“Turun ke dalam Kerajaan
Maut
(Suatu Kritik Dogmatis-Teologis
Terhadap Pengakuan Iman Methodis Yang Meniadakan Dalil “Turun Ke dalam Kerajaan
Maut” Serta Relevansinya Bagi Gereja Masa Kini)
Oleh. Ampu
Supriadi Hutasoit, STh/HKI
I.
Latar
Belakang Masalah
Pengakuan Iman Rasuli berpusat kepada Yesus Kristus,
khususnya kepada kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam hubungan itu ada
dikatakan: Kristus, yang sudah disalibkan, mati dan dikuburkan itu telah “turun ke dalam kerajaan maut” (atau “ke
neraka” ataupun tempat orang mati”).[1]
Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” merupakan bagian pasal dalam Pengakuan
Iman Rasuli yang sudah dipakai secara umum oleh beberapa gereja di dunia.
tetapi ada juga beberapa gereja yang tidak mengakukan dalam pengakuan Iman
mereka. Salah satunya adalah Gereja Methodis. Gereja Methodis meniadakan dalil
“Turun ke dalam Kerajaan Maut” dalam pengakuan Imannya, mereka tidak
mengikrarkan dalam ibadah. Kemungkinan jika Methodis meniadakan dalil “Turun ke
dalam Kerajaan Maut” paling tidak Methodis mempunyai alasan mengapa harus
ditiadakan. Apabila Methodis meniadakan
itu dalam pengakuan iman mereka itu berarti pengakuan Iman yang seperti apa
yang mereka pakai selama ini. Ketika ada gereja menghilangkan dan meniadakan
dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” pemahaman seperti apa yang terjadi. Tentu
akan mempengaruhi dogma ajaran Gereja. Karena gereja Methodis meniadakan itu
maka reaksi sangat mempengaruhi ajaran dogma gereja yang diimani. Sedangkan
ajaran Luther yang masih berdasarkan akan pengakuannya tetap mengikrarkan dalam
iman yang masih relevan. Oleh sebab itulah, penyeminar ingin mengkritik
Methodis yang meniadakan dalil “Turun ke
dalam Kerajaan Maut”.
II.
Pembahasan
2.1.Pengakuan Imam Rasuli[2]
Ada sebuah cerita kuno yang bermula dari abad ke-4,
yang mengatakan bahwa Pengakuan Imam Rasuli diciptakan oleh kedua belas rasul. Pengakuan
Imam Rasuli adalah hasil akhir perkembangan berangsur-angsur dari kredo-kredo
Barat. Agaknya semuanya berasal dari satu kredo yaitu “Kredo Roma Lama”. Kredo
ini mungkin sudah ada pada abad ke-2. Di sepanjang sejarah perkembangan
berkali-kali bahwa kredo ini ditambahkan dengan bagian-bagian baru dan susunan
kalimatnya diubah sedikit-sedikit. Sehingga versi zaman kita ini berasal dari
abad ke-6 atau ke-7. Secara berangsur-angsur kredo itu menjadi satu-satunya
versi yang diterima secara umum. Roma menerimanya antara tahun 800 dan 1100.
Berbunyi;
Aku percaya kepada
Allah Bapa yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi.
Dan kepada Yesus
Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus,
lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius
Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada
hari yang ketiga bangkit pula diantara orang mati, naik ke surge, duduk dibelah
kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan turun dari sana untuk menghikimi
orang yang hidup dan mati.
Aku percaya kepada Roh
Kudus, gereja yang kudus dan am, persekutuan orang-orang kudus, pengampunan
dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal. Amin
2.2.Pengertian “Maut”
Presfektif Alkitab
Dalam perjanjian Lama maut disebut “sye-ul” yang
artinya tempat yang ada di bawah dunia ini (Ul.32:22; Yes.14:9). Ke sanalah
perginya orang mati (Mzm 89:49), di sana tak ada lagi suatu perbuatan (Pkh
9:10), di sana Tuhan tidak dipermuliakan (Yes.38:18; Mzm 6:6). Jadi syeol tidak
hanya bagi orang yang dijatuhi hukum saja, segala orang mengalami atau pergi ke
syeul. Oleh karena itu syeul tidak tepat kalau diterjemahkan dengan neraka,
akan lebih tepat ialah dengan dunia maut, alam maut, kekuasaan maut. Syeol adalah
tempat yang menakutkan oleh karena di sana orang terpaksa “tidak ingat lagi
akan Tuhan” dan tidak memuliakan Allah (Mzn.6:6). Dalam perjanjian baru “maut”
disebut kata “hades” (1 Petrus 3:18-20; luk 16:23; Why 20:13). Dalam Perjanjian
Baru “hades” adalah tempat orang-orang sesudah mati, baik yang namanya tertulis
dalam kitab kehidupan, maupun tidak (Why 20:15).[3]
Jadi syeol dan hades adalah tempat keadaan yang mati dan dunia alam bawah.
2.3.Perkembangan Munculnya Pengakuan
Iman Rasuli
Menurut Ireneus, salah satu dari Bapa-bapa gereja,
yang hidup dalam abad ke-2 (Kira-kira tahun 140-190) yang menguraikan isi iman
itu secara rinci yaitu kelahiran Kristus dari anak dara, penderitaan, dan
kebangkitan serta mengadili seluruh bangsa manusia. Dari keterangan itu bahwa
bentuk dasar Pengakuan Iman Rasuli yang sudah diakui oleh gereja-gereja di abad
pertama. Menurut Irenius, pengakuan itu diakui oleh semua gereja di daerah
suku-suku Jerman, di Spanyol, di suku-suku Inggris, demikian juga di wilayah
timur, seperti di Mesir dan di Libia. Menurut cerita bahwa kedua belas pasal
Pengakuan Iman Rasuli di rumuskan oleh para rasul sendiri memang dongeng
belaka. Akan tetapi, inti dongeng itu sungguh benar yaitu isi pengakuan ini
berdasarkan ajaran diwariskan oleh murid-murid Yesus kepada jemaat-jemaat
pertama.[4] Bentuk lengkap pengakuan ini baru muncul
sekitar 700, akan tetapi bagian-bagiannya sudah sejak permulaan abad ke-2.
Pertama kali kita perlu melihat bagaimana latarbelakang dari kredo adalah dari
perayaan sakramen baptisan, atau lebih tepatnya lagi pengajaran yang diberikan
sebagai persiapan untuk baptisan kepada para calon baptisan. Hal ini dapat
dilihat dengan jelas dari kredo itu sendiri. Hal yang paling mencolok dilihat
adalah walaupun pengakuan iman hendak memberi
apa yang dipercayai oleh gereja sebagai persekutuan semua orang percaya,
namun kata kerja “percaya” dipakai dalam bentuk tunggal; aku percaya. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam baptisan calon yang hendak dibaptis
mengiakan secara pribadi iman gereja. Latar belakang baptisan juga Nampak dari
stukrur trinitas, di mana baptisan dilayangkan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh
Kudus. Oleh sebab itulah pengakuan iman ini disusun menurut ketiga unsur ini.[5]
Dalam tulisan teologis gereja kuno, atau tulisan
bapa-bapa gereja kita dapat melihat kredo dipakai dalam persiapan untuk
baptisan dan dalam pelayanan baptisan. Ternyata ada dua bentuk yang dipakai: pertama, bentuk Tanya jawab
(responsoris), yang menurut Hippolytus[6]
(di Roma sekitar 225) dan Cyprianus (Chartago,Afrika Utara, sekitar 250)
dipakai waktu baptisan dilayankan. Kedua,dalam
bentuk pernyataan (deklaratoris), yang kita pakai sekarang, yang digunakan
dalam pengajaran.[7]
Dalam perjalanan sejarahnya kredo di mulai pada abad ke-2, di mana pada masa itu
rumusan-rumusan yang dipakai dalam pengajaran baptisan mulai menjadi tetap,
pertama dalam bentuk responsoris. Namun, sejarah perkembangan kredo ini
sebagian tersembunyi bagi kita.[8]
Pengakuan ini adalah pengakuan yang telah bertumbuh
secara lambat laun, pengakuan iman ini merupakan perkembangan dari suatu
pengakuan iman yang lebih sederhana yang berbunyi:
“Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa dan
dalam Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita dan dalam Roh Kudus
gereja yang kudus,kebangkitan daging.”
Kemudian pengakuan ini mendapat perkembangan yang
baru seperti yang terdapat di dalam pengakuan iman rasuli. Berarti kredo ini
mungkin sudah ada pada abad ke-2 dan sepanjang perjalanannya dan
perkembangannya berkali-kali ia ditambahkan dengan bagian-bagian baru dan
susunan kalimatnya diubah sedikit demi sedikit.[9]
Dan versi kita pada zaman ini adalah berasal dari abad ke-6 atau ke-7 dan
berangsur-angsur ,menjadi satu versi yang diterima secara umum.[10]
2.4.Munculnya Dalil “Turun
ke dalam Kerajaan Maut”
Bentuk pengakuan Iman Rasuli mula-mula yang tidak
mempunyai kata “Turun ke dalam Kerajaan Maut”. Setelah abad 4 istilah “Turun ke dalam Kerajaan Maut” ditambkan dalam PIR.
Frase “Turun ke dalam kerajaan maut”
ditambahkan ke dalam kredo ini akibat pengaruh pemikiran Bapa Gereja
seperti St. Iganatius, Pilikarpus, Ireneus, Tertulianus dan Beberapa Bapa
Gereja lainnya.[11]
Kalimat ini diambil dari klausa dalam pengakuan iman
Rasuli (pengakuan iman Athanasium). Kerajaan maut disini tidak sama dengan
neraka tempat penghukuman abadi (Gehena), tetapi dunia orang mati (sheol di PL,
Hades di PB). Karena itu dalam terjemahan modern pengakuan iman rasuli sebagai
“Ia turun ke dunia orang mati”. Bahwa Kristus dalam jiwa manusia-Nya pergi ke
tempat orang mati, sampai waktu kebangkitan-Nya (Kis.2:31;Rom.10:7; Ef. 4:9)
dan semuanya menyatakan bahwa Kristus benar-benar mati. Menurut salah satu
interprestasi dari 1 Petrus 3:19;4:6, di mana Yesus mengabarkan Injil kepada
orang-orang yang telah mati sebelum kedatangan-Nya agar keselamatan juga
tersedia bagi mereka. Tetapi perlu dicatat bahwa interpretasi ini dinyatakan
oleh Clement dari Aleksandria namun
para ekseges abad pertengahan dan baru pada zaman modern menjadi dasar utama
dari doktrin Yesus turun ke dunia orang mati. Dan interpretasi itu
dipertahankan oleh beberapa orang. Perkiraan ini secara gamblang terlihat dalam
tulisan-tulisan awal pasaka rasul (Ignatius) sejalan dengan penginjilan yang
dilakukan Kristus untuk orang-orang mati (Yustinus Martir), ini merupakan pemahaman
moral mengenai turunnya Yesus ke kerajaan maut pada periode patristik. Meskipun
bapa-bapa gereja Alexsandria menyertakan orang-orang mati yang tidak percaya,
pandangan yang lebih diterima, yang menjadi pandangan yang lebih diterima, yang
menjadi pandangan ortodoksi zaman pertengahan, adalah hanya orang-orang percaya
dari paska pra-kekristenan saja yang menerima dan mendapat pemeberitaan injil
Kristus di Hades. Dan Sejalan dengan tema pemberitaan kepada orang
mati, motif lain juga diasosiasikan dengan turun ke kerajaan maut dari periode
sangat awal oleh Hippolitus adalah kemenangan Kristus atas kekuasaan maut
dengan membebaskan jiwa-jiwa yang terperangkap dalam neraka (hades). Sehingga,
dengan sangat jelas juga mencantumkan tema ini dan itulah membuat orang-orang
kala itu mulai mengucapkan “ Dia turun ke dalam kerajaan maut”. Dan ketika
munculnya dibeberapa kredo di Barat di abad V hingga dimuat dalam pengakuan
Rasuli kita. Pada abad 19, “turun ke
dalam Kerajaan Maut” dalam 1 Petrus 3:9 menjadi secara relatif bagian ide baru
tentang kesempatan untuk memperoleh keselamatan setelah kematian bagi
orang-orang yang tidak memiliki kesempatan tersebut semasa hidupnya, dan bahkan
menjadi harapan untuk keselamatan universal berdasarkan pencobaan perpanjangan
setelah kematian.[12]
2.5.PIR Luther[13]
Menurut
Konfesi Augsburg gereja Lutheran dalam katekismus
kecil Luther, pengakuan iman berbunyi;
Aku percaya kepada
Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi,
Aku percaya kepada
Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh
Kudus, lahir dari Anak dara Maria, menderita di bawah pemerintahan Pontius
Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada
hri yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surge, duduk
disebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa, dari sana akan datang kembali untuk
menghakimi orang yang hidup dan mati.
Aku percaya kepada Roh
Kudus, gereja Kristus yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan
dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal. Amin.
2.6.“Turun ke dalam
Kerajaan Maut” menurut Luther
Menurut Luher bahwa “Turun Ke dalam Kerajaan Maut”
bahwa Kristus turun ke neraka untuk mengundang kepada Iblis bahwa kerajaannya telah
kalah.[14] Dan
diperjelas lagi dalam pengajaran Luther dalam bukunya: Katekimus Kecil Luther
disebutkan mengapa Kristus turun ke tempat penantian (maut) marupakan bagian
dari penungguannya? Jawabannya ialah bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa
Kristus,sesudah Ia bersemayam di makam, turun ke dalam maut (neraka), tidak
untuk menjalani hukuman tetapi untuk menyatakan kemenangan-Nya atas para
musuh-Nya di neraka. Berdasarkan 1 Petr.3:18-19, bahwa Kristus telah mati
sekali untuk segala dosa kita, Ia benar untuk orang-orang yang tidak benar,
supaya ia membawa kita kepada Allah: Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya
sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh dan di dalam Roh
itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada Roh-roh yang di dalam penjara. Dan
dalam Kol.2:15, ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa
dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.[15]
Menurut Luther bahwa “turun ke dalam
kerajaan maut” dipandang sebagai penderitaan atau sebagai kemenangan Kristus.
Luther menganggap bahwa “turun ke dalam kerajaan maut” sebagai kemenangan Yesus
Kristus yaitu bahwa dengan “turun ke dalam kerajaan maut” ini maka Kristus
melepaskan para jiwa orang beriman dari PL yang sebelum kemenangan Kristus
masih harus menunggu kelepasan mereka yang sempurna.
Pasal ini, sama seperti yang terdahulu, tak dapat
dipahami dengan akal dan budi kita, melainkan harus dipahami dengan iman saja.
Oleh karena itu, kita seia dan sekata bahwa kita tidak harus melibatkan diri
dalam pertengkaran mengenai pasal ini. tetapi mempercayai dan mengajarkannya
dalam segala kesederhanaan, sejalan dengan apa yang diajarkan Luther dalam
khotbahnya di Torgau pada tahun 1533. Pasal ini dijelaskannya dengan cara
kekristenan yang sesungguhnya, mengesampingkan semua pertanyaan yang sia-sia
dan mengimbau semua orang Kristen kepada kesederhanaan iman. Cukuplah kita tahu
bahwa Kristus telah turun ke kerajaan maut, memusnahkan alam maut demi
orang-orang percaya dan telah menebus mereka dari kuasa maut dari iblis dan
kutukan kekal dari kegigitan neraka. Untuk mengetahui bagaimana ini terjadi
kita harus urungkan sampai datangnya dunia baru nanti, yang akan diungkapkan
kepada kita bukan hanya hal ini, melainkan banyak hal lain, yang tak dapat
dipahami oleh akal kita yang buta dan harus kita terima saja.[16]
Jadi menurut Luther “Turun ke dalam Kerajaan Maut” ialah Yesus Kritus dalam Roh
turun ke dalam dunia roh orang mati untuk mewartakan kemenanganNya dan sebagai
kemenangan Yesus Kristus yang telah menebus orang-orang percaya dari kuasa
Maut.
2.7. “Turun ke dalam
Kerajaan Maut” Menurut Calvin
Bagi calvin, bahwa kata itu diinterpretasikan
sebagai penderitaan Kristus yang seorang diri menanggung derita neraka di Salib
dan ini menjadi pandangan umum aliran reformed.
Ajaran calvin, bahwa neraka telah dirasakan Kristus membebaskan segala nyawa
yang di neraka atau Kristus merasakan neraka waktu berada dikuburan.[17]
Namun Calvin lebih jelasnya menerangkan berdasarkan (Mat.27:26) bahwa “turun ke dalam kerajaan maut” berarti
“Kristus menderita sengsara”, Penderitaan ini terjadi di kayu salib yang
terdiri dari “terpisahnya Kristus daripada Tuhan Allah’. Sebab penderitaan di
neraka ialah bahwa orang dipisahkan daripada kasih Allah untuk selama-lamanya,
yaitu mati yang kekal. Di kayu salib tiga jam lamanya Tuhan Yusus dipisahkan
daripada Allah Bapa, sehingga Ia berseru: Eli, eli lama sabaktani”, yang
artinya “Ya Allahku, Ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?.[18]
2.8.“Turun ke dalam
Kerajaan Maut” Presfektif Alkitab dalam 1 Petrus 3:18-20
Ada beberapa bagian Alkitab yang biasanya dijadikan
dasar dari frase “turun ke dalam kerajaan maut” antara lain 1 Petrus 3:18; 4:6;
dan Efesus 4:9. Dalam 1 Petrus 3:18-20 menggambarkan secara eksplisit aktivitas
Kristus “ pergi ke sebuah tempat yang terlihat seperti neraka”. Salah satu hal
yang eksplisit dalam 1 Petrus 3:18-20. Dikatakan : “Yesus pergi memberitakan”.
Kapankah pemberitaan itu terjadi?, di mana tempat pemberitaan itu berlangsung?,
siapakah mereka menjadi roh-roh yang menjadi objek pemberitaan Yesus?, dan apa
isi dari pemberitaan itu?.[19]
Melihat konteksnya pemberitaan terjadi setelah kematian Yesus Kristus. namun
yang menjadi permasalahannya ialah apakah pemberitaan itu terjadi antara
kematian dan kebangkitan Yesus ataukah terjadi setelah Kristus di bangkitkan
dari antara orang mati. Dalam Roma 1:3-4 rasul Paulus mengontraskan dua
eksistensi Kristus menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud dan menurut Roh dalam kebangkitan-Nya. Kata “roh” di
sini menunjukkan eksistensi Kristus setelah kebangkitan. Sedangkan dalam 1
Korintus 15:44 “tubuh rohaniah” dikontraskan dengan “tubuh alamiah” di mana
tubuh rohaniah adalah eksistensi dalam kebangkitan (1 Kor: 15:44). Dalam 1
petrus juga terdapat kontras antara daging (orang-orang mati) dengan roh
(eksistensi dalam kebangkitan). Sehingga melalui 1 Petrus 3:18 dapat kita
ketahui bahwa Kristus mati dan lalu Roh Kudus membangkitkan Dia. Dalam
keberadaan Kristus yang adalah Roh, yang menunjukkan eksistensinya setelah
kebangkitan.[20]
“Daging” dan “roh” tidak merujuk pada dikotomi
Kristus, yaitu tubuh dan roh-Nya, juga roh tidak merujuk pada roh kudus
melainkan merujuk kepada eksistensi Kristus dalam kebangkitan. Dengan demikian
1 Petrus 3:18 ini adalah (Kristus) yang telah dibunuh dalam keadaan daging
tetapi telah dibangkitan dalam tubuh rohaniah. Sehingga dalam 1 Petrus 3:18-20, bahwa pemberitaan Kristus
yang dijelaskan ayat 19 ini terjadi dalam eksistensi tubuh rohaniah (setelah
kebangkitan).[21]
Kesimpulannya ialah pemeritaan itu terjadi bukan antara kematian dan
kebangkitan Kristus, melainkan setelah kebangkitan
Kristus,yaitu dalam eksistensi-Nya yang bukan daging (tubuh alamiah) lagi.
Dalam 1 Petrus 3:19 yaitu mengenai roh-roh dalam penjara yang kepada mereka
Kristus memberitakan sesuatu. Yang jelas bahwa Kristus memberitakan Injil
keselamatan kepada roh-roh orang mati yang belum percaya agar mereka bertobat.
Sehingga menjadi persoalan ialah apakah roh-roh itu adalah roh manusia yang
sudah mati atau roh-roh makhluk supranatural seperti malaikat. Kata Yunani yang
dipakai untuk “roh-roh” dalam 1 Petrus 3:19 adalah πνεύασιν yang berasal dari
kata πνεύα yang berarti “roh”. Namun secara konsisten varian kata πνεύασιν yang
tidak diberi penjelasan selalu merujuk pada roh-roh bukan manusia kecuali kata
itu diberi penjelasannya (mis.dalam Ibr. 12:23). Maka dalam hal varian kata
πνεύασιν yang tidak diberi penjelasan selalu merujuk pada mahluk-mahluk
supranatural, baik malaikat (mis.Ibr 1:14) maupun Iblis atau roh jahat (mis.
Mrk.1:23-26, Why.16:13-14).[22] Namun
Dalam ayat 20 ternyata juga dijelaskan bahwa roh-roh itu adalah “mereka yang
dahulu tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu
Nuh sedang mempersiapkan bahteranya. Dengan demikian pengejalasan yang tepat
diterima adalah bahwa roh-roh itu merupakan roh-roh orang mati.
Dalam 1 Ptr. 4:6 mengatakan bahwa Injil telah
diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka sama seperti semua
manusia dihakimi secara badani, tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak
Allah. Yang dimaksud dengan “orang-orang mati” adalah orang-orang yang berada
waktu Petrus menulis suratnya telah mati, akan tetapi ketika injil diberitakan
kepada mereka masih hidup. Adapun kata-kata “sama seperti semua manusia, yang
dihakimi secara badani” ialah dihakimi seperti yang berlaku bagi semua orang
yaitu mengalami kematian.[23]
2.9.Pengakuan Iman Methodis
Yang Meniadakan Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut”
Baik pasal tentang “keturunan” Kristus maupun
ayat-ayat dari surat Petrus, memanglah ada hubungannya dengan pandangan kuno
mengenai bentuk semesta alam yaitu pembagiaannya dalam tiga lapisan: dunia atas
(surga-langit), dunia tengah (bumi) dan dunia bawah (dunia gelap bawah dunia).
akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa pasal ini boleh dicoret saja. Karena
bentuk pasal ini suatu perumusan aneh. Dalam sejarah Pengakuan Iman Rasuli,
pasal ini adalah salah satu tambahan penghabisan. Karena bentuk rumusan itu di dalam bentuk
bahasa latinnya dan tidak terdapat dapat berbahasa Yunani. Sedangkan dalam
Pengakuan hasil Konsili-konsili Nicea-Konstantinopel
hanya ada tertera bahwa Kristus telah menderita, telah dikuburkan, telah
bangkit, tanpa sebutan turun Dia ke dalam
maut.[24]
Sebaliknya dalam pengakuan Pengakuan menurut
Athanasius (tentu terjadi pada masa abad ke-6) terdapat ungkapan turunya
Kristus yakni kata-kata “sudah menderita” dengan kata “bangkit, jadi…tanpa kata
dikiburkan. Boleh disimpulkan
dikatakan bahwa kata “dikuburkan” dan kata “turun” adalah sama saja. Namun dalam gereja
lama kata “turunnya” Kristus dianggap ada hubungannya dengan pekerjaan yang
dilakukakan namun belum begitu jelas makna pasal ini.[25]
Jadi, naskah asli kuno yang tidak
menyebutkan pasal “turun ke dalam Kerajaan Maut” dalam pengakuan iman Rasuli
yang juga merupakan tambahan pada abad ke -6, jadi itu hanya tambahan. Kemudian
dalam pengakuan Atanasium yang muncul abad ke-6, kata ini ditambahkan yang
mempunyai arti bahwa kata “kubur” dan “turun” adalah bagian yang sama. Sehingga
mungkin saja inilah yang diragukan Methodits dan pasal “turunnya Kristus dalam
Kerajaan Maut” itu ditiadakan sehingga Methodits tidak setuju walaupun dalam
Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Athanasium tetap digunakan. Tetapi
Methodist menggunakan Pengakuan Nicea yang tidak menggunakan pasal ini.
Methodis mengikuti Pengakuan Iman Nicea berbunyi
sebagai berikut[26]
Aku percaya kepada satu
Allah kepada satu Allah Bapa yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi
serta segala sesuatu, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan
Yesus Kristus, Anak tunggal Allah yang diperanakkan,lahir dari Bapa sebelum
segala zaman, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah yang sejati dari
Allah yang sejati, dilahirkan dan bukan diciptakan, dari wujud yang sama dengan
Bapa, yang melalui Dia segala sesuatu diciptakan: yang untuk kita manusia dan
untuk keselamatan kita, turun dari surge, telah menjadi daging oleh Roh Kudus
dari anak dara Maria, dan menjadi manusia: yang untuk kita juga disalibkan di
bawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita, dikuburkan; pada hari yang
ketiga dia bangkit sesuai dengan kitab suci, naik ke surge, dan duduk di
sebelah kanan Bapa: Dia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi
orang yang hidup dan yang mati, dan Kerajaan-Nya tidak akan berakhir.
Aku percaya kepada Roh
Kudus, yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa. Yang
bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah
berfirman dengan perantaraan para nabi. Aku percaya satu gereja yang kudus dan
am dan rasuli. Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa. Aku menantikan
kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin
2.10.
Pandangan
Methodis mengenai “Turun ke dalam Kerajaan Maut”
Dalam Buku Methodist
The Esensentials Doctrine karangan Ted A. Campbell manyatakan "
Methodist jemaat secara teratur menyanyikan " Kemuliaan bagi Bapa , dan Anak , dan Roh Kudus : seperti
di awal, sekarang
dan sampai dunia akhir . Amin . " Doktrin Tritunggal muncul dari pertanyaan
apakah itu tepat untuk menyembah Kristus sebagai Tuhan . Para guru kelompok Arian tahun 300 menyatakan bahwa Kristus adalah
ilahi dalam arti , tapi adalah " makhluk ( makhluk ciptaan ) tidak akan
diberikan ibadah yang sama dengan Bapa diciptakan. Sebagai tanggapan terhadap
Arian , dewan para uskup Kristen di tahun 325 dan 381 memberi kami keyakinan yang secara historis
disebut Kredo Nicea . Kredo ini menjelaskan bahwa Kristus adalah " satu
substansi dengan Bapa , Tunggal , tidak diciptakan " dan bahwa Roh Kudus
adalah " bersama-sama disembah dan dimuliakan " dengan Bapa dan Anak.
Artikel
pertama Methodist dan
artikel pertama dari UM Pengakuan iman menegaskan ajaran Trinitas memanfaatkan
bahasa dewan kuno , dan gereja-gereja kita telah menyertakan Pengakuan Iman Nicea di hymnals Methodist sejak pertengahan
1990-an .
Salah satu ekspresi bersejarah ajaran bahwa Kristus benar-benar manusia adalah pernyataan dalam Pengakuan Iman Rasuli bahwa Kristus " turun ke dalam neraka , " atau turun ke orang mati . " Ini berarti bahwa Kristus mengalami kematian sebagai sepenuhnya seperti manusia. Pertama Petrus bahkan menyatakan bahwa dalam kematian Kristus " pergi dan memberitakan Injil kepada roh-roh dalam penjara , " tampaknya mengacu pada keyakinan gereja mula-mula bahwa Kristus memberitakan Injil kepada mereka yang telah meninggal sebelum kedatangan penyelamat . John Wesley menghilangkan dari Anggaran Pasal Methodist dan Anglikan menyatakan turunnya Kristus ke dalam neraka , meskipun hal ini mungkin tidak menunjukkan ketidaksetujuan . Ketika Metodis mulai memasukkan Pengkuan iman di hymnals mereka di tahun 1880-an , banyak yang tidak memahami arti dari ungkapan ini . Mereka Berpikir bahwa untuk mengatakan bahwa Kristus " turun ke neraka " berarti bahwa Kristus pergi ke tempat hukuman kekal. Dan begitu dihapus ekspresi dari keyakinan tersebut. Pemahaman yang berkembang tentang makna ungkapan ini telah menyebabkan beberapa Methodist Gereja untuk menyertakan versi " ekumenis " dari Pengkuan Iman Rasuli, serta dari yang Methodis telah lazim mengatakan pengakuan iman. . Kesalehan Metodis, dinyatakan dalam UM Pengakuan iman, telah disebut konsisten dengan pekerjaan Roh Kudus dalam menuangkan bagian tugas ilahi untuk manusia dan yang memimpin kita menuju "jalan keselamatan."[27]
Salah satu ekspresi bersejarah ajaran bahwa Kristus benar-benar manusia adalah pernyataan dalam Pengakuan Iman Rasuli bahwa Kristus " turun ke dalam neraka , " atau turun ke orang mati . " Ini berarti bahwa Kristus mengalami kematian sebagai sepenuhnya seperti manusia. Pertama Petrus bahkan menyatakan bahwa dalam kematian Kristus " pergi dan memberitakan Injil kepada roh-roh dalam penjara , " tampaknya mengacu pada keyakinan gereja mula-mula bahwa Kristus memberitakan Injil kepada mereka yang telah meninggal sebelum kedatangan penyelamat . John Wesley menghilangkan dari Anggaran Pasal Methodist dan Anglikan menyatakan turunnya Kristus ke dalam neraka , meskipun hal ini mungkin tidak menunjukkan ketidaksetujuan . Ketika Metodis mulai memasukkan Pengkuan iman di hymnals mereka di tahun 1880-an , banyak yang tidak memahami arti dari ungkapan ini . Mereka Berpikir bahwa untuk mengatakan bahwa Kristus " turun ke neraka " berarti bahwa Kristus pergi ke tempat hukuman kekal. Dan begitu dihapus ekspresi dari keyakinan tersebut. Pemahaman yang berkembang tentang makna ungkapan ini telah menyebabkan beberapa Methodist Gereja untuk menyertakan versi " ekumenis " dari Pengkuan Iman Rasuli, serta dari yang Methodis telah lazim mengatakan pengakuan iman. . Kesalehan Metodis, dinyatakan dalam UM Pengakuan iman, telah disebut konsisten dengan pekerjaan Roh Kudus dalam menuangkan bagian tugas ilahi untuk manusia dan yang memimpin kita menuju "jalan keselamatan."[27]
Hasil wawancara dengan
Pendeta dan Dosen STT Methodis sebagai berikut;
1.
Pdt.
Dr. Robert Lumbantobing (Dosen STT GMI Bandar Baru)[28]
Mengatakan dalil “turun ke dalam kerajaan maut” bagi
Metodis, itu adalah suatu rumusan yang dirumuskan oleh beberapa bapa gereja
hasil dari pada konsepan manusia, dan sehingga menurut Methodis dalil “turun ke
dalam kerajaan maut” itu sama saja dengan mati dan dikuburkan, dan metodis
mengakukan itu bahwa karena dalam tulisan kuno tidak dimuat sebagai pengakuan
iman. Sehingga Methodis mengikuti tulisan-tulisan kuno itu. Jadi ada dua
kemungkinan alasan menurut beliau yaitu dalil “turun ke dalam kerajaan maut”
sama halnya dengan mati dan dikuburkan, dan karena dalam tulisan-tulisan kuno
itu tidak dimuat.
2.
Pdt.
J.Sembiring, M.Th (Dosen STT GMI Bandar Baru)[29]
Ia katakan bahwa Persoalan dalil “Turun ke dalam
Kerajaan Maut” Ia juga mengatakan bahwa sebenarnya PIR Methodist mengikuti
pengakuan Nicea. Sama halnya dengan gereja-geraja lain. Dalam pengakuannya
memang meniadakan dan menghilangkan itu dalam PIR Methodis. Sebagai alasan yang
mendasar adalah bahw Yesus tidak mungkin turun lagi ke dalam kerajaan maut
karena maut adalah penderitaan yaitu kematian Yesus dan yang kedua jika Yesus
turun dalam kerajaan maut itu berarti Yesus pergi ke dalam dunia neraka. Dan
itulah yang tidak diyakini Wesley bahwa Yesus tidak memberitakan karena ia
masih di dalam kubur secara total. Sehingga beliau juga mengatakan bahwa Turun
ke dalam Kerajaan Maut sama juga dengan Yesus dalam keadaan di alam mati dalam
kuburan. Namun Jhon Wesley, tidak jelas membuat pandangan tentang hal ini dan
bahkan tidak bisa ditemukan alasan yang pasti. Tetapi jelas bahwa pernah dibuat
sidang Methodis sedunia, membahas pengkuan iman Rasuli dan hasilnya dalil itu
ditiadakan dalam PIR Methosdis. Dia
juga mengatakan bahwa dalam ajaran Methodis yang berbahasa Karo pasal “turun ke
dalam Kerajaan maut” dibahasakan menjadi Nusur
ku begu yang artinya bahwa Yesus turun ke dunia hantu/begu. Sehingga karena
pemaknaan itu maka pasal itu dihilangkan dalam Pengakuan Iman Methodis.
3.
Pdt.
Dinson Saragih, M.Th (Dosen STT GMI Bandar Baru)[30]
Ia katakan bahwa dalil “Turun ke dalam Kerajaan
Maut” ditiadakan karena memang istilah itu sama halnya dengan Yesus mati.
Jikalau Yesus sudah mati itu sama halnya Yesus dalam penderitaan maut. Jadi,
“Turun ke dalam Kerajaan Maut” itu tidak perlu disebutkan karena itu adalah
bagian dari kematian Yesus. Jadi ketika itu dibuat lagi itu sesuatu pengulangan
yang mubajir. Pada umum Methodist tidak menggunakan itu karena dalam Konferensi
Methodist sedunia itu sudah dibicarakan dan tidak perlu dimuat lagi dalam pengakuan
Iman rasuli. Tetapi yang Methodis mengikuti Pengakuan Nicea. Menurut beliau
bahwa secara Dogmatisnya bahwa maut itu adalah kematian. Jadi Yesus mati adalah
juga bagian maut. Dalam PIR methodis sudah disosialisasikan bahwa itu tiadakan
karena Yesus Kritus mati bertanda menuju ke dalam maut.
4.
Pdt.
Naek Situmorang, M.Th (Dosen STT GMI)[31]
Ia mengatakan bahwa Methodist sudah meniadakan itu
dalam pengakuan imannya karena itu sudah menjadi keputusan gereja Methodist.
Namun jikalau alasan yang pasti beliau kurang mengetahui hasil metodist karena
sampai saat ini Methodis hanya mengikuti bagian pengakuan iman nicea. Tapi
kalau sesungguhnya Wesley tidak pernah ditemukan alasannya mengapa Wesley
setuju meniadakan itu. Beliau juga mengatakan bahwa sejauh yang ia pahami bahwa
Methodis dalam ajaran keselamatannya hanya melalui kebenaran Yesus Kritus yang
mati, dikuburkan, sehingga Ia bangkit mengalahkan maut. tetapi Methodis tidak
menerima dalil turun ke dalam kerajaan Maut karena kematian dan dikuburkan itu
adalah bagian dari maut dan penderitaan . karena mengapa Yesus turun lagi
karena sudah mati dan dikuburkan, karena itu suatu hal yang tidak mungkin
terjadi. Beliau berpendapat bahwa dalil itu tidak menjadi bagian PIR Methodis
karena sangat membingungkan seakan-akan Yesus turun lagi kedalam maut. karena
mati dan dikuburkan itu mempunyai makna maut. menurut beliau ketidakjelasan itu
juga bagi Methodis menjadi tidak mengikrarkan dalam pengakuan imannya.
Jadi, dari pendapat itu disimpulkan bahwa Methodist
mengaku imannya Yesus mati dan dikuburkan untuk mengalahkan maut. sehingga mati
dan dikuburkan sama hal Yesus juga turun ke dalam kerajaan maut. karena Yesus
tidak akan turun lagi sebab karena ia sudah berada dalam maut yaitu keadaan
mati dan dikuburkan. Jadi tidak perlu lagi pengulangan.
2.11.
Kritik
Dogmatis Terhadap Pengakuan Iman Methodis Yang Meniadakan Dalil “Turun ke dalam
Kerajaan Maut”
Dalam Pengakuan Iman Rasuli bagian pasal
ke-kedua, terdapat dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” yang telah diakui
beberapa gereja termasuk Lutheran. Tetapi ada berbagai pandangan yang tidak
setuju dengan dalil ini sehingga mereka
meniadakan dalil “turun ke dalam Kerajaan Maut”. Dan juga dalil ini menjadi
persoalan dengan alasan bahwa Yesus tidak pernah turun ke dalam neraka(maut) disebabkan
oleh penafsiran yang berbeda-beda tentang itu.
Menurut
Lutheran Dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” ini dianggap sebagai kemenangan
Kristus yaitu bahwa dengan “turunnya ke dalam kerajaan maut”itu Kristus
melepaskan para jiwa orang beriman dari Perjanjian Lama yang sebelum kemenangan
Kristus masih harus menunggu kelepasan mereka yang sempurna.[32] Dalam
1 Petrus 3:18-20, bahwa Kristus berkuasa atas maut,dan bahwa keselamatan yang
dikerjakan-Nya untuk bagi orang sudah mati sebelum kedatangan-Nya. Makna ayat
ini dapat memberikan arti kematian dan kemenangan Kristus meliputi semesta alam
serta segala masa.[33]
Jadi setelah Tuhan Yesus dikuburkan Ia turun ke dunia bawah. RohNyalah yang
pergi ke sana untuk “ memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara’ (1 Petrus. 3:19).
Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka sama
seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup
menurut kehendak Allah (1 Petrus 4:6). Jadi berita keselamatan harus disampaikan
kepada orang-orang yang telah mati, yang belum pernah mendengarnya pada masa
hidup mereka. Jadi yang dimaksud “dunia bawah” ialah bukan api neraka, bukan
tempat orang-orang yang telah dijatuhi hukuman yang kekal. Tetapi mereka adalah
orang-orang yang menanti-nantikan hari kebangkitan.[34]
Sedangkan dalam PIR Methodist yang meniadakan dalil “turun ke dalam Kerajaan Maut”. Ketika
mereka meniadakan itu, hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak mengakukan bahwa
Yesus berkuasa atas maut. lalu
bagaimanakah nasib orang-orang yang sudah mati sebelum Yesus Kristus lahir?.
Dan Orang-orang mati sebelum Yesus Kristus, apakah mereka akan mati selamanya? dan tidak akan mempunyai kesempatan bangkit
untuk mendapat keselamatan?. Bahwa turunnya Kristus ke dalam kerajaan maut
menyebabkan keselamatan bagi orang percaya di PL (Mat.27:52; Ibrani 12). Keterangan yang dipetik dari rasul Petrus hanyalah:
Kasih Allah mencakupi juga orang-orang mati sejak dahulu kala, supaya mereka
juga dimungkinkan memperoleh keselamatan.[35]
Jika Methodis meniadakan itu, maka pertanyaannya adalah apakah menurut Methodis
meniadakan bahwa orang-orang yang telah meninggal dulu tidak mendapatkan
keselamatan? Dan apakah mereka yang dulunya meninggal tidak mendapat kesempatan
mendengar kabar Baik itu?. Berdasarkan kutipan dari Petrus,bahwa
mereka(orang-orang mati) tidak akan begitu saja dijebloskan ke dalam
neraka(maut) tanpa lebih dulu diberi kesempatan mendengar berita Kristus. Ia
berkata, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini (Yoh 3:16). Jika
dihunjuk “segenap dunia” artinya sasaran Kasih Allah termasuk juga kepada
orang-orang mati kendati yang belum pernah mendengar berita keselamatan.[36]
Dan sebab Yesus berkata: Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup, tidak ada yang
sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6). Berarti keselamatan
hanya di dalam Yesus Kristus karena itulah Yesus turun ke dalam kerajaan maut itu
memberitakan kemenanganNya dan kebangkitanNya ke seluruh mahluk dan mengalahkan
maut.
Dalam Rumusan Kesepakatan Formula of Concord disebutkan bahwa “pasal ini, sama seperti yang terdahulu, tak
dapat dipahami dengan akal dan budi,
melainkan harus dipahami dengan iman saja. Luther dalam khotbahnya di Torgau
pada tahun 1533 bahwa pasal ini dijelaskannya dengan cara kekristenan yang
sesungguhnya, mengesampingkan semua pertanyaan yang sia-sia dan menghimbau semua orang Kristen
kepada kesederhanaan iman. Luther mengatakan bahwa “cukuplah kita tahu bahwa
Kristus telah turun ke kerajaan maut, memusnahkan alam maut demi orang-orang
percaya dan telah menebus mereka dari kuasa maut dari iblis, dan kutukan kekal
dari gigitan neraka. Untuk mengetahui bagaimana terjadi, kita harus urungkan
sampai datangnya dunia baru nanti, yang akan diungkapkan kepada kita bukan
hanya hal ini, melainkan juga banyak hal lain, yang tidak bisa dipahami oleh
akal kita yang buta tetapi harus diterima saja.[37]
Pandangan Methodis yang menyatakan
bahwa “Turun ke dalam Kerajaan Maut sama dengan mati dan kuburkan, penyeminar
melihat pernyataan tidak setuju akan pendangan tersebut sebab mati dan kuburkan
itu merupakan tindakan pasif sedangkan kata
“turun ke dalam kerajaan maut” merupakan aktif yang menunjukkan bahwa
itulah kemenangan Kristus yang menuju kepada kebangkitan. Jadi, jika Methodis
menyamakan “Turun ke dalam Kerajaan Maut sama dengan mati dan kuburkan berarti
mereka seakan-akan membatasi karya dan kuasa Allah. Kalau Yesus tidak turun ke
dalam kerajaan maut, apa yang dilakukan Yesus selama tiga hari sebelum
kebangkitanNya?. Pada hal Allah dalam Yesus Kristus tidak bisa dibatasi karena
Allah adalah Allah yang bekerja dan hidup. Meniadakan dalil “turun ke dalam
kerajaan Maut” berarti mengukur kasih Allah. Padahal Kasih Allah diperuntukkan
ke pada dunia ini. dunia ini bukan hanya mahluk yang bernapas tetapi juga
kepada segenap alam Allah juga menyatakan kasihNya. Yesus
turun ke dalam alam maut, itu adalah sebuah kebenaran, karena pada kenyataannya
Ia memang mati secara tubuh, tetapi Ia terikat pada alam maut tersebut selama 3 hari. Sebagai Allah, Yesus Kristus itu
"Maha-hadir", saat mayat-Nya ada di dalam kubur, Dia pun pergi
memproklamirkan kemenangan-Nya atas maut kepada roh-roh di dalam penjara (1
Petrus 3:19-20). Sebagai Allah, Yesus Kristus tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu (kecuali jika anda menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Allah).
Harus kita perhatikan bahwa ada ayat yang menulis bahwa Dia pun ada di Firdaus
pada hari kematianNya. Karena Yesus pernah berkata: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus." jadi, kebangkitan Yesus mengalami keadaan
maut sebab Efesus 4:9 “bukanlah Ia telah naik berarti bahwa Ia juga telah turun
ke bagian bumi yang paling bawah.[38]
Dalam 1 Ptr 3:19 dengan 3:22 dipergunakan kata “pergi” dan “ naik”. Maksudnya;
keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus sungguh merangkumi semesta alam dan
ada artinya bagi segenap kosmos. Rahmat Allah sampai kepada “tempat yang tidak
terduga dalamnya”, dan rahmat itu demikian tingginya sehingga tak dapat kita
menangkapnya (band. Mzm.139:6-8). Tetapi satu hal yang harus diingat bahwa
berbagailah orang yang percaya kepada Yesus Kristus yakni Kasih Allah yang dinyatakan lewat kematian dan
kebangkitan-Nya yang melampaui segala tempat dan waktu yang tidak mampu
dijangkau pikiran manusia karena Allah adalah Allah karena Allah adalah Kasih
bukan pembinasa (Hos.11:9).
Dunia ini tidak ada yang lebih kuat daripada
kematian. Kematian menaklukkan segenap hidup. Tetapi setelah Kristus mati,
kematian kalah total. Kristus mati bukan untuk mati melainkan rohnya turun ke
alam maut dan pada hari ketiga Ia bangkita dari kematian. Ialah yang sulung,
yang pertama bangkit dari antara orang mati (Kol. 1:18; Lih 1 Kor.15). oleh
sebab itu mati hanyalah daging tetapi roh tetap hidup.[39] Ucapan”turun
ke dalam kerajaan maut” sekurang-kurangnya ingin menginsyafkan kita, bahwa arti
pekerjaan Kristus meliputi segenap isi alam semesta. Anak Allah telah turun
dari Sorga, menjadi manusia di bumi; Ia mati dan masuk ke dalam wilayah
kekuasaan maut (dunia bawah); kemudian Ia bangkit dari antara orang mati, lalu
pulang ke rumah BapaNya di sorga (Kis.2:22-32). Dengan kata lain Yesus Kristus
sudah mendahului manusia masuk ke dalam wilayah yang gelap itu. Tetapi Ia
dilepaskan dari kekuasaan maut (Kis.2:24,27, 31). Artinya Ia sudah bangkit, Kerajaan
Maut dan dia yang tadinya memegang kuncinya telah dikalahkannya (Why.1:18).
Demikianlah Ia sudah “membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam
perhambaan oleh karena takutnya kepada maut (Ibr.2:14-15). Orang yang percaya
kepada Dia yang tidak akan ditinggalkan. Ke manapun juga pergi (Mzm. 139:8). Di
tengah-tengah dunia ini, yang menyerupai neraka atau kerajaan maut, dalam
segala godaan dan perjuangan, dalam semua godaan dan penderitaan, bahkan juga
pada waktu mati, Tuhan menyertai orang yang percaya selaku pemenang atas segala
kuasa jahat: dosa, maut. Yesus itulah manusia pertama yang mendahului kita
melalui kegelapan masuk ke dalam terang yang mulia. Artinya keselamatan yang
telah disediakan, pun bagi manusia sendiri. Jika “musuh terakhir” yang paling
dahsyat itu pada asasnya sudah dikalahkan, kepada kuasa-kuasa manakah kita akan
takut lagi (Rom. 8:38-39).[40]
Penyeminar dengan tegas mengatakan bahwa dalil
“Turun ke dalam Kerajaan Maut” harus diikrarkan dalam PIR yang merupakan wujud
pengakuan Iman. Karena pengakuan iman itu menjadi bukti kemahakuasaan dan
kemuliaan Allah. Dalam Formula Konkord dijelaskan
bahwa Kristus Turun ke Alam Maut merupakan bentuk bagaimana Kristus dinaikkan
ke sisi kanan kemahakuasaan dan kebesaran Allah. Kita mesti percaya saja dan
berpegang pada Firman itu. Kemudian harus dipertahankan dengan teguh pasal ini dan
mengambil darinya kebahagiaan bahwa alam maut dan iblis tidak dapat
memenjarakan kita dan setiap orang yang percaya Kristus akan tidak akan
membahayakan kita.[41]
Jadi jelas sekali dalam Formula Konkrod dengan tegas
mempertahankan pasal ini karena pasal ini memberikan makna dan kebahagiaan yang
ada terjadi di alam maut. Bagi Penyeminar, selagi pengakuan ini itu menumbuhkan
iman maka itu perlu dipertahankan dan itulah tujuan pengakuan iman itu. Karena
Kristus turun ke Kerajaan Maut memperlihatkan kemuliaannya dan kemahakuasaanNya
yang tidak bisa dipikirkan oleh akal sehat manusia.
2.12.
Relevansinya
Bagi Gereja Masa Kini
Pengakuan Iman Rasuli yang sudah menjadi bagian dogma
Gereja. Menjadi landasan Gereja untuk merumuskan beberapa aturan-aturan yang
bergunakan untuk mengajar dan mengarahkan iman gereja agar iman bertumbuh .
Gereja harus mengakukan itu sebagai respon terhadap Allah melalui respon
manusia dalam aspek kehidupannya dan menjadi kesaksian untuk menolak
ajaran-ajaran sesat. Gereja diutus supaya menjadi saksi iman kepada dunia yang
menyatakan Yesus Kristus adalah Allah yang berkuasa dan mengalahkan maut serta
kebangkitanNya hanya untuk memberi kemenangan bagi orang yang percaya
kepadaNya. Gereja menjadi alat pewartaan Kasih Allah kepada dunia. sebab ada
tertulis “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Kuasa
penyelamatan Allah akan dunia ini tidak dibatasi oleh pikiran manusia tetapi
penyelamatan itu diperuntukkan bagi dunia ini. karena Allah tidak terbatas
kasih-Nya.
Kemenangan yang diberitakan Yesus
sekaligus pewartaan kepada orang-orang mati. kemenaganNya disaksikanNya pada
orang-orang yang mati. Ia sendiri bersaksi akan kemenanganNya dan setiap orang
yang percaya juga harus menjadi saksi atas kemenangan atas maut. masalahnya
adalah apakah Gereja sekarang ini menjadi saksi akan kemenangan Yesus Kristus
dan apakah Gereja sudah mengikrarkan imannya dalam aspek kehidupannya. Dalil ini mengingatkan bahwa Yesus Kristus
telah menang atas maut dan kepada orang yang percaya tidak mengingkari iman
mereka. Sebab bagi orang yang percaya mereka juga akan menang karena Yesus
Kristus telah mendahului manusia mengalahkan maut atas kemenagannya. Makna
Dalil ini bagi orang percaya masa kini yang hidup dalam pergumulan, bahkan
penderitaan tetap mempunyai keyakinan bahwa Kristus telah turun ke dalam
kerajaan maut dengan kerendahannya supaya kutuk maut dikalahkan sehingga kita
tetap teguh dalam keyakinan iman kita (Yoh.14:33).
Dalil “Turun ke dalam Kerajaan
Maut” persoalan diikrarkan atau tidak dalam kebaktian, bukan masalah. Tetapi
dalil ini adalah kematian dan juga kebangkitan Yesus sekaligus kemenangan atas
segala kuasa dan roh. “Turun ke dalam Kerajaan Maut” memiliki arti kemenangan
dalam terang kebangkitan, inilah sebabnya dalil ini tidak bisa ditiadakan dalam
pengakuan Iman Rasuli.[42] Oleh
sebab itu akan terdengarlah suara Kristus memangggil orang percaya keluar dari kuburan, supaya
hidup benar-benar bersama Dia. Bahwa “semua orang yang di dalam kuburan akan
mendengar suara-Nya,dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit
untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit
untuk dihukum (Yoh. 5:28-29). Bagi orang Percaya, “Turun Kristus ke alam maut
memberikan harapan bahwa Kritus akan membawa mereka ke negeri kedamaian yang
penuh kenyamanan. “Hai maut di manakah
kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"Tetapi syukur kepada Allah,
yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1
Kor. 15:55,57). Semua hal itu hanyalah
Allah yang tahu, tetapi orang percaya mempunyai kesempatan yang begitu baik
mendengar Firman Allah, pada masa hidup kita sekarang di dunia inilah saatnya
untuk memilih hidup sejahtera yang kekal atau kengerian yang abadi di neraka (2
Kor.6:2). Jadi masa kini adalah masa uluran kasih dan tidak punya kesempatan
lagi.[43]
Sehingga gereja yang diberikan
kesempatan hidup mempedomani dan mendengarkan Firman Tuhan adalah kesempatan
yang baik. Sehingga bagian dari Tritugas gereja untuk bersaksi, di mana gereja
harus mengakukannya dalam aspek kehidupannya karena kemenangan Kristus
mengalahkan maut bukti bahwa Yesus sudah bangkit.
III.
KESIMPULAN
Dengan demikian dalil “turun ke dalam kerajaan maut”
dalam Pengakuan Imam Rasuli masih perlu dibaca atau di ikrarkan dalam
kebaktian. Tentu tidak salah membaca bagian ini, tetapi dalil ini tidak salah
dibaca dengan pengertian yang sesuai dengan penyataan Firman Tuhan. Signifikasi
dalil ini adalah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sekaligus merupakan
kemenangan atas segala kuasa dan roh. Yesus Kristus “turun ke dalam kerajaan
maut” merupakan bukti bahwa Allah adalah Allah yang tidak terjangkau, tidak terbatas,
tidak terselami kasih setianya. Ketika kita membatasi atau menolak itu maka
berlawanan dengan kasih Allah. Kasih Allah diberuntukkan kepada dunia ini bukan
hanya manusia yang bernafas tetapi juga orang-orang mati yang menanti-natikan
keselamatan. Keselamatan itu harus diwartakan kepada dunia supaya dunia tahu
bahwa Yesus Kristus yang telah mendahului kita sudah mengalahkan maut. Allah
yang terus bekerja dan hidup. Dalil “turun ke dalam kerajaan maut” adalah
kemenangan Yesus Kristus mengalahkan maut yang menunjukkan kemuliaan Allah.
Jadi dalil “Turun ke dalam Kerajaan Maut” harus dipertahankan untuk pengakuan
iman kita sebagai indentitas kita bahwa Yesus Kristus yang kita imani adalah
Yesus yang berkarya dalam segala ruang dan waktu.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Bandstra,
Andrew J, “Making Procklamation to the spirit in Prison: Another Look at 1
Peter 3:19”, Calvin Theological Journal, London:
London Internasional Press: 2003
Blum,
Edwin A., 1 Peter” dalam The Expositors’s
Bible Commentary Vol.12, Frank E.Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1981
Boland,
B.J., Intisari Iman Kristen Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2011
Campbell,
Ted A., Methodist The Essentials
Doctrine, USA: Abingdon Press, 1999
Davids,
Peter H., The First Epistle of Peter, Grand
Rapids: Eerdmans, 1990
Djuandy,
Johan, “Yesus Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” dalam Jurnal Amanat Agung Vol.2, Jakarta: STT Amanat Agung, 2006
Fandrey,
James E. (ed), Marthin Luther,“Katekismus Kecil Luther” dalam Landasan Iman Kristen Dengan Penjelasannya, Medan:
CV. Tried Rogate,2012
Ferguson,
David, J.I Packer, Sincclair B., New
Dictionary of Theology Jilid 2
Malang: Literatur SAAT, 2009
Groen, J.P.D., Terpanggil Untuk Mengakui Iman- Pembimbing ke dalam dukumen-dukumen
Pengakuan Gereja Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
Hadiwijono,
Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997
Lane,
Tony, Runtut Pijar Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009
Niftrik
& B.J. Boland, G.C.Van, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1990
Sihombing,
Justin, Jangan Diperdaya (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1983), 114
Soedarmo,
R., Ikhtisar Dogmatika Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1986
Soedarmo,
R., Kamus Istilah Teologi, Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 1991
Tappert,
Theodore G. (ed), Buku Konkord Konfesi
Gereja Lutheran Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Tappert,
Theodore G., Buku Konkord Konfesi Gereja
Lutheran, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014
Sumber
lain:
Hasil
wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari selasa, 25 Februari 2014
Hasil
wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari rabu, 26 Februari 2014
Hasil
wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari Rabu, 26 Februari 2014
Hasil
wawancara yang dilakukan penyeminar pada hari Jumat, 28 Februari 2014
[1] B.J. Boland, Intisari Iman Kristen (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011), 43
[2] Tony Lane, Runtut Pijar (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009), 52
[3] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1986). 196-197
[4]J.P.D. Groen, Terpanggil Untuk Mengakui Iman- Pembimbing
ke dalam dukumen-dukumen Pengakuan Gereja(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012),
64
[5] Christian De Jonge,
77-78
[6] F.D.Wellem, 96-97
[7] Unsur-unsur ini dapat
dilihat juga dalam Katekismus Heidelberg, yang membahas selain dari kesepuluh
Firman dan Doa Bapa Kami, juga Pengakuan Iman Rasuli.
[8] Pada tahun 200-400
gereja kuno merahasiakan pengakuan iman (bersama dengan doa Bapa Kami dan
upacara baptisan serta perjamuan kudus) bagi dunia luar. Rahasia-rahasia ini
baru dibukakan kepada calon baptisan setelah mereka lulus katekisasi dan
menjelang baptisan. Namun setelah gereja menjadi gereja rakyat (sekitar 400)
tidak perlu lagi pengakuan iman
dirahasiakan. (Christian De Jonge, 78)
[9] C.C.van Niftrik &
B.J. Boland, Pedoman Dogmatika, 37
[10] Tony Lane, Runtut Pijar, 52
[11] Johan Djuandy, “Yesus
Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” dalam Jurnal
Amanat Agung Vol.2, (Jakarta: STT Amanat Agung, 2006), 55
[12] Sincclair B.
Ferguson, David, J.I Packer, New
Dictionary of Theology Jilid 2 (Malang: Literatur SAAT, 2009), 12-13
[13] Theodore G. Tappert
(ed), Buku Konkord Konfesi Gereja
Lutheran (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004), 562-568
[14] R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 1991), 99
[15] James E.Fandrey(ed),
Marthin Luther,“Katekismus Kecil Luther” dalam Landasan Iman Kristen Dengan Penjelasannya.(Medan: CV. Tried
Rogate,2012), 133
[16] Theodore G. Tappert, Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 690-691
[18] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997), 336-337
[19] Andrew J.Bandstra,
“Making Procklamation to the spirit in Prison: Another Look at 1 Peter 3:19”, Calvin Theological Journal, (London:
London Internasional Press: 2003), 120
[20] Peter H.Davids, The First Epistle of Peter, (Grand
Rapids: Eerdmans, 1990), 138
[21] Edwin A. Blum, 1
Peter” dalam The Expositors’s Bible
Commentary Vol.12, Frank E.Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1981), 242
[22] Andrew J.Bandstra,
“Making Procklamation to the spirit in Prison: Another Look at 1 Peter 3:19”, Calvin Theological Journal, 123
[23]Harun Hadiwijono, Iman Kristen,, 337-338
[24]G.C.Van Niftrik &
B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1990), 267
[25] Ibid,267
[26] J.P.D. Groen, Terpanggil Untuk Mengakui Iman- Pembimbing ke
dalam dukumen-dukumen Pengakuan Gereja, 71
[27] Ted A. Campbell, Methodist The Essentials Doctrine (USA:
Abingdon Press, 1999), 41-45
[28] Hasil Wawancara yang
dilakukan penyeminar pada hari selasa, 25 Februari 2014
[29]Hasil Wawancara yang
dilakukan penyeminar pada hari rabu, 26 Februari 2014
[30] Hasil Wawancara yang
dilakukan penyeminar pada hari Rabu, 26 Februari 2014
[31] Hasil wawancara yang
dilakukan penyeminar pada hari Jumat, 28 Februari 2014
[32] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 336
[33] G.C.Van Niftrik &
B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 272-273
[34] Justin sihombing, Jangan Diperdaya (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1983), 114
[35] Ibid, 114
[36] Ibid, 114
[37] Theodore G. Tappert
(ed), Buku Konkord Konfesi Gereja
Lutheran, 690-691
[38] Peter H.Davids, The First Epistle of Peter, (Grand
Rapids: Eerdmans, 1990), 145
[39] Justin Sihombing, Jangan Diperdaya, 108
[40] B.J.Boland, Intisari Iman Kristen, 44
[41] Theodore G. Tappert
(ed), Buku Konkord Konfesi Gereja
Lutheran, 859
[42] Johan Djuandy, “Yesus
Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” dalam Jurnal
Amanat Agung Vol.2, 65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar