yang menegaskan bahwa mayat orang yang tergabung dalam umat itu
adalah milik- Ku sendiri. Mereka itu akan dibangkitkan untuk menerima kebenaran
Tuhan dan menerima kehidupan yang baru.[23]
Embun merupakan symbol dari kesegaran yang dapat menimbulkan kehidupan baru;
atau menkiaskan bahwa Tuhan sendiri yang member kehidupan Baru (Hos. 14:
6). Dalam hal ini kebangkitan orang-
orang mati yang tergolong umat yang benar dan percaya, sehingga berita ini
merupakan suatu berita kesukaan.
Kebangkitan yang dimaksudkan dalam kitab Yesaya ini adalah mengenai
kebangkitan secara perorangan (Daniel 12: 2), sedangkan kebangkitan Israel yang
memberitakan kebangkitan umat disebut
dalam Hosea 6: 2; Yehezkiel 37: 4.[24]
2.6.3.
Kebangkitan
Manusia dalam Kitab Hosea, Daniel
Dalam
kitab sangat jelas pernyataan mengenai kebangkitan pribadi yang adalah “banyak
orang- orang yang telah tidur di dalam debu tanah , akan bangun sebagian untuk
memperoleh hidup yang kekal dan sebagian mengalami hinaan yang kekal dan
kengerian yang kekal” (Dan. 12: 2). Hal
ini menyatakan kebangkitan baik orang benar maupun orang jahat serta melihat
konsekuensi- konsekuensi yang kekal dari perbuatan manusia. Sedangkan
kebangkitan dalam Kitab Hosea adalah kebangkitan secara nasional atau
universal. Yang mana dalam Hosea 6: 2; 3: 14, Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga, Ia
akan membangkitkan kita. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa Allah
memberikan penyembuhan dan pemulihan, bahkan sebagai kebangkitan dari antar
orang mati.yang sakit akan bangkit dan hidup kembali dan itu diharapkan terjadi
dalam dua atau tiga hari (bd. 41: 11). Dan setelah mengalami kebangkitan
nasional, maka bangsa itu akan hidup dihadapan- Nya, artinya di bawah
perlindungan Allah. Keamanan nasional diharapkan mereka tanpa sungguh- sungguh
mempersoalankan betapa beratnya penyelewengan- penyelewengan mereka. Dan
kebangkitan yang dimaksud Hosea adalah langsung diterpakan kepada kebangkitan
Yesus Kristus (1 Kor. 15:3). Dan ayat ini merupakan nubuatan mesianik. Yang mana mesianik dating untuk memberikan
keselamatan kepada manusia secara universal bukan secara pribadi/ perorangan.[25]
2.7. Roh Allah dan
Kebangkitan Manusia
Dalam Yehezkiel 33:2, menunjukkan dua penekanan, yaitu: “tangan
Tuhan ( יָד יהוה)” ( 33: 22, bnd. 1:3, 3:14) dan oleh “Roh Tuhan”, keberadaan
tangan Tuhan dan Roh Tuhan merupakan subjek dan Yehezkiel adalah objek, dalam
artian adalah bahwa Allah sebagai penguasa bagi setiap tindakan nabi (bnd. 8:
3, 11: 1, 24).[26]
Sehingga Allah dapat menempatkan Yehezkiel ke mana saja yang Ia kehendaki.
Peristiwa seperti ini sering terjadi tiba- tiba. Allah seolah- olah memperhatikan mereka dengan
kekerasan bahkan memaksa mereka untuk tugas yang tidak mereka pilih sendiri.[27]
Kata roh dalam bahasa Ibrani רוּחַ ruah, yaitu:
angin, petunjuk arah, nafas, tindakan, kemauan, semangat serta roh. Dalam
menjelaskan roh, orang- orang sering menggambarkan roh itu dengan angin. Sesatu yang yang tidak dapat
didengar tetapi dapat dirasakan. Tidak dapat dibatasi oleh manusia dan bekerja
disegala tempat dan di seluruh dunia. Ia bergerak secara terus- menerus. Dalam
nats ini Roh Tuhan adalah penggerak bagi
nabi saat ekstase yang ditandai dengan ucapan “Ia membawaku”.[28]
Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa kehidupan kembali tulang- tulang akan
terjadi malalui suatu media yaitu Firman Tuhan dan kemudian disusul oleh
pemberian roh dari Allah yang akan menyempurnakan kehidupan mereka yang telah
mati, yang ditujukan oleh nabi kepada tulang- tulang itu. hal ini menunjukkan
bahwa dalam firman itu telah melekat kuasa Allah. Dengan kata lain adalah Tuhan
memiliki kuasa atas janjiNya kepada umat- Nya.[29]
Firman yang disampaikan oleh nabi mempunyai realisasi yang sangat nyata.
Peristiwa seperti ini juga dapat dilihat melalui penciptaan. Ketika Allah
berfirman, maka segala sesuatu tercipta. Sehingga nubuatan yang disampaikan
oleh Yehezkiel kepada tulang- tulang yang kering tersebut sebagai wujud
ketaatan nabi kepada perintah Tuhan. perintah untuk bernubuat kepada sang nabi
merupakan perintah Tuhansehingga melalui pendengaran akan Firman Tuhan yang
disampaikan oleh nabi menjadi satu syarat bagi bangsa Israel untuk hidup
kembali yaitu mendengarkan Firman Tuhan.[30]
seluruh penglihatan Yehezkiel bergantung kepada pendengaran ( שִמְעוּ) pengenalan akan Firman, dan kepercayaan kepada Firman tersebut
(Yoh. 4: 48, 20: 19). Kalimat nubuatan
atau perintah itu dapat diketahui dengan baik bahwa dalam kalimat ini dipakai
tradisi Firman yang berasal dari Tuhan sebagai sumber kehidupan, keselamatan
dan berkuasa (Ibr. 4: 14). Sebab firman itu tidak hanya sekedar sebagai sumber
kehidupan dan keselamatan, tetapi firman telah hidup. Firman yang diberikan itu
adalah Roh dan Ia benar- benar hidup (Yoh. 6: 63).[31] Firman tersebut akan bekerja membentuk
kembali suatu ciptaan baru, dengan memberikan roh yang berasal dari Allah yang
akan ditunjukkan dengan peremajaan tulang- tulang yang kering dan Allah
memasukkan roh ke dalamnya, dan peristiwa tersebut merupakan sebuah kejadian
yang hamper mirip dengan kisah penciptaan (bnd. Kej, 2:7).[32]
Melalui tubuh dan roh yang baru yang berasal dari Allah (Yer. 31:4) maka bangsa
Israel meperoleh pembaharuan moral dan juga ibadat kepada Allah . aku akan
menumbuhkan daging pada mu, kalimat ini berarti bahwa tulang- tulang tersebut
akan “dibalut” dengan urat dan daging serta diberikan roh yang berasal dari
Allah. Ditekankan kembali bahwa Allah akan memberikan roh רוּחַ kepada umatNya.roh tersebut akan memberikan kekuatan kepada
manusia. Roh yang diberikan Tuhan dapat menopang orang yang berada dalam
semangat yang patah (Ams. 18: 14). Memang janji Allah akan membangkitkan
manusia dalam (Yeh. 34:14) berbentuk pemulihan bagi bangsa Israel, tetapi lebih
condong kepada pemulihan namun secara tersirat hal tersebut juga mengarah pada
kebangkitan tubuh manusia (ayat 13- 14).[33]Roh
Tuhan akan membantu manusia dalam menjalani pembaharuan perjanjian antara Allah
dan umatNya. Kehadiran Roh Tuhan juga akan memampukan bangsa Israel untuk
mendengar suara Tuhan dan Roh yang dimaksud dalam Yehezkiel 36: 27, yaitu hati
yang taat. Roh Tuhan juga akan membuat bangsa Israel mempunyai harapan di masa
depan.roh Tuhan akan membuat mereka hidup sesaui dengan hakekatNya. Melalui
pembaharuan Roh Tuhan ke dalam kehidupannya sehingga ia akan berjalan sesuai
dengan kehendak Allah.[34]
III.
REFLEKSI
TEOLOGIS
Perbuatan manusia yang tidak setia kepada Allah
sebenarnya membuat mansuia tidak pantas di hadapan Allah dan pantas mendapatkan
hukuman dari Allah. Tetapi oleh karena kasih- Nya. Di dalam PL kebangkitan
merupakan karya Allah untuk menyelamatkan orang- orang yang saleh agar mereka
tidak melihat kematian. Hanya kuasa Allah yang mampu menembus dan mengangkat
mereka dari kematian. Kebangkitan merupakan pengalaman yang penuh dengan
sukacita, karena adanya persekutuan dengan Allah. Tindakan untuk membangkitkan
ini adalah sepenuhnya inisiatif Allah sendiri, jadi kebangkitan ini bukaanlah
usaha manusia sendiri. Hanya Allahlah yang dapat memberikan kehidupan yang
kekal kepada manusia. Dan untuk mencapai suatu kehidupan yang kekal maka yang
dibutuhkan adalah Firman Allah dan Roh Allah dalam diri mansuia. lewat tunutnan
Firman dan Roh-Nya maka mereka akan dibangkitkan dengan menumbuhkan urat,
daging, kulit dan juga roh yang berasal dari Allah. Kebangkitan manusia merupakan wujud tindakan
kasih Allah kepada manusia.
IV.
KESIMPULAN
Kepercayaan akan kebangkitan berakar pada keyakinan
bahwa Allah ialah Allah yang hidup, dan tidak akan membiarkan umat- Nya menjadi
mangsa maut. Kebangkitan adalah suatu sikap atau keadaan bangun. Kebangkitan
erupakan sikap yang tegak berdiri, mengokohkan yang rusak. Kebangkitan di dalam PL selalu dilihat
sebagai sebuah kesejahteraan dan kehidupan nasional yang bersifat kolektif,
sehingga melalui hal tersebut setiap orang akan menerima berkat di dalam
Perjanjian Allah (messianic kingdom),
maka kebangkitan yang diperlihatkan nabi Yehezkiel dan Hosea adalah juga
merupakan pemulihan nasional secara politik, social, ekonomi, keagamaan, bahkan
secara pribadi atau perseorangan bagi manusia yang sudah terpuruk di dalam ketidakberdayaan. Di lain pihak
kebangkitan yang Yehezkiel, Hosea, Daniel, Yesaya lihat merupakan
gambaran realistis bahwa Allah juga dapat membangkitkan orang mati. Kunci dari
kebangkitan itu adalah transformasi atau peralihan keadaan yang negative
menjadi positif. Dan kebangkitan manusia
itu melalui Firman Tuhan yang dinyatakan kepada manusia dan Firman Tuhan yang
berasal dari Allah itu lah yang berkuasa memberikan kebangkitan bagi manusia
dan ditambah lagi Roh Allah yang bekerja dalam kebangkitan manusia tersebut.
Sebab nabi dipimpim oleh Roh Allah untuk memberitakan Firman, begitulah roh
yang akan memimpin manusia dalam setiap kehidupannya.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Abegg,
M. G., צָמַח , dalam New
International Dictionary of the old testament and exegesis Vol. 4, William
VanGemeren (ed), (United Kingdom: Paternoster Press, 1997
Abineno, J. L. Ch.,Roh Kudus dan Pekerjaan- Nya, (Malang: Gandum Mas, 1995
Allen, Leslie C., Word Bible Commentary; Ezekiel 20- 48, Dalas: Word Books, 1990
Barth, C., Teologi
Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK- GM, 2001
Barth, C., Teologi
Perjanjian Lama 4, Jakarta: BPK- GM, 1996
Brown,
Francis, Hebrew and English Lexicon,
Peabody: Hendricson Publisher, 1979
Cook,
G. A., International Critical Commentary;
A Critical And Ezegetical On The Book Ezekiel, Edinburg: T&T. Clark,
1970
de
Kuiper, A., Tafsiran Alkitab Kitab Hosea,
Jakarta: BPK- GM, 1997
Eichrodt,
Walther, Theology Of The Old Testament
Vol. II, Philadhelphia: The Westminster Press, 1976
Ellison,
H. L., Men Speak From God, Great
Britain: The Paternoster Press, 1966
Gemeran,
Van A. W., mawet dalam New International
Of The Old Testament Theological and Exegetis Vol II, USA: Paternoster
Press, 1996
Kohler,
Ludwing, Old Testament Theology,
(Philadelphia: The Westminister Press, 1957), 140
Kretzmann,
Paul E., Popular Commentary Of The Bible
Old Testament; Prophetical Books, Vol II, St. Louis: Concordia Publishing
House, 1924
Lange,
John Peter ,Commentary On The Holy
Scriptures, Michigan: Zondervan Publishing House, 1873
Martens,
Elmer A., עׇמַד dalam New International Dictionary of Old
Testament and Exegesis Vol. 3,
William Gemeren Van, (ed), (United Kingdom: Paternoster Press, 1996
Moltmann,
Jurgen, The Spirit Of Life, A Universal
Affirmation, London: SCM Press, 1992
Nicoll,
W. Robertson, The Expositior’s Bible Vol
4, Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing, 1947
O’
Collin, Gerald, Edward G. Farrugia, Kamus
Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996
Pearson,
Anton T., Yehezkiel dalam The Wycliffe
Bible Commentary Volume 2 (Ayub- Maleakhi), Malang: Gandum Mas, 2005
Purwodarminta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Routledge,
Robin, Old Testament Theology, A Thematic
Approach, England,Inter-Varsity Press, 2008
Salmer,
A., קוּם , dalam Theological
Lexicon Of Old Testament Vol. 3, ErnstJenni, Claus Westermann (ed),USA:
Hendrikson Publisher, 1976
Situmorang,
Jontor, Roh dan Kematian Manusia dalam Rekaman
Catatan Perkuliahan Pneumatologi PL,(Medan: STT –AS, 2012
Smalley,
S. S., Roh dalam Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini Jilid II (M- Z), (ed.) J. D. Douglas, Jakarta: YKBK, 2009
Soedarno,
R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK-
GM, 2002
ten
Napel, Henk, Kamus Teologi Inggris-
Indonesia, Jakarta: BPK- GM, 2006
Verkyuil,
J., Aku Percaya, Jakarta: BPK- GM,
2003
Walvoord,
John F., Penggenapan Nubuat Masa Kini-
Zaman Akhir, Malang: Gandum Mas, 1996
Wavers,
John W., The Century Bible Ezekiel,
London: Thomas Nelson And Son LTD, 1969
Widyapranawa,
S. H., Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya
pasal 1- 39, Jakarta: BPK- GM, 2003
Widyapranawa,
S. H., Tafsiran Alkitab Yesaya 13- 27,
Jakarta: BPK- GM, 1987
[2] S. S. Smalley, Roh
dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid
II (M- Z), (ed.) J. D. Douglas, (Jakarta: YKBK, 2009), 316
[3] Ibid, 319
[4] J. Verkyuil, Aku Percaya, (Jakarta: BPK- GM, 2003),45
[6] Robin
Routledge, Old Testament Theology, A
Thematic Approach, (England,Inter-Varsity Press, 2008), 302
[7] Van A. W. Gemeran,
mawet dalam New International Of The Old
Testament Theological and Exegetis Vol II, (USA: Paternoster Press, 1996),
886- 887
[8] Jontor
Situmorang, Roh dan Kematian Manusia dalam Rekaman
Catatan Perkuliahan Pneumatologi PL, (Medan: STT –AS, 2012)
[9] Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991), 88
[10] Gerald O’ Collin,
Edward G. Farrugia, Kamus Teologi,
(Yogyakarta: Kanisius, 1996), 133
[11] Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris- Indonesia,
(Jakarta: BPK- GM, 2006), 272- 273
[12] Elmer
A. Martens, עׇמַד dalam
New International Dictionary of Old
Testament and Exegesis Vol. 3,
William VanGemeren (ed), (United Kingdom: Paternoster Press, 1996), 434- 435
[13] A. Salmer, קוּם , dalam Theological Lexicon Of Old Testament Vol. 3,
ErnstJenni, Claus Westermann (ed),(USA: Hendrikson Publisher, 1976 ), 749
[14] Francis Brown, Hebrew and English Lexicon, (Peabody:
Hendricson Publisher, 1979), 749
[15] Eugene H. Merill, עָלָה , dalam New
International Dictionary of Old Testament and Exegesis Vol. 3, Op. Cit., 401-
402
[16] M. G. Abegg, צָמַח , dalam New International Dictionary of the old
testament and exegesis Vol. 4, (William VanGemeren (ed), (United Kingdom:
Paternoster Press, 1997), 815- 816
[18] R. Soedarno, Ikhtisar Dogmatika,(Jakarta: BPK- GM,
2002), 250
[19] Walther Eichrodt, Theology Of The Old Testament Vol. II,
(Philadhelphia: The Westminster Press, 1976), 221
[21] G. A. Cook, International Critical Commentary; A
Critical And Ezegetical On The Book Ezekiel, (Edinburg: T&T. Clark,
1970), 396
[22] Anton T. Pearson,
Yehezkiel dalam The Wycliffe Bible
Commentary Volume 2 (Ayub- Maleakhi), (Malang: Gandum mas, 2005), 827- 828
[23] S. H. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Yesaya 13- 27,
(Jakarta: BPK- GM, 1987), 193
[24] S. H. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1- 39, (Jakarta: BPK- GM, 2003), 175- 176
[25] A. de Kuiper, Tafsiran Alkitab Kitab Hosea, (Jakarta:
BPK- GM, 1997), 86
[26] Leslie C. Allen, Word Bible Commentary; Ezekiel 20- 48,
(Dalas: Word Books, 1990), 183
[27] C. Barth, Teologi Perjanjian Lama 4, (Jakarta:
BPK- GM, 1996), 25- 26
[28] John W. Wavers, The Century Bible Ezekiel, (London:
Thomas Nelson And Son LTD, 1969),277
[29] Paul E. Kretzmann, Popular Commentary Of The Bible Old
Testament; Prophetical Books, Vol II, (St. Louis: Concordia Publishing
House, 1924), 307
[30] W. Robertson Nicoll, The Expositior’s Bible Vol 4, (Michigan:
WM. B. Eerdmans Publishing, 1947), 309
[31] John Peter Lange, Commentary On The Holy Scriptures,
(Michigan: Zondervan Publishing House, 1873), 349
[32] Berulang- ulang dapat
dilihat dalam kisah penciptaan bahwa Allah menciptakan segenap dunia dengan
memakai alat kekuasaannya, yakni dengan FirmanNya. Firman tersebut merupakan
“alat” atau “peneguhan” di dalam pekerjaan Allah. Dan apabila Allah telah
berfirman berarti ia sedang menyatakan diriNya. Jadi Firman tersebut bukan
semata- mata sebagai suatu perkataan, pemeberitahuan, keputusan, perintah pada
suatu janji yang keluar dari mulutNya (Ul. 8:3), tetapi Allah sendiri dengan
namaNya, membuka rahasia, sehingga Ia dikenal, dipuji, dipercayai. C. Barth, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta:
BPK- GM, 2001), 27
[33] John F. Walvoord, Penggenapan Nubuat Masa Kini- Zaman Akhir,
(Malang: Gandum Mas, 1996), 423
[34] Jurgen Moltmann, The Spirit Of Life, A Universal Affirmation,
(London: SCM Press, 1992), 55- 56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar