Kamis, 22 September 2016

ROH ALLAH DAN KEBANGKITAN MANUSIA OLEH AMPU SUPRIADI HUTASOIT, STh

Nama              : Ampu Supriadi Hutasoit
Dosen              : Pdt. Dr. Jontor Situmorang
 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ABDI SABDA
ROH ALLAH DAN KEBANGKITAN MANUSIA


I.                   PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini kalau berbicara mengenai kematian pada umumnya orang- orang berpikir bahwa di dalamnya pasti ada dukacita yang sangat mendalam dalam diri keluarga yang mengalaminya bahkan ketika ada kematian maka akan ada air mata. Lalu kalau kita berbicara  tentang kebangkitan, apa yang paling pertama kali muncul dalam pemikiran setiap orang?  Pada umumnya ketika berbicara mengenai kebangkitan manusia maka yang dipikirkan adalah kebangkitan tubuh yang secara utuh dan kebangkitan manusia itu pasti dari kematian manusia itu. apalagi dalam Pengakuan Iman Rasuli yang tiap minggunya kita ucapkan dalam ibadah adalah Kebangkitan daging dan hidup yang kekal. Hal ini menunjukkan dalam diri dan ajaran gereja pun ada konsep mengenai kebangkitan. Ketika kita berbicara mengenai kebangkitan manusia, sebenarnya apanya yang bangkit lalau bagaimana manusia itu dapat bangkit dan apa hubungannya Roh Allah dengan Kebangkitan manusia? Maka pada kesempatan ini kita akan melihat bagaima Roh Allah dan Kebangkitan Manusia dalam Perjanjian Lama.   

II.                PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Roh Allah
Dalam Perjanjian Lama, Allah adalah ruach ruach רוּחַ yang artinya Roh. Melalui pernyataan ini Perjanjian Lama mau mengatakan bahwa Yahweh adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Artinya adalah Alllah adalah sumber hidup dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, khususnya manusia.[1]  Ruach רוּחַ sering berarti angin, dan sering pula dianggap berkuasa, bahkan bisa merusak (Kel. 10:13, 14: 21, Ayb. 21: 18, Maz. 1: 4, 1 Raj. 19: 11, Yeh. 1: 4).[2] Kata RohAllah  pertama kali muncul dalam Perjanjian Lama terdapat dalam Kej. 1: 2 yaitu   אֱלׄהִים רוּחַ ruakh elohim yang mana Roh melayang- laying di atas permukaan air, membentuk manusia (Kej. 2: 7), membaharui permukaan bumi. Roh itu adalah ruakh (nafas, angin). Kehidupan manusia terbuka bagi kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah.[3] Roh Allah adalah sumber dari semua yang hidup, semua kehidupan jasmani dan rohani. Roh Allah adalah prinsip aktif yang datang dari Allah dan memberi kehidupan kepada kehidupan dunia. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dalam diri Allah selain Roh Allah. Roh Allah adalah Roh yang keluar dari dalam diri Allah yang berarti Allah juga.[4]     
2.2.Manusia dalam Perjanjian Lama
Dalam kitab Kejadian tentang penciptaan dapat dilihat bahwa manusia ialah debu dan diciptakan dari debu tanah (Kej. 2:7).manusia sebagai “daging” adalah lemah dan bergantung pada belas kasihan Allah, seperti semua makhluk lainnya (Yes. 2: 22; 40:6, Maz. 103:15: 104: 27- 30).  Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27). Dan ketika Allah menjadikan manusia, ia mengambil sikap yang menunjukkan perhatian yang sangat pribadi yang m,endalam terhadap manusia itu (Kej. 1: 26). Dan cara pendekatan- Nya adalah dengan melibatkan diri- Nya dalam hubungan yang erat dengan manusia ciptaan- Nya itu (Kej. 2: 7) dibandingkan dengan ciptaan yang lainnya.[5]   
2.3.Kematian dalam Perjanjian Lama
Kematian terjadi dikarenakan manusia melanggar perintah Allah dan itulah yang disebut dosa. Ketika manusia berdosa maka kematian itu pun diterima oleh manusia (Kej. 2: 17; 6:3; Ul. 24: 16; 2 Sam 12: 13; Jer. 3: 18-20; 18: 20) sehingga kita pun mendapatkan konsekwensi atas perbuatan Adam dan hawa dikarenakan ketidakpatuhannya kepada perintah Tuhan. dosa yang berkuasa atas dirpada umumnyai manusialah yang membawa kita menjauh dari Allah dan kita mengalami kematian spiritual. Dalam PL pada umumnya kata kematian dipandang negative (Maz. 6: 5; 55:4; Yeh. 18: 32) atau paling sedikit terhentinya kehidupan manusia.[6] Meskipun kematian menandai akhir kehidupan di bumi, tetapi si orang mati tetap hidup sebagai arwah di syeol, dengan kata lain adalah kematian bukanlah pelenyapan, melainkan transisi ke jenis keberadaan lain di syeol. Dalam PL, kematian מָוֶת adalah מָוֶת dan   mengarah pada:[7]
·         Kematian secara umum atau yang berlawanan dengan kehidupan (Ul. 30: 19: 2, Yer. 21:8). Setiap orang memiliki hari kematiannya (Peng. 7:1; 8:8).
·         Kematian sebagai ganjaran orang jahat. Karena melakukan dosa maka manusia layak mati (Ul. 19:6, 21:2, Yer. 26:11).
·         Kematian adalah sesuatu yang misterius dan menakutkan, atau terkadang disebut dengan tidur (Maz. 13:4).
·         Kematian juga menunjuk kepada syeol sebagai tempat yang berdebu (Maz. 22: 15-16) dan juga tempat atau ruang (Ams. 7:27).
Hidup dalam PL adalah bersumber dari Allah sehingga ciptaan dengan Allah itu mempunyai hubungan. Ketika Allah member nafas kehidupan maka sekalian roh masuk ke dalam diri manusia. Ketika kehidupan diambil oleh Allah maka kembalilah mansuia menjadi debu tanah. Kehidupan yang diambil itu adalah roh yang kembali kepada Allah, artinya adalah kehidupan itu diambil dan kembali kepada pencipta. Yang kembali bukan rohnya tetapi kehidupan itulah yang kembali kepada Allah.[8] 
2.4.Pengertian Kebangkitan
2.4.1.      Pengertian Kebangkitan Secara Umum
Kebangkitan berasal dari kata dasar bangkit, yang artinya bangun dari tidur, berdiri, bangun (hidup) kembali, dan sadar. Selain itu kata bangkit juga sering dipakai dalam menyatakan sebuah tindakan misalnya, membangkitkan amarah, membangkitkan semangat, kesadaran dan sebagainya.[9] Dalam bahasa Inggris kata kebangkitan sering disebut resurrection. Kebangkitan merupakan sebuah janji dan harapan akan kehidupan kekal bagi setiap orang percaya. Sehingga dalam ilmu teologi masalah kebangkitan lebih condong kepada kehidupan setelah kematian, atau suatu peralihan dari keadaan yang mati menjadi hidup. Kebagkitan merupakan kehidupan akhir sesuadah kematian yang disebabkan oleh kuasa ilahi yang mencakup manusia seutuhnya.[10] Kata lain yang menunjukkan kebangkitan adalah revival, revive. Kata revival dan revive sering dipakai dalam ilmu teologi yang berarti pemulihan atau penghidupan kembali tentang minat keagamaan, atau kebangkitan rohani.[11]
2.4.2.      Pengertian Kebangkitan dalam PL
Dalam Perjanjian Lama ada beberapa kata yang menunjukkan kepada arti kebangkita atau bangkit, yaitu:
a.       Kata עׇמַד  yang berarti sebuah keadaan bangkit berdiri yang siap untuk melayani (1 Sam. 16: 2) atau sebuah keadaan untuk tetap bertahan seperti yang dilakukan oleh Rut (Rut 2: 7). Kata ini juga menunjukkan satu sikap berdiri ketika seorang yang penting memasuki ruangan dengan kesadaran sendiri tanpa terpaksa untuk menunjukkan rasa hormat (Kel. 9: 10). Dalam kitab para nabi kata ini adalah satu sikap berdiri ketika Firman Tuhan dating (Yeh. 2: 23). Dapat juga berate membangun tempat (Maz. 18: 33) dan perjanjian Allah dengan Yakub (Mzm. 105: 10).[12]
b.      Kata קוּם  dengan arti bangkit, duduk di tahta (Yes. 52: 2). Kata ini juga dipakai untuk menunjukkan campur tangan Allah (Yes. 33: 10), seperti maju berperang (Yes. 28: 2) dan melawan musuh (Am. 7:9) serta perintah Tuhan  untuk menyebarkan Firman Tuhan ( Yes. 2: 19).[13] Kata ini menunjukkan aktivitas Allah dalam sejarah. Misalnya dalam membangkitkan seorang pemimpim bagi bangsanya dan mendatangkan keadaan yang ingin ia penuhi yaitu janji kepada leluhur Daud atau firman dari para nabi.
c.       Kata עָלָה yang mempunyai arti dasar  naik, dan kenaikan. Sering digunakan pada hewan yang dating atau pergi, pada sayuran, pada tumbuhan: pertumbuhan benih gandum.[14] Tetapi kata ini juga sering dipakai dalam mazmur- mazmur mengenai mengenai “lagu kenaikan” sebagai ritual ziarah pada siapa yang dating ke Yerusalem untuk merayakan pertemuan tiga kali setahun.[15] Meskipun kata ini mempunyai makna yang luas dan sering dipakai dalam bentuk non- kultus namun kata ini identik dengan perjalanan spiritual pribadi seseorang untuk berjalan naik ke tempat kudus untuk bertemu dengan Allah yang Maha Tinggi. sehingga kata עָלָה artinya berjalan naik, keluar dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi.
d.      צָמַח Ini berarti bertunas atau tumbuh meninggi. Kata ini digunakan dalam Kejadian 2: 9, yang menunjukkan bahwa Allah sendiri yang menumbuhkan tunas- tunas tanaman. Tunas juga sering mengandung makna metafora dari sumber atau membawa keselamatan dan kerinduan (2 Sam. 23:5), kebenaran (Yes. 45:8, 61: 11), kepenuhan nubuat (Yes. 42:9, 43: 19), kekuatan (Yeh. 29: 21). Dan kata tunas ini sering digunakan dalam menghubungkan tunas Daud  yang menjelaskan figure mesianik (Yer. 33: 15).[16]
e.       Kata חָיַה dalam bentuk qal mempunyai arti menjadi hidup, menjadi hidup kembali, kembali untuk hidup. Dalam bentuk piel berarti memelihara kehidupan, memabawa kehidupan kembali.

2.5. Dasar Teologi Kebangkitan Manusia dalam Perjanjian Lama
Dalam PL Allah juga menjanjikan tentang kelangsungan hidup bagi mereka yang percaya kepada- Nya. Keyakinan  itu berakar dalam kehidupan orang Israel bahwa Allah adalah sumber kehidupan dan sumber hayat (Kej. 2: 7, Maz. 36: 10). Sehingga pada dasarnya kehidupan itu adalah milik Allah dan berasal dari Allahbtersebut maka ia memperoleh satu unsure yang tidak binasa.[17] Orang Israel menyadari bahwa apa yang mereka terima baik itu kesuksesan, dan berkat semua berasal dari Allah.  Meskipun kelemahan dan kecenderungan manusia untuk menghadapi kematian bukanla h hayalan, tetapi disinilah terdapat sebuah kepercayaan kepadaNya. Artinya bahwa orang yang takut kepadaNya tidak akan melihat Sheol ( Mzm. 16: 10- 11). Selain itu ada keyakinan pada mereka akan pemeliharaan Allah yang tinggal diam di hadapan Tuhan sepanjang masa. Selain itu bagi bangsa Yahudi kehidupannyang kekal akan mereka terima ketika mereka patuh dan taat kepada Hukum Taurat, sehingga benar- benar hokum Taurat  memberi sebuah peran keselamatan bagi bangsa Yahudi.  Selain itu penghakiman yang diberika Allah selalu adil dan hal tersebut akan membawa kepada akhir hidup yang benar. Orang bebal akan berjalan menuju maut, sedang orang benar menuju kepada kehidupan (Ams. 11: 30). Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa pengharapan dalam PL adalah kehidupan yang kekal dan sheol bukanlah tempat  bagi orang- orang saleh.[18] Dasar historis dari kebangkitan dalam PL, kita dapat melihat bagaimana Allah bertindak untuk menyelamatkan umat- Nya: Allah menuntun Abraham ke tanah perjanjian. Allah telah membebaskan mereka dari perbudakan dan penindasan. Penyelamatan Allah melalui tradisi Keluaran meskipun ada satu keyakinan bahwa Allah akan memelihara umat- Nya (Kel. 19: 4) sehingga mereka juga yakin bahwa Allah akan menyelamatkan mereka di masa yang akan dating. Allah akan memerikan kemenangan yang pasti bagi umat- Nya seperti yang Ia lakikan kepada Henokh dan Elia sebagai orang- orang yang bergaul erat dengan Allah.[19]
2.6. Kebangkitan Manusia
2.6.1.      Kebangkitan Manusia dalam Kitab Yehezkiel 37: 1-14
Kebangkitan Israel yang disampaikan oleh Yehezkiel merupakan penyelamatan Allah dalam model baru. Masalah ketaatan kepada Hukum Taurat tidak lagi menjadi salah satu jalan untuk menerima kehidupan, tetapi pemulihan umat Tuhan.[20] dalam penglihatan atas kebangkitan Israel (1-14) merupakan sebuah kepecayaan kebangkitan, yang menjelaskan bahwa kebangkitan Israel yang telah mati dengan cara tragis, bukan kebangkitan universal tetapi kebangkitan bangsa. Yang secara berangsur- angsur merekonstruksi dan menyadarkan mereka, dengan memuka kubur mereka.
Dalam penglihatan Yehezkiel, ia melihat  hal yang aneh dari tulang- tulang yang dihidupkan kembali menjadi manusia yangb hidup untuk menggambarkan tindakan kuasa Allah untuk melakukan apa saja kepada menusia dan memperlihatkan sesautu yang tidak mungkin, visi yang dilakukan oleh nabi melalui firman ini adalah untuk menentang keputusasaan bagi orang- orang buangan (Yeh. 36: 22; 33: 10). Pada saat itu mereka benar- benar putus asa karena jatuhnya Yerusalem sebagai kota suci. Mereka menganggap bahwa mereka tidak akan bangkit lagi menjadi satu bangsa lagi. Oleh karena itu, sesungguhnya Israel harus belajar bahwa apa yang mereka alami dalam pembuangan bukanlah akhir segalanya, tetapi merupakan kehendak Allah bagi umat- Nya (Yeh. 18: 22), sebab sesungguhnya pembuangan yang terjadi atas Yehuda membuat mereka khawatir. Akan tetapi mereka akan dibangkitkan kembali  dari keputusasaan yang disimbolkan dengan tulang- tulang kering menjadi manusia yang hidup.[21] Bagian ini merupakan haphtarah (bacaan dari tulisan nabi- nabi) untuk paskah dan sabat di sinagoge. Roh- Nya (bnd. 1: 12, 20; 3: 14) membawa Yehezkiel dalam keadaan ekstase (bnd. 1: 3; 3: 14) ke suatu lembah yang dipenuhi tulang- tulang kering dari tubuh manusia dan Yehezkiel diperintahkan untuk bernubuat kepada tulang- tulang itu tentang janji kehidupan. Aku memberi nafas hidup di dalammu, kata Ibrani ruah (רוּחַ )  diterjemahkan “Nafas” dalam ayat 5,6,8,9,10. “angin” dalam ayat 9, dan “roh” dalam ayat 1, 14, yang mana “nafas” ialah tanda kehidupan, sama dengan angin atau udara dan dalam nubuat ini menjadi dasar kehidupan itu sendiri, yakni roh. Dan nafas kehidupan dihembuskan dari keempat penjuru angin dari surge (bnd. Yer. 49: 36). Lambing Roh Allah yang member kehidupan universal (14).  Tulang- tulang ini adalah seluruh kaum Israel (baik Israel maupun Yehuda, ay. 16,22), di mana orang- orang yang masih tersisa berkata, Pengharapan kami sudah lenyap. Pada ayat 12, symbol itu diubah dari orang- orang yang terbunuh di daerah pertempuran menjadi orang- orang yang mati di kuburan, membawa kamu kembali, keluar  dari tempat yang gelap yaitu pembuamgan ke tanah Israel, pada ayat 14 Aku akan memberikan Roh- Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali. Roh Tuhan memberi hidup (bnd. Ayat 10; Maz. 104: 30… cari mazmur itu morr tafsirannya dan ibraninya) dalam 36: 27- 28 Dia adalah Roh yang memperbaharui (bnd. Yes. 49: 8- 12; 61:1).[22] Dengan penglihatan- penglihatan tentang tulang- tulang kering yang menjadi hidup, Tuhan melalui Yehezkiel, menyatakan kepada Israel tentang kebangkitan kehidupan nasionalnya yang akan datang (Ay. 1- 14).
2.6.2.      Kebangkitan Manusia dalam Kitab Yesaya 26: 10- 19
Dengan iman memperoleh kebangkitan dan yang jahat tidak akan bangkit (Yes. 26: 10- 19). Yang dimaksud dengan “orang- orang- Mu yang mati” ialah orang- orang yang beriman. Mereka merupakan satu kesatuan milik Tuhan sendiri. Mereka itu akan dibangkitkan untuk menerima kebenaran Tuhan dan kehidupan baru. Oleh karena itu ada seruan perintah “Bangkitlah dan bersorak- sorai”. Seruan perintah semacam itu hanya patu diucapakan oleh Allah sendiri, karena kini seolah- olah sudah tiba saatnya kebangkitan itu. di sini digambarkan orang mati itu sebagai orang tidur.  Kuasa Tuhan yang membangkitkan itu digambarkan “embun terang”. oleh karena itu si nabi memakai kata “Mayatku” dalam arti tersebut seolah- olah Tuhan sendiri yang menegaskan bahwa mayat orang yang tergabung dalam umat itu adalah milik- Ku sendiri. Mereka itu akan dibangkitkan untuk menerima kebenaran Tuhan dan menerima kehidupan yang baru.[23] Embun merupakan symbol dari kesegaran yang dapat menimbulkan kehidupan baru; atau menkiaskan bahwa Tuhan sendiri yang member kehidupan Baru (Hos. 14: 6).   Dalam hal ini kebangkitan orang- orang mati yang tergolong umat yang benar dan percaya, sehingga berita ini merupakan suatu berita kesukaan.  Kebangkitan yang dimaksudkan dalam kitab Yesaya ini adalah mengenai kebangkitan secara perorangan (Daniel 12: 2), sedangkan kebangkitan Israel yang memberitakan kebangkitan umat  disebut dalam Hosea 6: 2; Yehezkiel 37: 4.[24]
2.6.3.      Kebangkitan Manusia dalam Kitab Hosea, Daniel
Dalam kitab sangat jelas pernyataan mengenai kebangkitan pribadi yang adalah “banyak orang- orang yang telah tidur di dalam debu tanah , akan bangun sebagian untuk memperoleh hidup yang kekal dan sebagian mengalami hinaan yang kekal dan kengerian yang kekal” (Dan. 12: 2).  Hal ini menyatakan kebangkitan baik orang benar maupun orang jahat serta melihat konsekuensi- konsekuensi yang kekal dari perbuatan manusia. Sedangkan kebangkitan dalam Kitab Hosea adalah kebangkitan secara nasional atau universal. Yang mana dalam Hosea 6: 2; 3: 14, Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga, Ia akan membangkitkan kita. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa Allah memberikan penyembuhan dan pemulihan, bahkan sebagai kebangkitan dari antar orang mati.yang sakit akan bangkit dan hidup kembali dan itu diharapkan terjadi dalam dua atau tiga hari (bd. 41: 11). Dan setelah mengalami kebangkitan nasional, maka bangsa itu akan hidup dihadapan- Nya, artinya di bawah perlindungan Allah. Keamanan nasional diharapkan mereka tanpa sungguh- sungguh mempersoalankan betapa beratnya penyelewengan- penyelewengan mereka. Dan kebangkitan yang dimaksud Hosea adalah langsung diterpakan kepada kebangkitan Yesus Kristus (1 Kor. 15:3). Dan ayat ini merupakan nubuatan mesianik.  Yang mana mesianik dating untuk memberikan keselamatan kepada manusia secara universal bukan secara pribadi/ perorangan.[25]
2.7. Roh Allah dan Kebangkitan Manusia
Dalam Yehezkiel 33:2,  menunjukkan dua penekanan, yaitu: “tangan Tuhan (  יָד יהוה)” ( 33: 22, bnd. 1:3, 3:14) dan oleh “Roh Tuhan”, keberadaan tangan Tuhan dan Roh Tuhan merupakan subjek dan Yehezkiel adalah objek, dalam artian adalah bahwa Allah sebagai penguasa bagi setiap tindakan nabi (bnd. 8: 3, 11: 1, 24).[26] Sehingga Allah dapat menempatkan Yehezkiel ke mana saja yang Ia kehendaki. Peristiwa seperti ini sering terjadi tiba- tiba. Allah  seolah- olah memperhatikan mereka dengan kekerasan bahkan memaksa mereka untuk tugas yang tidak mereka pilih sendiri.[27] Kata roh dalam bahasa Ibrani רוּחַ ruah, yaitu: angin, petunjuk arah, nafas, tindakan, kemauan, semangat serta roh. Dalam menjelaskan roh, orang- orang sering menggambarkan roh itu  dengan angin. Sesatu yang yang tidak dapat didengar tetapi dapat dirasakan. Tidak dapat dibatasi oleh manusia dan bekerja disegala tempat dan di seluruh dunia. Ia bergerak secara terus- menerus. Dalam nats ini Roh Tuhan  adalah penggerak bagi nabi saat ekstase yang ditandai dengan ucapan “Ia membawaku”.[28] Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa kehidupan kembali tulang- tulang akan terjadi malalui suatu media yaitu Firman Tuhan dan kemudian disusul oleh pemberian roh dari Allah yang akan menyempurnakan kehidupan mereka yang telah mati, yang ditujukan oleh nabi kepada tulang- tulang itu. hal ini menunjukkan bahwa dalam firman itu telah melekat kuasa Allah. Dengan kata lain adalah Tuhan memiliki kuasa atas janjiNya kepada umat- Nya.[29] Firman yang disampaikan oleh nabi mempunyai realisasi yang sangat nyata. Peristiwa seperti ini juga dapat dilihat melalui penciptaan. Ketika Allah berfirman, maka segala sesuatu tercipta. Sehingga nubuatan yang disampaikan oleh Yehezkiel kepada tulang- tulang yang kering tersebut sebagai wujud ketaatan nabi kepada perintah Tuhan. perintah untuk bernubuat kepada sang nabi merupakan perintah Tuhansehingga melalui pendengaran akan Firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi menjadi satu syarat bagi bangsa Israel untuk hidup kembali yaitu mendengarkan Firman Tuhan.[30] seluruh penglihatan Yehezkiel bergantung kepada pendengaran ( שִמְעוּ) pengenalan akan Firman, dan kepercayaan kepada Firman tersebut (Yoh. 4: 48, 20: 19).  Kalimat nubuatan atau perintah itu dapat diketahui dengan baik bahwa dalam kalimat ini dipakai tradisi Firman yang berasal dari Tuhan sebagai sumber kehidupan, keselamatan dan berkuasa (Ibr. 4: 14). Sebab firman itu tidak hanya sekedar sebagai sumber kehidupan dan keselamatan, tetapi firman telah hidup. Firman yang diberikan itu adalah Roh dan Ia benar- benar hidup (Yoh. 6: 63).[31]  Firman tersebut akan bekerja membentuk kembali suatu ciptaan baru, dengan memberikan roh yang berasal dari Allah yang akan ditunjukkan dengan peremajaan tulang- tulang yang kering dan Allah memasukkan roh ke dalamnya, dan peristiwa tersebut merupakan sebuah kejadian yang hamper mirip dengan kisah penciptaan (bnd. Kej, 2:7).[32] Melalui tubuh dan roh yang baru yang berasal dari Allah (Yer. 31:4) maka bangsa Israel meperoleh pembaharuan moral dan juga ibadat kepada Allah . aku akan menumbuhkan daging pada mu, kalimat ini berarti bahwa tulang- tulang tersebut akan “dibalut” dengan urat dan daging serta diberikan roh yang berasal dari Allah. Ditekankan kembali bahwa Allah akan memberikan roh רוּחַ kepada umatNya.roh tersebut akan memberikan kekuatan kepada manusia. Roh yang diberikan Tuhan dapat menopang orang yang berada dalam semangat yang patah (Ams. 18: 14). Memang janji Allah akan membangkitkan manusia dalam (Yeh. 34:14) berbentuk pemulihan bagi bangsa Israel, tetapi lebih condong kepada pemulihan namun secara tersirat hal tersebut juga mengarah pada kebangkitan tubuh manusia (ayat 13- 14).[33]Roh Tuhan akan membantu manusia dalam menjalani pembaharuan perjanjian antara Allah dan umatNya. Kehadiran Roh Tuhan juga akan memampukan bangsa Israel untuk mendengar suara Tuhan dan Roh yang dimaksud dalam Yehezkiel 36: 27, yaitu hati yang taat. Roh Tuhan juga akan membuat bangsa Israel mempunyai harapan di masa depan.roh Tuhan akan membuat mereka hidup sesaui dengan hakekatNya. Melalui pembaharuan Roh Tuhan ke dalam kehidupannya sehingga ia akan berjalan sesuai dengan kehendak Allah.[34]
III.             REFLEKSI TEOLOGIS
Perbuatan manusia yang tidak setia kepada Allah sebenarnya membuat mansuia tidak pantas di hadapan Allah dan pantas mendapatkan hukuman dari Allah. Tetapi oleh karena kasih- Nya. Di dalam PL kebangkitan merupakan karya Allah untuk menyelamatkan orang- orang yang saleh agar mereka tidak melihat kematian. Hanya kuasa Allah yang mampu menembus dan mengangkat mereka dari kematian. Kebangkitan merupakan pengalaman yang penuh dengan sukacita, karena adanya persekutuan dengan Allah. Tindakan untuk membangkitkan ini adalah sepenuhnya inisiatif Allah sendiri, jadi kebangkitan ini bukaanlah usaha manusia sendiri. Hanya Allahlah yang dapat memberikan kehidupan yang kekal kepada manusia. Dan untuk mencapai suatu kehidupan yang kekal maka yang dibutuhkan adalah Firman Allah dan Roh Allah dalam diri mansuia. lewat tunutnan Firman dan Roh-Nya maka mereka akan dibangkitkan dengan menumbuhkan urat, daging, kulit dan juga roh yang berasal dari Allah.  Kebangkitan manusia merupakan wujud tindakan kasih Allah kepada manusia.

IV.             KESIMPULAN
Kepercayaan akan kebangkitan berakar pada keyakinan bahwa Allah ialah Allah yang hidup, dan tidak akan membiarkan umat- Nya menjadi mangsa maut. Kebangkitan adalah suatu sikap atau keadaan bangun. Kebangkitan erupakan sikap yang tegak berdiri, mengokohkan yang rusak.  Kebangkitan di dalam PL selalu dilihat sebagai sebuah kesejahteraan dan kehidupan nasional yang bersifat kolektif, sehingga melalui hal tersebut setiap orang akan menerima berkat di dalam Perjanjian Allah (messianic kingdom), maka kebangkitan yang diperlihatkan nabi Yehezkiel dan Hosea adalah juga merupakan pemulihan nasional secara politik, social, ekonomi, keagamaan, bahkan secara pribadi atau perseorangan bagi manusia yang sudah terpuruk di dalam ketidakberdayaan.  Di lain pihak  kebangkitan yang Yehezkiel, Hosea, Daniel, Yesaya lihat merupakan gambaran realistis bahwa Allah juga dapat membangkitkan orang mati. Kunci dari kebangkitan itu adalah transformasi atau peralihan keadaan yang negative menjadi positif.  Dan kebangkitan manusia itu melalui Firman Tuhan yang dinyatakan kepada manusia dan Firman Tuhan yang berasal dari Allah itu lah yang berkuasa memberikan kebangkitan bagi manusia dan ditambah lagi Roh Allah yang bekerja dalam kebangkitan manusia tersebut. Sebab nabi dipimpim oleh Roh Allah untuk memberitakan Firman, begitulah roh yang akan memimpin manusia dalam setiap kehidupannya.







V.                DAFTAR PUSTAKA
Abegg, M. G., צָמַח  , dalam New International Dictionary of the old testament and exegesis Vol. 4, William VanGemeren (ed), (United Kingdom: Paternoster Press, 1997
Abineno, J. L. Ch.,Roh Kudus dan Pekerjaan- Nya, (Malang: Gandum Mas, 1995
Allen, Leslie C., Word Bible Commentary; Ezekiel 20- 48, Dalas: Word Books, 1990
Barth, C., Teologi Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK- GM, 2001
Barth, C., Teologi Perjanjian Lama 4, Jakarta: BPK- GM, 1996
Brown, Francis, Hebrew and English Lexicon, Peabody: Hendricson Publisher, 1979
Cook, G. A., International Critical Commentary; A Critical And Ezegetical On The Book Ezekiel, Edinburg: T&T. Clark, 1970
de Kuiper, A., Tafsiran Alkitab Kitab Hosea, Jakarta: BPK- GM, 1997
Eichrodt, Walther, Theology Of The Old Testament Vol. II, Philadhelphia: The Westminster Press, 1976
Ellison, H. L., Men Speak From God, Great Britain: The Paternoster Press, 1966
Gemeran, Van A. W., mawet dalam New International Of The Old Testament Theological and Exegetis Vol II, USA: Paternoster Press, 1996
Kohler, Ludwing, Old Testament Theology, (Philadelphia: The Westminister Press, 1957), 140
Kretzmann, Paul E., Popular Commentary Of The Bible Old Testament; Prophetical Books, Vol II, St. Louis: Concordia Publishing House, 1924
Lange, John Peter ,Commentary On The Holy Scriptures, Michigan: Zondervan Publishing House, 1873
Martens, Elmer A., עׇמַד dalam New International Dictionary of Old Testament  and Exegesis Vol. 3, William Gemeren Van, (ed), (United Kingdom: Paternoster Press, 1996
Moltmann, Jurgen, The Spirit Of Life, A Universal Affirmation, London: SCM Press, 1992
Nicoll, W. Robertson, The Expositior’s Bible Vol 4, Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing, 1947
O’ Collin, Gerald, Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996
Pearson, Anton T., Yehezkiel dalam The Wycliffe Bible Commentary Volume 2 (Ayub- Maleakhi), Malang: Gandum Mas, 2005
Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Routledge, Robin, Old Testament Theology, A Thematic Approach, England,Inter-Varsity Press, 2008
Salmer, A., קוּם  , dalam Theological Lexicon Of Old Testament Vol. 3, ErnstJenni, Claus Westermann (ed),USA: Hendrikson Publisher, 1976 
Situmorang, Jontor, Roh dan Kematian Manusia dalam Rekaman Catatan Perkuliahan Pneumatologi PL,(Medan: STT –AS, 2012
Smalley, S. S., Roh dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M- Z), (ed.) J. D. Douglas, Jakarta: YKBK, 2009
Soedarno, R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK- GM, 2002
ten Napel, Henk, Kamus Teologi Inggris- Indonesia, Jakarta: BPK- GM, 2006
Verkyuil, J., Aku Percaya, Jakarta: BPK- GM, 2003
Walvoord, John F., Penggenapan Nubuat Masa Kini- Zaman Akhir, Malang: Gandum Mas, 1996
Wavers, John W., The Century Bible Ezekiel, London: Thomas Nelson And Son LTD, 1969
Widyapranawa, S. H., Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya pasal 1- 39,  Jakarta: BPK- GM, 2003
Widyapranawa, S. H., Tafsiran Alkitab Yesaya 13- 27, Jakarta: BPK- GM, 1987



[1]  J. L. Sh Abineno, Roh Kudus dan Pekerjaan- Nya, (Malang: Gandum Mas, 1995), 16- 17
[2] S. S. Smalley, Roh dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M- Z), (ed.) J. D. Douglas, (Jakarta: YKBK, 2009), 316
[3] Ibid, 319
[4] J. Verkyuil, Aku Percaya, (Jakarta: BPK- GM, 2003),45
[5] R. S. Wallce, Manusia dalam Ensikopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M- Z), Op. Cit., 24
[6] Robin Routledge, Old Testament Theology, A Thematic Approach, (England,Inter-Varsity Press, 2008), 302
[7] Van A. W. Gemeran, mawet dalam New International Of The Old Testament Theological and Exegetis Vol II, (USA: Paternoster Press, 1996), 886- 887
[8] Jontor Situmorang, Roh dan Kematian Manusia dalam Rekaman Catatan Perkuliahan Pneumatologi PL, (Medan: STT –AS, 2012)
[9] Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 88
[10] Gerald O’ Collin, Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 133
[11] Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris- Indonesia, (Jakarta: BPK- GM, 2006), 272- 273
[12] Elmer A. Martens, עׇמַד dalam New International Dictionary of Old Testament  and Exegesis Vol. 3, William VanGemeren (ed), (United Kingdom: Paternoster Press, 1996), 434- 435
[13] A. Salmer, קוּם  , dalam Theological Lexicon Of Old Testament Vol. 3, ErnstJenni, Claus Westermann (ed),(USA: Hendrikson Publisher, 1976 ), 749
[14] Francis Brown, Hebrew and English Lexicon, (Peabody: Hendricson Publisher, 1979), 749
[15] Eugene H. Merill, עָלָה , dalam New International Dictionary of Old Testament and Exegesis Vol. 3, Op. Cit., 401- 402
[16] M. G. Abegg, צָמַח  , dalam New International Dictionary of the old testament and exegesis Vol. 4, (William VanGemeren (ed), (United Kingdom: Paternoster Press, 1997), 815- 816
[17] Ludwing Kohler, Old Testament Theology, (Philadelphia: The Westminister Press, 1957), 140
[18] R. Soedarno, Ikhtisar Dogmatika,(Jakarta: BPK- GM, 2002), 250
[19] Walther Eichrodt, Theology Of The Old Testament Vol. II, (Philadhelphia: The Westminster Press, 1976), 221
[20] H. L. Ellison, Men Speak From God, (Great Britain: The Paternoster Press, 1966), 112
[21] G. A. Cook, International Critical Commentary; A Critical And Ezegetical On The Book Ezekiel, (Edinburg: T&T. Clark, 1970), 396
[22] Anton T. Pearson, Yehezkiel dalam The Wycliffe Bible Commentary Volume 2 (Ayub- Maleakhi), (Malang: Gandum mas, 2005), 827- 828
[23] S. H. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Yesaya 13- 27, (Jakarta: BPK- GM, 1987), 193
[24] S. H. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab Kitab Yesaya Pasal 1- 39,  (Jakarta: BPK- GM, 2003),  175- 176
[25] A. de Kuiper, Tafsiran Alkitab Kitab Hosea, (Jakarta: BPK- GM, 1997), 86
[26] Leslie C. Allen, Word Bible Commentary; Ezekiel 20- 48, (Dalas: Word Books, 1990), 183
[27] C. Barth, Teologi Perjanjian Lama 4, (Jakarta: BPK- GM, 1996), 25- 26
[28] John W. Wavers, The Century Bible Ezekiel, (London: Thomas Nelson And Son LTD, 1969),277
[29] Paul E. Kretzmann, Popular Commentary Of The Bible Old Testament; Prophetical Books, Vol II, (St. Louis: Concordia Publishing House, 1924), 307
[30] W. Robertson Nicoll, The Expositior’s Bible Vol 4, (Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing, 1947), 309
[31] John Peter Lange, Commentary On The Holy Scriptures, (Michigan: Zondervan Publishing House, 1873), 349
[32] Berulang- ulang dapat dilihat dalam kisah penciptaan bahwa Allah menciptakan segenap dunia dengan memakai alat kekuasaannya, yakni dengan FirmanNya. Firman tersebut merupakan “alat” atau “peneguhan” di dalam pekerjaan Allah. Dan apabila Allah telah berfirman berarti ia sedang menyatakan diriNya. Jadi Firman tersebut bukan semata- mata sebagai suatu perkataan, pemeberitahuan, keputusan, perintah pada suatu janji yang keluar dari mulutNya (Ul. 8:3), tetapi Allah sendiri dengan namaNya, membuka rahasia, sehingga Ia dikenal, dipuji, dipercayai. C. Barth, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK- GM, 2001), 27
[33] John F. Walvoord, Penggenapan Nubuat Masa Kini- Zaman Akhir, (Malang: Gandum Mas, 1996), 423
[34] Jurgen Moltmann, The Spirit Of Life, A Universal Affirmation, (London: SCM Press, 1992), 55- 56